Selasa, 17 September 2013

Perawan dari hutan larangan ( 1 )

PERAWAN DARI HUTAN LARANGAN

by : j.lie hardi

bagian pertama

~ Golek golek..capunge tak golek golek
Capunge golek golek dewe...
Golek golek...capunge tak golek wae..
Capunge golek golek dewe..
Capunge tak golek dewe..
Capunge modar kuwi...
golek golek...tak golek kuwi...~

Nyanyian lucu dan ngawur terdengar jenaka memecah keheningan pagi berembun itu.
Burung-burung kecil lari dan beterbangan lintang pukang sambil tertawa lirih dalam cicitnya.

Sesaat kemudian pemilik suara jenaka dengan nyanyiannya itu melangkah menuju sebuah anak sungai lecil yang jernih.
Wajah perempuan muda itu cantik dan kemilau dengan hidungnya yang mancung sempurna. Bibirnya ranum berkilauan menyiratkan kegembiraannya dan kulitnya putih bersih bak pualam baru dicuci.

Suatu pemandangan yang menakjubkan apalagi kemben yang digunakannya tergolek diatas lututnya yang mulus itu tak mampu menyembunyikan kesintalan tubuh moleknya.
Dadanya membusung sempurna dengan belahan yang bisa mengundang ribuan lelaki yang rela membunuh demi mendapatkannya.

Sinar mata perempuan muda itu begitu jernih bak intan permata namun setajam mata harimau yang bergelora. Rambut hitamnya meluruh bagaikan mayang kencana dan menebarkan keharuman melati dari jayagiri.
Jari jemarinya yang lentik terhias kuku-kuku bening yang terlalu indah untuk dilukiskan dalam sebingkai puisi oleh sastrawan manapun.

Kehadirannya seakan mengubah renjana sanghyang widhi yang membuatnya seperti memindahkan lekukan syahdu surgawi.

~ Golek golek..capunge tak golek golek
Capunge golek golek dewe...
Golek golek...capunge tak golek wae..
Capunge golek golek dewe..
Capunge tak golek dewe..
Capunge modar kuwi...
golek golek...tak golek kuwi...~

Kembali lagu jenaka itu meluncur dari bibir ranumnya ketika masuk kepinggiran anak sungai itu dan merendam tubuh moleknya.

Perempuan muda itu menikmati dinginnya aliran air sungai dengan riang, seakan tak ada kesusahan yang perlu dipikirkannya. Tanpa disadarinya kemben itu melorot turun sehingga buah dadanya yang indah itu tampak berkilauan diseringai oleh sinar matahari. Namun tak dipedulikannya dan segenggam melati harum digosok-gosokkannya tanpa dosa berarti.

Bahkan pelangi juga ikut seronok, muncul dipagi hari tanpa risih dan tak merunut hujan. Kelinci-kelincipun melongo dan menggelepar direrumputan, tupai-tupai tergelincir dan bergelimpangan ketanah dengan mata nanar.
Sedangkan ikan-ikan yang riang berlarian dalam air sungai itu, juga turut mengapung seakan terkena tuba.

Pagi dalam gemericik air sungai dan pemandangan menakjubkan luruh diantara nyanyian jenaka dari bibir perempuan muda yang molek itu.

Tetapi sayang keheningan dan keseronokan pagi itu terusik oleh derap langkah beberapa lelaki bertampang kasar dengan mata nyalang.
Lima orang lelaki itu tertawa dan mulutnya mengeluarkan bau tak sedap. Mereka menatap nyalang kepada perempuan bertubuh molek yang sedang menikmati ketelanjangannya sendiri.

~ huahahahahaha....duuh ayune nih bocah..sini kakang yang mandikan....~ si kumis baplang merayu dengan napsu bergolak.
~ hahahaha...sama kakangmu ini saja cah ayu nan molek...~ sambung si jidat codet memperlihatkan giginya yang hitam dan kuning gompal-gompal.
~ duuh cah ayune...sini kakang saja yang elus-elus...blegghh..~ sambut si juling sambil ketelek ludahnya sendiri, sumpah serapahnya bercucuran sambil batuk.
~ hahahaha....cah ayu..sama kakangmu ini ya tak kelonin sampai cah ayu puas...~ si bopeng jingkrakan tak kuat menahan napsunya yang membludak di celana cingkrangnya.
~ aaaaahhhh....mari cah ayu...kakang sudah tersiksa lahir bahtin..hayuuuu...~ si cungkring yang pincang tak mau kalah.

Kelima begundal itu terbahak penuh napsu durjana, langkah kaki mereka makin mendekat.
Namun perempuan muda bertubuh sintal nan molek itu tak terlihat takut. Dengan tenang dia berdiri dengan tubuh telanjangnya yang bak pualam basah itu dan seperti tak terburu-buru mengenakan kembali kemben basahnya.

~Golek golek..capunge tak golek golek
Capunge golek golek dewe...
Golek golek...capunge tak golek wae..
Capunge golek golek dewe..
Capunge tak golek dewe..
Capunge modar kuwi...
golek golek...tak golek kuwi...~

Bibirnya terus mengulang-ulang lagu jenaka dengan riangnya. Senyuman manis itu seakan ingin merobohkan tiang langit dan para begundal itu bisa merasakan ledakan napsu yang membutakan mata sehingga celana cinkrang merekapun basah dengan geraman yang membahana.

Satu hal yang tak dipikirkan oleh para begundal yang terjerat oleh napsu durjana mereka sendiri, mengapa perempuan muda itu tak terlihat takut sedikitpun ?

Namun semuanya sudah terlambat untuk para begundal itu. Si perempuan muda bertubuh sintal nan molek itu kini telah berdiri didepan mereka dengan senyum tak lepas dari bibir ranumnya.
Tangannya telah memegang seuntai tali kecil berwarna merah yang tadi mengikat rambutnya. Panjangnya cuma sedepa namun berkredepan seperti logam halus.
Para begundal itu langsung merangsek kearah perempuan muda itu seakan berlomba siapa yang duluan mendapatkannya.

Perempuan muda itu kini tertawa. Suara tawanya merdu bukan kepalang menelusuri tiap rongga nyawa yang mendengarnya.
Suara tawa itu juga membuat langkah kelima begundal terhenti sesaat.
Tangan perempuan yang memegang tali sedepa itu terayun kedepan.

~ zziiiiinnnnggggg.....~ selarik dengung yang menyayat terdengar memekik ketika tali sedepa itu meluncur deras.

Kelima begundal itu tercekat dan masing-masing memegang lehernya dengan erat . Mata mereka kini terbeliak tanpa bisa mengeluarkan kata-kata rayuan lagi.

Perempuan muda bertubuh sintal nan molek itu terua tertawa merdu dengan pandangan mata berkilauan.

~ hihihihihihihihi....kalian telah lancang padaku, terimalah hukumannya..~ desisnya pelan, ~ tak ada lelaki yang bisa hidup setelah melihat tubuhku dan menghinanya....~ seraya melangkahkan kakinya menuju hutan dari kana tadi dia datang.

~Golek golek..capunge tak golek golek
Capunge golek golek dewe...
Golek golek...capunge tak golek wae..
Capunge golek golek dewe..
Capunge tak golek dewe..
Capunge modar kuwi...
golek golek...tak golek kuwi...~

Nyanyian jenaka itu kembali bergema mengiringi langkah kakinya dan goyangan pantatnya yang padat dan berisi .

Sementara kelima begundal itu tak kuasa menahan leher mereka. Satu per satu leher mereka berjatuhan ketanah dan semburan darah merah membasahi tanah tempat mereka berdiri.

Mereka telah lancang bertindak dan kini harus menerima akibatnya.
Napsu durjana telah menyebabkan nyawa mereka melayang tanpa tahu siapa sesungguhnya perempuan muda bertubuh sintal nan molek itu.

Semua sudah terlambat. Semua sudah terjadi.
Sayup-sayup suara nyanyian jenaka itu masih terdengar dan kini menyisakan sepi yang menyeramkan dengan tubuh-tubuh terpisah dari kepalanya.

Hanya sayup rasa nyeri menyelinap dengan hawa kematian menyergap dari dalam hutan larangan itu.

~cari cari..capungnya kucari cari
capungnya mencari-cari sendiri
cari cari..capungnya kucari sendiri
capungnya mencari-cari sendiri
capungnya kucari sendiri
capungnya yang mati itu
cari cari..kucari itu...~

Itulah arti tembang jenaka yang membawa dengung kematian itu dan menyisakan tanya siapakah perempuan muda bertubuh sintal nan molek bak pualam basah itu ?

      bersambung ya seperti biasanya...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar