Minggu, 27 Oktober 2013

A S I N G



Jangan katakan apapun kepadaku malam ini

Engkau sudah menjadikan hati kita terasing

Saat bayangan diriku baru menghampiri

Tak ingin juga kutanyakan mengapa

Karna itu hanya akan merobek jiwa

Mari kita bersikap seperti orang asing

Tanpa sapa atau juga desah rindu saling bertautan

Malam musim gugur akan segera berakhir

Dedaunan pun segera terlupakan

Berserakan tanpa arti dan dikerudungi dengan butiran salju

Ranting-ranting menggigil dalam gigilnya sendirian

Toh hati ini bukanlah milik yang berharga


Kan kusesap dinginnya musim dingin sedingin-dinginnya

Aku 

Engkau

Tak pernah memintal mimpi bersama
Dan jangan berhenti untuk menyapa 

Angin pun tidak

Kesunyian ini hanya milikku
Entah kapan akan berakhir
Akan kunikmati sehangat teh manis dalam cangkir keramik 

Sesederhana itu saja

DUSTA HATI




Ketika engkau bicara tentang hatimu
Ketika engkau tersenyum ketika hatimu tak lagi gundah
Ketika hatimu telah terisi oleh mimpi indah

Kenapa harus kurasakan hati ini menangis ?

Ah , harus kuhentikan sampai disini
Dipersimpangan ini akan kutengok sekali lagi wajahmu yang tersenyum itu

Musim gugur akan menemaniku melangkah
Menyesap gigil yang mulai menerpa
Rinduku sekali lagi berserakan diantara guguran dedaunan

Selarik doa kusampirkan pada angin dan kesunyian
Semoga kau temukan bahagiamu

Sabtu, 26 Oktober 2013

P E R A N G



Disini tempat darah dan air mata tumpah
Menyerap ketanah dalam-dalam
Mengisut bersama semak dan luka

Tombak-tombak itu belum lagi kering dan masih berbau darah
Nisan belum lagi sempat dibuat

Tetapi serigala dan heyna saling mencakar
Menggeram amarah dan melempar cercah
Merobek malam dan menginjak siang

Buluh-buluh yang terpotong belum lagi bertunas
Api juga belum memerah membakar kulit ubi
Namun isinya sudah bernanah

Ibu bumi berteriak dan menangis
' anakku belum cukup untuk makan hari ini '

Tetapi serigala dan heyna masih saling mencakar
Merobek jiwa sang jagat batara
Meninggalkannya berkubang dalam luka

Disini tempat darah dan air mata tumpah
Menyerap ketanah dalam-dalam
Mengisut bersama semak dan luka

Haruskah perang kembali dikobarkan demi menegakkan santun ?

Jangan ukir nisan-nisan itu 
Karna kami akan kembali merajam sukma
Untuk membangunkan batara yama dari tidurnya

Tombak-tombak akan kembali bersimbah darah dan air mata
Bernyanyi untuk sebuah negeri antah berantah

Rabu, 23 Oktober 2013

K A T A K A N


Katakan selarik kata kepadaku malam ini
Karna hujan telah menghantui mimpiku

Bisikkan sebuah desah rindumu agar memenuhi hati ini
Karna hujan telah membasahi rinduku

Dalam tirai hujan sepanjang musim panas yang mencekam
Ingin kuberlari dan memelukmu erat
Tak ingin kulepaskan walau jagat langit menghentak bumi
Karna cinta ini milik kita
Walau dunia memberontak dan menggelepar

Hujan kini hanya tersisa gerimis kekasih jiwaku
Jadi jangan menangis lagi
Karna semua ini tak mampu menetak jarak ribuan lie
Walau rindu-rindu berserakan di musim gugur

Kita hanya punya satu mimpi
Dan janji kita bertemu dipersimpangan waktu
Kala musim dingin menerpa semesta
Ada kehangatan dalam pelukan kita
Membara tak pernah usai

H U J A N






Dikeremangan cakrawala derai hujan menerpa
Teringat akan rinduku yang tak pernah usai
Sedang apakah engkau disana ?
Adakah engkau balut ragamu dengan mantel tebal yang kemarin ?
Aahh...sungguh indah tirisan air yang membentuk tirai dipenghujung atap
Kucari lukisan wajahmu yang kerap muncul disana
Yang selalu membuat senyum mengembang didalam hati ini
Tanganku menengadah menari bersama hujan

Duuh...rindu ini melompat kegirangan
Wajahmu nan tulus senantiasa menggoda jiwa

Mari kekasih...

Mari berpayung bersamaku dengan pelepah pisang ini
Biarkan orang-orang mentertawai kita
Cemburu akan pelukan rindu kita
Sang jagat langitpun merasa resah
Dan menepak gendang miliknya

Rembulan telah lama bersembunyi dan menutup kelambu

Tirai hujan ini milik kita
Selamanya akan mengisi relung jiwa kita
Pada apa yang kita yakini

Hujan teruslah meniriskan tirai indahmu
Biar malam ini ku terlelap dalam geletar renyah
Pada cinta yang mengurai gelisahku

Wan an , duhai kekasih 

Penat kita sudah cukup untuk hari ini
Tidurlah bersama mimpi-mimpi indah
Esok mentari masih akan bersinar lagi
Menyapa semesta alam

Senin, 21 Oktober 2013

MAAFKANLAH...



maafkan aku , 
maafkan malam ini harus kuakhiri sejenak
dan kubunuh segala onak yang menghunjam benakku

mungkin akan kusibak waktu agar terkuak 
merubuhkan pintu-pintu disisi kiblat
agar kekelaman awan dan jelaga gampang terlihat

maafkan aku 
maafkanlah atas rikuh yang sembrono ini

rasa gundahku telah mengoyak jiwa sampai terburai
melempar berpuluh-puluh sembilu kedalam hati
menyesatkanku ke dalam geladak yang berkarat

maafkan aku karna telah memohon maaf kepadamu
sedangkan pemberi maaf telah melupakannya

maafkan aku karna keluh dalam maaf ini
aku cuma terhempas sejenak di tengah pucuk malam

telah kusampirkan seluruh letih 
sudah kuletakkan semua lelah
menumpuk dan mengisut bersama durna

maafkan aku ,
maafkan aku karna telah merindukan dan mencintaimu

sedang kita hanyut dalam mimpi-mimpi

CUMA INI JAWABKU








kita hanya teman
hanya teman dekat
yang selalu saling berbagi 

begitu katamu ketika bisik melenggang dikeriuhan
mereguk anggur putih yang nyaris kering diatas awan mendung
senyummu mengikat jiwa sampai ke undakan surga

mari kita menari salsa 
mari kita melangkahkan rumba
dan memeluk dansa terakhir malam itu 
diantara lengkingan suara celine dion

kita hanya teman 
teman dekat
yang akhirnya menjelma menjadi satu hati
ditakdirkan untuk bersama 
merenda cinta sampai rambut memutih

begitu bisikmu ketika itu
ketika salju mulai gerimis di akhir tahun
menatapmu tertawa dan tersenyum dipenghujung malam

ah , genta terlalu rikuh untuk berdendang

mari hangatkan diri diperapian
biarkan salju membiaskan jelaga di jendela
kita akan menghabiskan malam-malam seperti ini 
tanpa peduli renta menempa 

kita akan terus berteman
berteman dekat
tak peduli rambut telah pemutih
atau bibir yang mulai rikuh berciuman
kita akan berteman selamanya
sekalipun anak dan cucu kita tertawa

kita akan berteman sampai seribu tahun lagi
dan bertemu ketika kita lahir kembali
kita akan kembali berteman

rindu menerkam hati 
cinta memilukan jiwa
teman akan hadir selamanya

mari kita nikmati dansa terakhir kita malam nanti
memeluk cinta yang tak lekang dimakan usia

Selasa, 08 Oktober 2013

** SENJA MERAH DI PARANG TRITIS **



**  RAPUNZEL **

September 6, 2009 at 9:16pm
Senja mulai merangkak; deburan ombak pantai selatan tampak memuncak 
Buih-buih putih saling berkejaran, 
tersenyum ramah , namun menyimpan kengerian yg dalam; 
Rona merah memburai di batas cakrawala, 
menari-nari dengan indahnya, seakan menyapa; 
sementara perlahan hamparan pasir yg berwarna kecoklatan mulai ditinggalkan, 
kesunyian mulai terbentuk diiringi senandung ombak yg makin ganas, 
seakan ingin memperlihatkan; jangan perlihatkan keangkuhanmu, disini.. 
Senja merah kian memerah, tersungging seulas senyum kemenangan, 
membelai dan merangkul insan-insan yg masih lekang merangkai janji; 
Seperti juga , 
sesosok tubuh berdiri diketinggian bukit pasir, 
menatap , 
seakan ingin memastikan apa yg dicarinya ada, 
Wajahnya yg menampakkan keteguhan, 
tak peduli dengan geraman angin selatan, 
dinginnya hembusan angin juga tak mengusiknya, 
Deburan ombak yg semakin membahana mengiringi gulungan ombak yg makin hebat, 
tak juga menepis keraguannya; 
sebuah penantian ; 
Sebuah janji musim gugur ingin dituntaskannya, 
tak peduli, 
akankah gulungan ombak akan menjadi badai dan menghempaskannya kepada 
kematian ! 
Senja merah kian memerah, 
menutur kata tanpa irama, 
mempertanyakan kehadiran lelaki itu disini, 
sementara batas cakrawala memerah hampir berdarah; 
sesaat lagi fenomena ini akan berakhir, 
gelisah tampak menyiksa wajah lelaki itu, 
sinar matanya menyapu dan mencari sebatas pandangannya; 
dan kuyu ketika tak menemukan apa yg menjadi harapannya, 
musim gugur datang terlalu cepat ; 
dedaunan gugur sebelum ranting-ranting menjadi kering , 
meninggalkan aroma kesat bercampur udara kering angin September; 
Senja merah kian memerah, seakan meronta-ronta untuk membebaskan diri, 
perlahan memudar menyisiri kegelapan yg mulai merasuk ; 
Berakhir sudah penantian hari ini, 
langkah gontai mengiringi kepergian sosok lelaki yg berdiri mematung dibukit pasir itu , 
gemuruh ombak laut selatan seakan ikut bersedih; 
dentaman ombak memecah telinga; 
seakan ingin melecut semangat lelaki itu, 
sekaligus mengejeknya; 
Untuk kesekian kalinya senja merah dimusim gugur telah dilewatinya , 
semua berlalu begitu saja; 
harapannya sirna bagai asap ditiup angin , 
kini hanya kegelapan malam yg menemaninya berlalu; 
sang kekasih tak pernah menampakkan dirinya di musim gugur; 
seperti janjinya kepada langit biru; 
kepada burung-burung di pepohonan; 
kepada 
hamparan awan putih yg menjadi hasrat dan mimpinya…….. 

(..catatan kaki diawal musim gugur, sept.09 )

** PENGEMBARA KEGELAPAN **

RINDU RAPUNZEL 

September 9, 2009 at 10:18pm

Malam terus merangkak, sunyi menemani pekatnya , 
bintang-bintang dilangit menyembunyikan diri , 
rembulan mengurung diri pula , 
ayunan pucuk-pucuk cemara , 
meretas ngeri , 
menyenandungkan kepedihan , 
menjerit dalam dinginnya malam ; 
sayup terdengar langkah memecah kesunyian , 
wajah sang pengembara kegelapan pedih menelusuri jalan setapak ; 
berkas darah mengering diwajahnya , 
semburatkan remuknya sebuah jiwa ; 
tersembunyi dibalik kerudung jubah hitam yg melambai , 
melontarkan kengerian bagi penghuni malam, 
senyap menyelubungi seluruh jagat raya, 
hening menyelinap dan kehidupan musnah ketika pengembara kegelapan 
melangkahkan kakinya; mencari getar rindunya yg terluka; 
Wahai rembulan pucat pasi , 
Duhai gemericik kelip bintang-bintang yg meredup , 
dimanakah dulu sang pria langit bersanding mencumbui kekasihnya ? 
Malam terus berlalu tanpa menyapa; 
meninggalkan pengembara kegelapan yg makin jauh tersesat; 
membawa luka dan nista yg berdarah ; 
dalam desah napasnya satu-satu membakar belukar , 
menggoreskan seretan langkah yg limbung; 
Duhai, penghuni-penghuni malam dan pertapa-pertapa pengawal jiwa , 
dimanakah dulu sang pria langit membangun rumah cintanya ? 
dimanakah dulu sang pria langit meletakkan selendang hasrat dan gairahnya ? 
dimanakah dulu sang pria langit mendekap kekasihnya pada malam-malam 
sebelum tidur, sebagai pengantar mimpi indah esok hari ? 
Hening ; 
Diam ; 
Sepi ; 
sang kekasih telah menutup pintu hatinya dan menghilang dari batas cakrawala; 
dan sang pengembara kegelapan memulai perjalanan jiwanya; 
menuju kepada kematian ; 
dalam rindu yg tercabik oleh tebasan pedang malaikat bertudung hitam….. 
(dari catatan kaki musim gugur 09 ) 

** PENGEMBARA KEMATIAN ** 

CINTA RAPUNZEL

September 8, 2009 at 10:42pm

Debu-debu beterbangan ; 
matahari menumpahkan teriknya , 
seakan ingin menyaingi panasnya neraka milik Lucifer ; 
Bumi meronta ; 
membara dan melelehkan gejolak raga yg masih tersisa, 
aahh…. 
Musim gugur mulai menjarah ; 
semilir tak lagi menyejukkan 
rengasan terik berkepanjangan , 
menari dan terus menari …. 
membakar matahari dibumi yg menangis ini ; 
Debu-debu kembali bersimpangan ; 
menorehkan fatamorgana sesaat , 
senja takkan pernah seindah dulu , 
tatkala desah masih berselubungkan rindu; 
saat tawa membuai jiwa dalam hasrat, 
yang kini telah terbuang , 
pada hamparan padang ilalang kering ; 
tempatmu berada, 
wahai pengendara kegelapan , 
pada pertarungan demi pertarungan berlalu , 
yg makin menyeretmu pada jurang kehancuran , 
terhempas pada tebing kematian sebuah jiwa ; 
sekeping jiwa terlontar ; 
sepotong lagi terinjak nista ; 
sedangkan kepingan lain terhempas dalam pekatnya kegelapan malam , 
tanpa ada sapa dan kecup pengantar mimpi ; lagi , 
malam-malam berwajah dingin dan keruh ; 
pada siapa pengembara kegelapan merangkul kematian ; 
kematian sebuah hati dan jiwa yg ternista tanpa teradili, 
menari dan teruslah menari ; 
pengembara kegelapan melangkah menuju kepada kembara kematiannya…. 

( catatan kaki musim gugur 09 )