CATATAN SEORANG PEMBUNUH BAYARAN
Malam ini gerimis kembali meratap langit seakan tiada lagi kebosanan yang tersisa :
Lelaki itu sejenak menengadah dan membiarkan tetesan hujan membasahi wajahnya yang tampak begitu dingin , mengalahkan dinginnya udara malam
Sudut dinding itu tampak sempurna menutupi kehadirannya , juga sebuah tas gendong yang tampak tidak biasa dan tergeletak diam dekat kakinya :
~ hanya diam menunggu sebuah deringan kecil
Sesekali sebuah binokular kecil diarahkannya menelusuri sudut pandang dikejauhan , memberikannya berbagai detail tentang malam dan apa yang dicarinya:
~ semua harus sesuai dengan perhitungan yang matang atau sesuatu yang diluar dugaan akan terjadi ; kisut malam makin menggigil dan rintik hujan makin deras
Wajahnya tetap membeku , sedingin es kutub utara ; kepulan asap rokoknya cuma selintas dan tubuhnya meregang ketika dering kecil mengingatkan mengapa dia ada disitu dalam dinginnya malam
~ target ; jendela ke 67 lantai 24 , 29° lintang utara , 67° bujur timur , status : terminated at 23:15 . Case : confidencial government security.
Binokular kecil itu kembali menatap target sesuai dengan pesan yg diterimanya, waktu masih tersisa delapan menit tiga puluh enam detik lagi
Ditemukannya jendela itu namun hanya ada keremangan lampu malam yang suram
Helaan napasnya mulai terasa berat, suatu hari asap tembakau ini akan membunuhku, pikirannya sejenak terjebak sembari menjentikkan puntung rokoknya jauh melintasi tembok bisu
~ sejenak kerinduannya merebak : kenangan tentang seorang demonstran itu kembali mengusiknya, kekasihnya sendiri yang terjebak dalam sengketa anarkis itu
Namun segera ditepisnya dengan sebuah gelengan kepala, tangannya sibuk mempersiapkan peralatan agar siap kala dibutuhkan pada waktunya
~ sebuah AS50 kaliber 12.7mm.50BMG yang terbalut peredam suara dan peluru modifikasi dari inti es untuk menghilangkan jejak sehingga tak terlacak
Lelaki itu kini memandang dari periskopnya dan coba menemukan sisi yang paling ideal
~ waktu tersisa satu menit tiga puluh enam detik lagi ; jendela itu kasih temaram dan rintik masih deras menerpa
Sebuah kotak kecil tampak siap disisinya , benda itu hanya bertahan tiga puluh detik sejak dikeluarkan dari tempatnya ; kerut dikeningnya tampak mengeras , matanya sejenak menatap kegelapan disekelilingnya
Waktu terus berdetak dan merambat pelan seakan melintasi bentangan cakrawala tak bertepi
~ enam puluh detik lagi , ada rasa gelisah menyergapnya
Langit masih bermuram bagai durjana dimalam jahanam, ketika penghuni neraka berteriak beringas
~ sepuluh detik tersisa, tangannya meraih sebutir peluru inti es dan segera memasukkannya kedalam chamber AS50 itu matanya menatap sekelebat bayangan yang tampak dijendela itu
Jemarinya siap menarik pelatuk ketika wajah yang tampak diperiskop itu seakan menghentikan napasnya :
~ Fanny Wijaya ???
Kutuknya menggeram dan peluru berdesing mengusik temaram malam , melesat entah kemana
~ wajah cantik dijendela yang kini terbuka itu tampak terkesima dan menikmati rintik hujan yang menerpa bibirnya
Lelaki dalam gelap itu tampak membereskan peralatannya dengan geraman luar biasa sebelum menghilang dalam kegelapan;
Sebuah malam yang akan membuat hidupnya dalam pelarian panjang....
(...see ya in other notes....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar