Selasa, 17 September 2013

Tumenggung Kakangmas Bendoro Lanting ( 2 )

Bagian kedua

~ Aih..aiih...kemana engkau hendak pergi kunang-kunang , jelaga malam baru turun sedang engkau sudah bersolek: adakah perawan yang hendak kau rayu ? ~

Wajah sang tumenggung kakanda bendoro lanting tak enak dipandang:
delapan belas istrinya tampak resah, nasi sudah dingin, jengkolpun telah kehilangan rasa dan pete tampak kuyu, ikan asin juga tampak mulai mengerut sedangkan sebaskom sayur asem telah menyisakan endapan; pun sambal cobek, sambal terasi, sambal mangga muda dan sambal mendoan mulai dikerubungi lalat yang gemetaran mengepak sayap halusnya, sementara kencur-kencur muda dan kunyit mulai berubah warna, kemangi nyaris tak tersisa wanginya yang menggoda.
Klenting gending meranggas kebingungan.

~ kakangmas, ada apakah gerangan kiranya sehingga kakangmas bermuram durja ?

Tanya si istri pertama dengan merdunya, nyi layung lincar geminta yang juga saudara misan dari raja penguasa mataram, raja amangkurat II.

~ iya kakangmas, semua masakan telah dingin dan kehilangan gairah saat kakangmas tampak bersusah hati...~

Sambung sang selir ke delapan belas, nyi ratnasari klipot ( maklumlah jaman itu susah nyebutin clifford hihihi...), seorang putri dari keputren kerajaan pasundan.

Sang tumenggung kakangmas bendoro lanting tak bergeming dengan pertanyaan itu, matanya menerawang jauh seakan tak puas dengan ajian ki neropong pandiangan yang dirapalnya diam-diam.
Hanya ada kabut gelap yang sempoyongan dan menutup ikhtiar ajian yang dipelajarinya dari ki genjing bimantoro dan nyi genit saksang unsulangi di gunung manasehada.

~ pertanda apa ini , kabut sampai sempoyongan menutupi teratap ajianku ? ~ pikirnya senat senut.
~ punggawa-punggawa kadipaten ini belum ada satupun yang kembali dengan tugas yang kuberikan, itu membuatku sedikit gundah..~ jawabnya seperti bukan sebuah jawaban dan lebih pada sebuah gerutuan.
~ tak ada yang berani menutur kata, rasa bingung mulai merasuki jiwa.

Sementara itu istri dan selir-selirnya tetap setia menanti perintah . Rasa lapar dan haus sudah jadi ikrar mereka sebelum sang tumenggung menyantap hidangannya.
Nyi layung lincar geminta, sang istri pertama tak kekurangan akal, diliriknya selir ke tiga belas sambil memberi isyarat dengan matanya.
Selir itu nyi tya rembulan cumanseparuh atau yang sering dipanggil nyi sekar suket, sebagai kesayangan sang tumenggung kakangmas bendoro lanting yang sakti mandraguna.
Nyi sekar suket lantas menggeser duduknya menghadap sang tumenggung yang sedang rusuh pikirannya.
Lalu, terdengarlah suaranya yang merdu bak buluh perindu itu melantunkan sebuah sinden.

~ Balung pakel duh mbok gunung
teja bengkok nginum warih
sn puwung rabiya kadang
dadi lok-ing wong sabumi
rejasa kang mimba warna
sun temah dadiya krami

Giwanging surya mbok gunung
teki geng kang pindha wlingi
tan gumingsir prapteng pejah
mung sira kang condhonging budi
peksi reng mangsa kunarpa
sun dhandhang dadiya krami

Sulung enjang dhuh mbok gunung
pustaka pinudyan krami
ngur matiya raganingwang
lamun tan bisa karonsih
ancur kaca dhuh bandara
kang dadi rasaning ati

Bokor siti dhuh mbok gunung
agawe cuwaning ati
cirak arga munggwing wana
krawitan selehing gendhing
durung tutug jejagongan
kasusu tinundung mulih

Surya muka dhuh mbok gunung
pepatih ing Mahespati
kalaning ingsun tumingal
marang wandanira yayi
suwasa tanpa kencana
lir kena sumbaga dhesti

Tambang palwa dhuh mbok gunung
kuskus gantung saupami
yen suh sawang warnanira
sasolahe ndhungkar ati
pambabare sekar pucang
agawe gonjanging ati

Puspa lesah dhuh mbok gunung
putrendra wanara Bali
katgateng tyas sruning brongta
prapteng papa sun lakoni
sawang kudhinipun baita
mung ketang sira wong manis ~
~ syair kinanthi gatutkoco gandrung ~

~....( maaf ya terjemahannya unavailable : daku ora iso jowo....hick..hick...)...~

Rupanya suara sang selir ketiga belas, nyi sekar suket , telah sedikit menentramkan gundah gulana sang tumenggung kakangmas bendoro lanting .
Senyum mengembang kecil diantara berangasnya kumis sang tumenggung, salah satu yang bisa memuaskan selir-selirnya ketika kumis berangas itu menggelitiki ketiak-ketiak mulus mereka.
Sang tumenggung masih ingat betul dengan sejarah selir ketiga belasnya itu.
Nyi tya rembulan cumanseparuh waktu itu berumur tiga belas ketika dia mempersuntingnya, anak seorang pandita yang berilmu tinggi dari kerajaan nusa panida dan kesurupan ketika istrinya terserang oleh penyakit yang tak ada obatnya pula.
Dari pandita inilah sang tumenggung kakangmas bendoro lanting mengasah ilmu ki sungsang kakiduluan, yang mampu membuat tubuhnya berjalan diatas air.
Sang tumenggung merasa jiwanya terikat pada perempuan yang belum akil baliq itu, yang lahir pada tanggal tiga belas dan bulan merenda separuhnya dilangit dan akhirmya dijadikan selirnya yang ketiga belas.

~ cah ayuku nyi sekar suket...aaahh..engkau memang pandai merayu hatiku yang sedang gundah ini...~ pujinya sambil melambaikan tangannya ke arah nyi sekar suket.

Dengan langkah gemulai nyi sekar suket mendekati sang tumenggung dan jatuh dalam dekapannya.
Sang tumenggung mencium pipinya tanpa risih dihadapan istri dan selir-selirnya. Cemburu berarti kematian mengenaskan dan itu yang selalu mereka ingat.

~ mari kita makan sebelum langit bersurai malam nanti ...~

Ajakan sang tumenggung kakangmas bendoro lanting disambut gembira dan sibuklah mereka melayani junjungannya.
Tak ada saling sikut atau mencari perhatian lebih, semua diperlakukan sama, dipuji atau dimaki, nyaris tak ada bedanya.
Siapa yang tak miris dengan kesaktian sang tumenggung ? Bahkan nyamukpun langsung berjatuhan ketika suara desis rapalan ajian ki nyangkutinkutangmu keluar dari mulutnya.

~ malam kian mabuk, makan malam sang tumenggung kakangmas bendoro lanting bersama istri dan selir-selirnya , riuh mendendang langit yang mulai bersurai.

Jelang tengah malam , pendopo agung ki gandulgandul tampak sepi.
Hanya ada sang tumenggung kakangmas bendoro lanting yang sedang bermandikan kepulan asap kemenyan wangi tujuh rupa yang dibawa dari tanah seberang oleh salah seorang utusannya.
Tak tampak juga para punggawa yang biasanya berjaga semalaman dan selalu tersiksa oleh gigitan nyamuk-nyamuk lapar.

~ diatas wuwungan bangunan yang mengelilingi pendopo agung ki gandulgandul itu tampak hitam bak jelaga, temaramnya lampu obor bergoyang ditiup angin.

Tumenggung kakangmas bendoro lanting mendengus lirih dan matanya masih terpejam dalam samadinya.

~ turunlah kisanak...pendopo agung ki gandulgandul selalu terbuka baik untuk bertutur sapa maupun bertukar ilmu kesaktian....~

Terdengarlah suaranya pelan dan menusuk pendengaran sedang mulutnya tak sedikitpun bergerak.
Rpanya sang tumenggung telah menunjukkan kesaktiannya dengan merapal ajian ki burikasakusuk untuk mengingatkan kepada tamu tak diundang yang sedang bersembunyi diatas wuwungan gelap itu.

~ hahahahahahahaha...tak salah dan tak luput dari kisikan sepanjang pantai utara tentang kesaktian sang tumenggung kakangmas bendoro lanting yang sangat terkenal itu...~

Seorang lelaki tua bersorban dan berjenggot panjang yang nyaris mencapai pusarnya, telah mendahului suaranya sendiri dan melayang seringan kapas memasuki pendopo agung itu.

Sang tumenggung masih tenggelam dalam samadinya dan tampak kepulan asap kemenyan tujuh rupa itu menyambut kedatangan tamunya, berkelok indah bagaikan bernyawa.

~ rupanya pendopo agung ki gandulgandul ini telah kedatangan seorang tamu agung dari pantai selatan yang tiada tandingannya...~

~ ada apakah gerangan sampai seorang sang rubah jenggot putih menyasar kesini ? ~

~ hahahaha...duli sang tumenggung yang sakti mandraguna, sampeyan tak tak suka dengan kedatanganku ? ~

Sang rubah jenggot putih menyahut sambil bersila didepan sang tumenggung berjarak delapan depa.
Keduanya saling adu kesaktian dengan bicara tanpa menggerakkan bibir untuk menguji kekuatan tenaga dalam masing-masing.

~ hmm....suka atau tak suka, apa bedanya ? ~
Suara sang tumenggung terdengar acuh.

~ betul juga omongan sampeyan...kita ini dasarnya cuma orang persilatan, cuma tahu adu ilmu dan rapal ajian...~

Kali ini suara sang rubah jenggot putih terdengar dingin dan menyeramkan, langit masih bersurai dan udara makin mencekam.

Sang tumenggung kakangmas bendoro lanting pun membuka matanya dan sebuah tebasan tangannya mengeluarkan desingan memilukan, membentuk sebuah bayangan golok raksasa yang melesat serta menebas terarah ke tubuh kurus sang rubah jenggot putih.

(....hihihi..ntar sambungannya ya, selamat menebak deh apa yang terjadi selanjutnya...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar