Selasa, 17 September 2013

Fall The Dawn ( 10 ) - Whispering Rose part one

WHISPERING ROSE

( part one  )

Sebuah mobil mewah Audi-A7 tampak berjalan pelan menelusuri jalan lengang tanpa nama maupun petunjuk.

Mobil itu berhenti didepan sebuah rumah bercat putih dengan garis-garis kebiruan pada sebuah kolomnya yang menonjol.

Kirana Qi dan Fe segera turun dan berjalan menuju ke pintu depan rumah tersebut.

Sesekali Kirana Qi menyapukan pandangannya pada keadaan sekitar, kewaspadaannya sedikit terusik oleh sepinya kawasan itu.
Fe mengetuk pintu namun tak ada jawaban apapun.

Keduanya saling pandang dan sepakat untuk masuk dari halaman belakang.

Ternyata dibelakang rumah berukuran sedang itu terdapat sebuah taman yang penuh dengan bunga mawar berbagai warna bermekaran.

Sejenak keduanya mengamati sekeliling untuk mengenali area yang mereka masuki.

Ada sebuah taman umum yang terletak tak jauh dari taman bunga mawar itu, beberapa pohon besar dan rindang tampak angkuh tak menyapa.

~ terlalu terbuka...~ gumam Kirana Qi sedikit waspada.

~ tak ada opsi lain Qi...~ jawab Fe pendek.

Langkah mereka belum lagi sampai ke pintu ketika melihat seorang perempuan sedang duduk didekat pohon-pohon mawar diletakkan diatas tumpuan pasak setinggi setengah meter.

Fe segera melangkah cepat menghampiri perempuan yang agak terkejut dengan kehadiran mereka disitu.

~ tante Kiki...~ sapa Fe segera memeluknya.

~ tante...~ Kirana Qi juga larut dalam sesungguk perempuan itu.

~ sedang apa kalian disini ...? ~ tanya perempuan yang dipanggil Kiki itu agak bingung.

~ kita bicara didalam, tante...~ jawab Fe sambil menggamit lengan perempuan itu.

Kirana Qi mengikuti mereka dari belakang tanpa menurunkan kewaspadaannya.

Ketiganya masuk kedalam rumah dan Kirana Qi langsung menutup pintu dibelakangnya.

Fe membawa Kiki menjauhi area jendela dan mengajaknya keruang tamu.

~ tante sudah tahu tentang Tya ? ~ tanya Fe pelan, bersimpati dengan kesedihan perempuan itu.

~ apa yang sesungguhnya terjadi pada Tya ~ angguk Kiki sambil melontarkan keingin-tahuannya.

Fe dan Kirana Qi saling bertukar pandang, sejenak dilanda kebingungan untuk menjawab.

~ Tya tertembak peluru nyasar tante, ketika itu Tya sedang ikut demonstrasi bersama mahasiswa beberapa universitas...~ jelas Kirana Qi lalu menceritakan kejadian itu tanpa menyebutkan bahwa Tya dijadikan sasaran karna satu alasan khusus.

Kiki mendengarkan cerita itu sambil menangis dan sesekali mengutuk dengan kemarahan.

Sementara itu denyut kewaspadaan Kirana Qi sebelum masuk kerumah terjawab pula.

Sebuah teleskop pada UTG Special Ops M14 sniper rifle itu telah mengamati kehadiran mereka sejak memasuki halaman belakang rumah tersebut.

Sniper itu berada pada sebuah dahan besar dan leluasa mengamati sasarannya tanpa terlihat.

Sementara tetap mengawasi sasaran, lelaki itu sesekali menekan sebuah earpiece yg berfungsi menerima ataupun mengirimkan transmisi ditelinganya.

~ posisi terhalang, target masuk kedalam bersama dua orang gadis. Mungkin asset, perlu visual view, tangani segera ~

~ operative satu mengawasi mobil dan supir, operative dua dan tiga akan masuk. Bersiap terhadap kemungkinan lain..~ jawab salah satu dari tiga lelaki berbadan kekar sambil memberikan kode perintah dengan tangannya.

Dua orang melangkah ke halaman belakang rumah itu dan yang satu lagi segera menuju ke depan.

~

Fe dan Kirana Qi menatap lekat perempuan yang sedang bersedih didepan mereka itu. Sejenak mereka bertukar pandangan.

~ tante Kiki...maafkan kalau kami mengusik kesedihan tante...~ ujar Fe pelan,~ Tya pernah datang mengunjungi tante sebelum kejadian ini bukan ? ~ tanya Fe lagi.

~ iya tante..apakah Tya pernah mengatakan sesuatu ? ~ lanjut Kirana Qi kepalang basah.

Kiki Nauly memandang keduanya, teringat akan pesan putrinya itu.

~ iya..Tya datang kesini dua minggu yang lalu. Tya hanya datang mengunjungiku dalam perjalanannya dari Tuscany...~ jawabnya berhati-hati sekalipun dia telah mengenal baik kedua teman kuliah anaknya itu.

~ dia tidak mengatakan apa-apa, Tya hanya sekedar mampir sebelum pesawatnya berangkat....~ lanjutnya lagi.

Fe dan Kirana Qi saling pandang dan bisa merasakan bahwa Kiki menyembunyikan sesuatu dari mereka.

~ Tya tidak mengatakan tentang aoa yang sedang dikerjakannya, tante ? ~ kejar Kirana Qi penasaran.

~ tante tidak pernah bertanya, Qi..lagi pula Tya tak pernah bicara soal pekerjaannya. Kalian tentu tahu bagaimana sifatnya..~ jawab Kiki sambil menggeleng lemah.

~ kalian masih suka bertemu dengan Jonah Lee ? ~ tiba-tiba Kiki melontarkan sebuah pertanyaan yang sedikit mengejutkan keduanya.

Fe dan Kirana Qi saling pandang, tidak pernah menyangka nama itu akan disebut Kiki.

~ Jonah Lee ? Bukankah dia sudah tewas dalam kerusuhan di Kairo tujuh tahun yang lalu ?~ jawab Fe mengernyitkan keningnya.

~ Tya yang pernah menyebutkan Jonah Lee waktu kesini tante Kiki? ~ pandangan penuh selidik dari Kirana Qi meluncur deras.

Kiki Nauly memandang keduanya tak mengerti dan semakin bingung dengan pesan Tya kepadanya.

~ tewas ? Kenapa tante tidak pernah mendengarnya ? Ada apa ini Fe ? Qi ? ~ berondong Kiki dengan kebingungan wajar.

~ iya tante, tujuh tahun yang lalu Jonah Lee tewas dalam kerusuhan besar yang melanda Kairo. Waktu itu dia sedang bertugas pada kedutaan dan mengawal utusan PBB bidang terorisme yang berkunjung kesana. Dia berhasil mengevakuasi utusan PBB keluar dari Kairo namun dia sendiri tewas oleh gerilyawan kiri dan mayatnya tak pernah ditemukan. Jonah Lee diidenfikasikan tewas dua bulan kemudian dan hal ini tidak dipublikasikan secara luas, sampai sekarang tante...~ jelas Fe dengan pandangan curiga terhadap pertanyaan Kiki tentang Jonah Lee.

~ apa maksudnya ? Apakah Jonah Lee masih hidup dan pernah bertemu Tya ? Bukankah mereka hanya berhubungan setahun sebelum kejadian Kairo ? Mungkinkah kedatangan Tya ada hubungannya dengan Jonah Lee ? ~ benak Fe penuh dengan berbagai pertanyaan.

Belum sempat semuanya terjawab, sebuah suara keras menghantam pintu dan dua orang lelaki berbadan tegap menerobos masuk dengan moncong Jericho 941-9mm berperedam suara mengarah kepada mereka.

Fe segera menarik Baretta 22 dan langsung menembak sasaran yang paling dekat kepadanya. Lelaki itu terhentak dengan keras ketika dua peluru menghunjam dadanya tetapi moncong Jericho 941 itu sempat memuntahkan pelurunya.

Sedangkan Kirana Qi bereaksi secepat Fe dan memuntahkan dua peluru 9mm dari Browning ditangannya kepada lelaki yang kedua. Bahkan lelaki kedua itu tak sempat menarik trigger senjatanya dan tersungkur dengan suara keras menabrak meja makan.

Fe dan Kirana Qi berlari cepat menuju pintu yang terbuka itu, namun segera disambut dengan desingan peluru lainnya.

Sejenak mereka melupakan Kiki dan memusatkan perhatian pada serangan lanjutan lainnya. Sekilas mereka melihat dua sosok lain sedang bergegas mendatangi mereka dengan cepat menyeberangi taman dengan pohon-pohon besar itu.

Kirana Qi dengan perhitungan matang segera meninggalkan posisinya dekat pintu menuju taman mawar itu sambil merunduk.

Fe melindunginya dengan menembak beberapa kali ke arah pepohonan dari mana datang rentetan tembakan tadi.

Sementara Fe dan Kirana Qi sibuk dengan desingan peluru, seorang lelaki dengan sigap masuk melalui jendela dekat ruang tamu dimana mereka duduk tadi.

Lelaki itu segera memeriksa Kiki yang sedang tertelungkup dilantai dekat sofanya. Tampak darah segar membasahi lantai dari sebuah luka tembakan pada pundak Kiki.

Kiki yang tampak shock itu segera mengenali lelaki tersebut.

~ Jonah Lee...kau...~ namun mulutnya segera tertahan oleh tangan lelaki itu.

~ ssstttt...jangan bicara tante...kita pergi dari sini...~ jawab Jonah Lee, lelaki itu lantas mengangkat Kiki berdiri dan melangkah keluar dari pintu samping tanpa terlihat oleh Fe yang sedang sibuk dengan sasarannya.

Keduanya segera menyusuri pagar menuju kearah rumah salah satu tetangga Kiki yang sedang kosong ditinggalkan pemiliknya berlibur.

Dengan cekatan Jonah Lee membuka pintu yang tertutup pada pagar kayu itu. Keduanya segera menuju kearah jalan dimana sebuah mobil van sedang menanti mereka.

Pintu samping van hitam itu segera terbuka dan tampak seorang gadis cantik menyambut dan menarik Kiki kedalam.

Pintu van tertutup dan Jonah Lee lantas bergegas meninggalkan tempat itu. Sedangkan gadis cantik yang memakai kemeja putih dan dua kancingnya terbuka yang memperlihatkan belahan dada tanpa bra itu segera memberikan pertolongan pertama kepada Kiki.

Kiki diam dalam shocknya dan membiarkan dirinya dirawat. Benaknya penuh dengan segala tanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya Tya ? Katanya Jonah Lee telah tewas tujuh tahun yang lalu, lantas mengapa lelaki itu kini yang menolongnya pula ? Lalu, siapa perempuan cantik yang berpakaian sexy ini ? Matanya makin berkunang-kunang apalagi sudah kehilangan darah cukup banyak.

~ bagaimana keadaannya Ge Faure ? ~ tanya Jonah Lee sambil mengemudikan mobil van itu menuju kearah pantai.

~ hanya bisa menghentikan pendarahan saja, Jonah..kita harus mencari tempat, ke hotel Huis ter Duin saja tetapi lewat belakang. Ada sepupuku yang akan membawa kita ke president suite lewat lift khusus diparkiran pribadi. Aku juga sudah memintanya mencari seorang dokter yang bisa dipercaya..~ jawab gadis cantik nan sexy itu, Ge Faure lugas secepat perintah-perintahnya dalam bahasa belanda yang fasih kepada seseorang lewat sebuah blue tooth pada telinganya.

~ pemesanan president suite sudah aku lakukan tiga hari yang lalu dengan sebuah nama perusahaan dari Swiss...~ lanjutnya lagi sementara Kiki sudah tak sadarkan diri namun darah tak lagi mengalir, Ge Faure menekan luka itu dengan sebuah handuk kecil.

~ bagaimana situasi keamanan disana ? ~ tanya Jonah Lee kemudian.

~ sementara ini aman, kita akan mempelajari hasil kamera yang kutempatkan pada front desk dan lounge disitu, semua akan terekam dalam laptop di president suite. Sepupuku akan melaporkan bila ada hal yang mencurigakan...~ jawab Ge Faure tenang. Dia merasa senang bisa bekerja kembali dengan Jonah Lee, satu kesempatan yang selalu dirindukannya tanpa peduli dengan bahaya yang selalu menyertai kehadirannya.

~ nanti periksa data penerbangan ke Leiden dan Tuscany, bandara Florence serta Livorno ~ terdengar Jonah Lee memberi perintah sedangkan matanya tertuju pada jalan tanpa melepaskan kewaspadaannya.

~ baik Jonah..~ jawab Ge Faure singkat dan segera menghubungi beberapa orang kepercayaannya dan bicara dengan bahasa bekanda dengan fasih pula.

Ge Faure, perempuan cantik yang berasal dari asia itu, tepatnya Indonesia, sudah belasan tahun tinggal di Perancis.

Kemampuannya berbahasa belanda, perancis dan inggris amatlah membantu, ditambah lagi dengan perawakannya yang sempurna sebagai seorang model telah mengantar kesuksesannya pada sebuah rumah mode di Paris.

Namun perkenalannya dengan Jonah Lee empat tahun yang lalu sangat membekas dihatinya. Lelaki itu telah membawanya dalam sebuah kehidupan yang tak pernah dibayangkannya dan dia amat menikmatinya. Bagi Ge Faure, lelaki itu tak tergantikan dan selalu bergairah dengan segala kerahasiaan pekerjaan mereka.

Jonah Lee membawa mobil van hitam itu memasuki area parkir dari bagian belakang Grand Hotel Huis ter Duin.

Disitu telah menunggu seorang lelaki muda yang memakai seragam pelayan hotel.

Mereka segera menuju lift khusus yang langsung membawa mereka ke president suite hotel tersebut.

( see ya in the next whispering rose part two )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar