Selasa, 17 September 2013

Tumenggung Kakangmas Bendoro Lanting ( 1 )

Tuesday, July 23, 2013 at 20:31

TUKABELA

Bagian pertama

Angin berhembus lirih, mengayunkan senandung-senandung kecil dan kecipak air sungai yang mengalir tanpa rasa penat.
Aliran sungai yang berakhir pada sebuah danau, rawa pening~ begitu orang-orang menyebutnya.
Kadipaten itu bernama limbarawa , kadang juga disebut ambarawa dan yang berkuasa adalah raja amangkurat II sebagai penguasa kerajaan mataram.
Kadipaten limbarawa sangatlah subur dibawah kuasa sang tumenggung kakangmas bendoro lanting yang sakti, bahkan sang raja sendiri agak sungkan mengusiknya.
Kesaktiannya sangatlah menakutkan punggawa-punggawa seluruh negeri bahkan begitu terkenal disepanjang pantai utara.
Disamping kesaktiannya yang mandraguna, kebiasaan sang tumenggung juga sangatlah jelek.
Sang tumenggung kakangmas bendoro lanting sangat suka memperistri kembang-kembang desa dari seluruh wilayah kekuasaan kerajaan mataram.
Delapan belas istri, dirasakannya masih kurang dan terbit rasa ingin menambah lagi seorang perawan untuk dijadikan selirnya.
Maka turunlah perintahnya kepada punggawa-punggawa kadipaten yang amat setia dan takut pada kesaktian sang tumenggung.

~ kalian pergilah keseluruh desa dikadipaten ini dan carilah seorang perawan cantik untuk jadi selirku yang kesembilan belas
~ tetapi janganlah gegabah, cari dan temukan dimana dia lalu laporkan kepadaku
~ aku akan datang dan melihatnya sendiri

Maka pergilah para punggawa sang tumenggung dengan misi tersebut. Kegagalan hanya akan membawa sengsara bagi mereka dan itu amat mengerikan, mengingat sang tumenggung begitu ringan tangan bila ada yang tidak berkenan kepadanya.
~
Disebuah desa yang bernama tambakboyo dan berdekatan dengan sebuah danau yang disebut rawa pening.
Danau itu amatlah indahnya dan menjadi seperti sebuah surga kecil bagi warga desa tambakboyo.
Desa itu terkenal akan kemakmurannya, juga kembang-kembang desa yang menyiarkan kecantikannya.
Sepanjang pagi kegiatan mereka adalah mandi dan mencuci pakaian disebuah anak sungai yang alirannya berakhir pada danau rawa pening. Senandung dan nyanyian kecil serta tertawa genit adalah nyanyian yang kerap kali mengusik tidur burung-burung dan tupai dipepohonan.
Salah satunya adalah seorang dara cantik dan merupakan kembang desa tambakboyo yang paling didambakan oleh pemuda-pemuda didesa itu dan sekitarnya.
Dara cantik itu namanya kirana qi, atau begitulah dia menyebut namanya sendiri.
Kirana qi adalah anak kepala desa tambakboyo yang sedang ranum-ranumnya, ibarat buah mangga gedong yang harum dan manisnya mengalahkan tebu.
Kirana qi senang bernyanyi dan bersajak, maklumlah cuma dia satu-satunya yang mendapat pelajaran dari seorang pertapa, ki nanggung jagat langit. Konon, ceritanya sang pertapa ini baru pulang dari pengembaraannya ke negeri seberang dan pikirannya penuh dengan segala dahaga untuk membagikan ilmunya kepada rakyat desa itu.
Dan kirana qi sungguh beruntung bahwa dia memiliki kelebihan dengan segala keingin-tahuannya akan ilmu pengetahuan. Itu juga yang menjadi salah satu rasa minder pemuda-pemuda desa yang mengharapkan cintanya.
Tapi kirana qi tak peduli, dia hanya ingin menikmati indahnya alam pedesaan bersama sahabat karibnya, meidy nike . Keduanya selalu bersama kemana dan apapun yang mereka kerjakan.kiran
Seperti pagi itu dan pagi-pagi yang lain, keduanya selalu tampak riang , seolah tak ada satupun beban berat yang harus mereka hadapi.

~ kirana mulai melantunkan sajaknya

~ .... air mata ini sudah mengering jauh sebelun langit tak lagi berwarna biru, kusam temaram dalam sejuntai kelopak melati layu

..zirah ini telah berkarat, terlalu lama menunggu isakmu berhenti merajuk

...sungguh lelah ini meletihkan jiwa,
merangkul serpihan-serpihan rindu dipekarangan rumahmu

...dentam yang lenyap dikesunyian...

Meidy nike , atau yang sering dipanggil oleh ibunya dengan nama menoreh, menatap sahabatnya itu dengan takjub. Hanya sedikit yang dia mengerti, hanya sedikit yang baru dipelajarinya dari kirana karna sang pertapa ki nanggung jagat langit kurang sabar menghadapinya.

~ aahh...sajakmu selalu indah, kirana qi...
~ hihihi...engkau mengejekku terus menoreh..
~ tidak, aku bilang jujur dan aku harus belajar lebih giat lagi supaya bisa sepertimu..

Kirana qi tertawa. Tawanya begitu merdu sehingga bisa membetot jiwa burung-burung manyar yang beterbangan.

~ maksudmu, supaya bisa memikat kakang aditia sameangkala dari desa parigi timur itu ?
~ hahahahaha....engkau juga senang mengejekku, kirana...dirimu adalah kembang desa yang menjadi pujaan semua lelaki...
~ hahahahahaha....adikku menoreh yang cantik dan ayu...jangan pula engkau mengumbar petaka , nanti aku bisa dirajam oleh perempuan-perempuan desa yang cemburu..

Keduanya tertawa , tak peduli dengan perempuan-perempuan desa yang melirik dan iri dengan kegembiraan mereka.
Untunglah, pembicaraan mereka tak sampai terdengar oleh yang lain.

Mendadak kegembiraan mereka terusik oleh derap langkah kaki berkelom kulit. Mereka adalah para punggawa sang penguasa kadipaten, yaitu tumenggung kakangmas bendoro lanting.
Semua mata perempuan-perempuan itu sejenak teralihkan dari kegiatan mencuci, tatapan mereka menyambut para punggawa itu .
Mereka hanya bertanya nama serta orang tua mereka dan mencatatnya diatas sehelai daun lontar.
Tak ada penjelasan maksud semua itu.

~ siapa namamu dan siapa orang tuamu ? ~

~ menoreh , anak ki nantun dan ni legok ; jawab meidy nike atau menoreh pelan.

~ kirana qi, anak kepala desa tambakboyo, ki nudis jagat kuning dan lin fung lien, ibuku

Kirana qi menatap mereka tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Para punggawa itu tampak agak segan mendengar nama kepala desa tambakboyo disebut. Mereka tahu, kepala desa itu tak bisa dibuat main-main.
Kemudian semuanya pergi tanpa ada penjelasan apapun dan ributlah mereka bergunjing.
Kirana mengerutkan dahinya dan menatap sahabatnya menoreh.

~ ada apa gerangan dengan para punggawa itu ? , tanyanya curiga.

~ entahlah, mungkin dikirim sama tumenggung untuk melihat kita ?, jawab menoreh sedikit bergidik, entah bagaimana nanti nasib kakang aditia sameangkala ? pikirnya risau.

~ apa maksudmu menoreh ?
~ entahlah, kirana...pamanku pernah berkata kalau tumenggung menginginkan apapun maka dia akan mendapatkannya. Engkaupun tahu itu bukan ?
~ sudahkah, tak usah kita bincangkan lagi. Mari kita pulang, emak mengajakku pergi kepasar membeli kain tenunan mbah karyo...

Lalu keduanya beranjak pergi dan membawa rasa ingin tahu akan tujuan para punggawa tadi. Namun keduanya tak lagi mau membicarakannya dan menggegas langkah.

~ ....punai-punai terbang berpasangan
bersiulan tembang-tembang asmara, menukik langit dalam rindu yang mendesah..~

         ( ntar nyambung lagi ya....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar