Kamis, 09 Januari 2014

TAIPEI , I'M SORRY FOR WINTER



Seri ke-2 dari kumpulan Cerpen ERICA ERICA

“ Kenapa yank tidak menahan kepergian Rica ke Taiwan ?” tanya Erica sambil menangis dan membiarkan airmata itu berjatuhan diwajahnya. 

Malam itu Erica menangis dan menangis. Malam itu adalah terakhir kalinya dia bertemu dengan kekasih hatinya selama dua tahun belakangan ini. Dengan lembut dan penuh kasih, ditatapnya Samuel sambil sesekali mengusap wajah lelaki yang telah mengisi seluruh hidupnya itu. 

Samuel menyusut airmata yang membasahi wajah Erica dengan lembut dan berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan Erica sekalipun hatinya menjerit dalam tangis yang hebat. Sambuel menggelengkan kepalanya untuk tetap tegar. Erica membutuhkan dukungan semangat , bukan airmata .

“ Tidak sayang..aku tidak ingin menahan keinginanmu untuk bekerja disana. Kalau hari ini aku menahanmu, maka lebih baik kutahan keinginan itu sedari dulu. Namun aku melihat kesuatu masa didepan, kalau engkau tidak menuntaskan keinginan ini maka engkau akan mengutuk dunia karnanya..” jelas Samuel dalam suara lirih, “ Jangan menangis lagi, Erica. Jangan menangisi ini. Kamu harus kuat seperti yang kukenal selama ini. Aku akan selalu menjagamu dalam doa dan akan selalu ada untukmu kapanun engkau mau. Jangan menyerah sekarang karna besok kamu akan berangkat kesana..” lanjut Samuel mengecup kening Erica.

Erica terus memegang tangan Samuel seakan tak ingin melepaskan lelaki itu. Malam itu tinggal belasan jam sebelum Erica berangkat esok harinya tanggal 29 Desember . Samuel tahu dan mengerti akan isi hati Erica. Samuel sendiri membenamkan luka hatinya jauh dari pandangan siapapun termasuk Erica. 

“ Jangan lupa makan ya...jangan ngebut kalau naik motor..” angguk Erica sekali lagi mengusap wajah Samuel dengan derai airmatanya, “ Besok tak usah antar Rica ya, yank..Rica tak bisa , nanti yang ada malah nangis terus. Gak apa-apa kan ?” pinta Erica sesunggukan, tangannya seakan tak ingin melepaskan tangan Samuel yang digenggamnya erat.

“ Iya , gak apa-apa..” angguk Samuel pedih, berusaha memberi semangat dengan senyumnya, “ Ingat, kalau ada apa-apa, segeralah beri kabar ya. Jaga kesehatan karna disana sedang musim dingin. Bekerjalah dengan semangat dan tunjukkan semangat seorang Erica yang pernah kukenal selama ini. Aku akan selalu menanti waktu tiga tahun ini ketika engkau pulang. Aku akan selalu mencintaimu, Erica dan takkan pernah berubah...” lanjut Samuel sambil mengecup jari-jemari Erica seperti yang sering dilakukannya . Erica kembali menangis.

“ Hayuu..jangan menangis lagi, nanti matamu bengkak. Jangan lupa semua simpan baik-baik dalam koper ya..” tegur Samuel pelan, “ Pergilah tidur biar besok tidak lelah dalam penerbanganmu..” Samuel memeluk Erica dengan mesra.

“ Baiklah yank..nanti kalau sudah sampai kerumah, sms ya yank..” angguk Erica berusaha tersenyum kepada Samuel yang teramat dicintainya itu.

Erica menatap punggung Samuel yang kemudian menghilang dengan sepeda motor berwarna merah itu. Sekali lagi airmatanya berderai. Dia tahu kesedihan Samuel sekalipun lelaki itu tak mau memperlihatkannya. Erica kemudian masuk kedalam rumah toko yang menjadi tempat penampungan sementara itu untuk kembali kekamarnya. Rasa sedih itu masih menghimpitnya. Ada rasa tak tega harus meninggalkan Jakarta menuju ke tempat yang sama sekali masih asing baginya. Apalagi harus meninggalkan Samuel yang selalu menjadi pelindung hidupnya selama beberapa tahun belakangan ini. Samuel selalu membuat hidupnya bermakna dengan tawa dan candanya yang kadang menyadarkannya dari mimpi. Erica teringat kembali saat-saat kedekatannya dengan Samuel. 

Tujuh tahun silam pertama kali Erica bertemu dengan Samuel ditempat kerjanya. Samuel merupakan orang lama diperusahaan itu sekalipun sudah mengundurkan diri beberapa tahun sebelum dia bekerja disitu. Entah mengapa perusahaan kembali memanggilnya untuk bekerja lagi. Sosok Samuel yang sedikit cuek dan amat tegas dalam pekerjaannya itu dilihatnya sebagai kapasitasnya sebagai orang lama yang menguasai marketing perusahaan. Awalnya Erica hanya berteman dan seringkali bersama yang lain dan Samuel pergi makan seusai jam kerja berakhir. Kadang juga menghabiskan waktu untuk keluar kota sekedar menghilangkan rasa jenuh dalam bekerja.

Waktu itu Erica masih terkungkung oleh kekuatan gaib yang dilakukan oleh mantan kekasihnya yang kini tinggal dilain pulau. Dan berita kehadiran Samuel itu membuat sang mantan makin tidak rela melepaskan Erica dari pengaruh kekuatan gelap itu. Dia selalu melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti menelponnya ke kantor dan mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang Samuel. Lama-lama kelamaan hal itu membuat Erica merasa terbebani sedangkan mereka tidak lagi bersama. Namun karna sang mantan menggunakan kekuatan gelap maka kadang Erica tampak limbung dalam kepribadiannya.

Hal ini tak lepas dari pengamatan Samuel. Entah darimana datangnya Samuel bisa merasakan hal itu. Erica mulai meletakkan kepercayaannya kepada Samuel sekalipun belum berani berterus terang. Sampai ketika pada saat mereka bertiga, Erica dan Samuel serta teman kerjanya sedang makan di sebuah warung lesehan sepulang kerja.

“ Engkau tidak akan pernah jadi dengannya. Kalau engkau tidak lagi ingin dikuasai seperti ini maka engaku harus memiliki keteguhan hati dalam membuat keputusan. Ini hidupmu dan engkau harus menghargainya..” demikian Samuel pernah berkata sambil menggebrak meja .

Tentu saja hal itu menjadi pemikiran Erica dan dia menemukan kebenaran dalam kata-kata Samuel yang dilontarkan cukup keras itu. Dan dia tahu bahwa Samuel memiliki kemampuan untuk melindunginya. Ada beberapa orang pandai yang pernah mengatakan itu, termasuk kakak lelakinya yang juga bekerja sebagai penyembuh kekuatan gelap atau gaib itu. Akhirnya Erica mulai terbebas dari kekuasaan gelap itu dan merasakan hidupnya lebih cerah. Erica mulai menaruh harapan dan cintanya kepada Samuel sekalipun berbeda usia, keturunan maupun sikap dalam hidup. Namun Samuel adalah sesosok lelaki yang jujur dan tak pernah berbohong untuk menarik hatinya. Memang sedari dulu Samuhel tak pernah menyiratkan ketertarikkannya kepada Erica. Samuel hadir dalam sosok yang melindunginya sebagai kakak dan sahabat sehingga Erica sangat percaya kepada Samuel. 

Suatu hari sepulangnya Samuel dari liburan panjangnya ke beberapa negara asia tiba-tiba saja mengunjungi Erica yang juga sedang pulang kekampungnya. Samuel sengaja berangkat pagi supaya bisa sampai dikampungnya Erica saat masih banyak waktu untuk jalan-jalan. Hari itu diluar kebiasaannya, Erica pagi-pagi sudah bersiap diri untuk menyambut kedatangan Samuel. Begitu besar rasa rindu itu membuat Erica bahagia ketika Samuel datang mengunjunginya. Itulah kali pertama dia hidup dalam kegembiraan yang tiada duanya. Erica menciumi tangan Samuel sebagai tanda menerima kehadiran lelaki itu dalam hidupnya. Dan hari itu sangat membahagiakan Erica karna bisa jalan-jalan sambil bergandengan tangan dengan Samuel. Hari itulah Erica menyerahkan hatinya kepada Samuel dan berjanji untuk mengisi hatinya dengan lelaki itu sepenuhnya.

Erica memang susah untuk jatuh cinta dan kehadiran Samuel mengubah semua itu. Erica tidak eduli dengan perbedaan usia, suku maupun agama yang mereka miliki. Hatinya lega karna ternyata Samuel tidak menolaknya dan selalu menjadi malaikat penjaganya yang setia melindunginya dari apapun.

Namun nasib Samuel dalam bekerja mengalami hal yang kurang bagus. Dia terpaksa mengundurkan diri karna sudah tidak tahan lagi dengan perlakukan pihak manajemen perusahaan yang terus menekannya. Padahal pekerjaannya sangatlah bagus dan tidak bisa disaingi oleh siapapun. Tetapi rasa iri dan dengki mereka yang tidak ingin melihat langkah Samuel , melakukan hal-hal buruk untuk memaksa Samuel keluar. Erica selalu mendukung langkah Samuel untuk mandiri dan mulai melakukan pekerjaannya dari nol. Dukungan kepada Samuel tak pernah mengendur dan hatinya semakin tulus mencintai lelaki itu.

Setahun kemudian Erica juga mengundurkan diri setelah beberapa rekan kerjanya tidak lagi tahan dengan perlakuan manajemen perusahaan. Erica memutuskan untuk bekerja diluar negeri seperti impiannya dulu. Samuel mendukungnya dan selama beberapa bulan dalam pendidikan, Samuel tak lupa untuk memenuhi segala keperluannya di tempat pendidikan untuk menjadi tenaga kerja di luar negeri.

“ Ini cincin peninggalan ibuku dan baiknya kita tukar dengan sesuatu yang baru..” kata Samuel suatu hari mengajak Erica keluar untuk menukar cincin peninggalan ibunya itu.

Erica tidak membantah dan hanya mengikuti Samuel. Kemudian cincin emas murni itu ditukar dengan sebah cincin emas putih dengan matanya.

“ Ini untukmu, Erica. Jagalah cincin peninggalan ibuku ini dan dia akan menjagamu selalu..” uca Samuel sambil memakaikan cincin itu dijari manis Erica yang tampak terkejut dengan keputusan Samuel.

“ Terima kasih, yank..terima kasih..” jawab Erica nyaris menangis dengan kesungguhan Samuel,” Inilah pertama kalinya Rica dibelikan cincin. Kan selama ini Rica tak begitu suka memakai perhiasan. Rica akan menjaganya yank... Sama seperti gelang dari batu giok kemarin itu..” peluk Erica penuh kasih.

Erica tertelentang dipembaringan. Matanya masih menangisi perpisahan itu. Tangannya sesekali mengusap untaian batu-batu giok warna-warni yang dibelikan Samuel dalam perjalanan ke Shenzen itu . Hanya sayang ada sebuah batu mata kalung yang bertuliskan namanya itu hilang entah kemana. Erica masih menyesali keteledorannya sampai saat ini.

Sudah nyaris setahun dan tanggal 29 desember nanti , tepat setahun sudah Erica meninggalkan Jakarta dan bergelut dalam kesehariannya dinegeri orang. Cuaca musim dingin sudah mulai menyulitkannya. Untunglah sang majikan cukup baik dan mengerti dengan keadaan itu. Ini adalah majikan kedua dalam setahun dinegeri orang. Awalnya Erica merawat seorang yang lumpuh karna kecelakaan namun sayang, sang majikan yang baik hati itu harus meninggal dunia saat mengalami perawatan dirumah sakit. Waktu itu Erica tinggal di kota Taichung dan hanya beberapa bulan. Erica masih ingat ketika hal menyedihkan itu terjadi Samuel terus memberinya dukungan. Dan berkat doa Samuel pulalah akhirnya Erica mendapatkan majikan baru yang juga sangat baik kepadanya di kota Dhansui, bagian utara pulau taiwan yang masih masuk Distric New Taipei. Sebuah kota pelabuhan nelayan ikan disana.

Dikota itu Erica merawat seorang tua yang sudah malas bicara karna sakitnya. Namun Erica selalu bekerja dengan sepenuh hati berkat dukungan Samuel. Sang istri majikan sangatlah baik namun setiap hari kerjanya hanya kluyuran dan shopping. Erica kadang mengalami kebosanan . Erica rindu dengan kampung halamannya. Erica rindu dengan orang tuanya. Erica juga rindu dengan Samuel. Begitu besar godaan dan kegelisahannya akan kehidupan dinegeri orang. Sedang Samuel sendiri mengalami kemunduran dalam kerjanya. Erica berusaha untuk kuat menghadapi segala kesusahannya dan terus berdoa agar Samuel bisa bangkit kembali. Dia sangat merindukan sosok Samuel untuk berada disampingnya walau apapun yang terjadi.

Erica sendiri dalam kesunyian hidupnya. Rasanya ingin pergi dan meninggalkan pekerjaannya untuk kembali pulang. Namun keterikatannya dengan kontrak kerja membuatnya harus bertahan. Entah mengapa pula Samuel semakin jarang mengirimkan sms baik melalui Line ataupun Whatsapp. Ataukah dia yang mulai jarang memberikan kabar ? Erica terpuruk dalam kesendiriannya setelah beberapa hari sebelumnya pernah mengungkapkan kegalauannya kepada Samuel.

“ Sayang...kadang Rica iri dengan teman-teman yang sudah menikah dan punya anak..” tulisnya ketika menerima beberapa kalimat dari Samuel yang sedikit resah ketika dia tidak menghubunginya. “ Kapan ya Rica gilirannya ? Rasanya Rica sudah tidak kerasan lama-lama disini. Kadang Rica merasa hidup hanya untuk bekerja dan bekerja. Lalu kapan Rica bisa menikmati rasa gembira itu ? Sekalipun majikan baik tapi sayangnya tidak ada waktu untuk Rica keluar.Rica tahu kondisinya begini. Kadang Rica merasa bosan sayang..Rica kangen Yank. Rica ingin merasakan jalan-jalan seperti dulu...”

Dan seperti biasa Samuel berusaha untuk menenangkan hatinya.

“ Jangan merasa iri dengan orang lain, sayang..” tulis Samuel, “ Masing-masing punya rejekinya sendiri dan begitu juga kamu. Jadi nikmati saja apa yang telah kamu dapatkan. Aku tahu kesulitanmu dan aku tahu kesedihanmu. Aku juga sedih dengan keadaan ini. Maafkan aku sayang..mungkin aku telah membuat dirimu harus mengalami hal ini. Maafkan aku tidak mampu memberimu lebih dari yang sudah kuberikan. Keadaan sedang sulit sayang..jangan menyerah, ya ? Tetaplah semangat walaupun kadang hati menangis..”

Dan Erica benar-benar menangis. 

“ Maafkan Rica ya karna jarang memberi kabar. Maafkan Rica juga kalau suatu hari nanti Rica tidak bisa lagi memberikan kabar baik buat yank dan harus meninggalkan yank. Rica harap yank tetap tegar ya. Pikiran Rica lagi kacau dan terlalu banyak yang Rica pikirkan. Yank jangan sedih ya..harus tetap semangat seperti dulu, yank..” tulisnya lagi.

Lalu Samuel membalas pula dengan kalimat-kalimatnya yang menenangkan dan mencoba menghibur keresahannya. Begitulah Samuel yang selalu sabar dan tetap memberinya kekuatan untuk mejalani hidupnya. Walaupun mulai berkurang sms yang datang namun sesekali Erica masih menerima penghiburan dari Samuel. Erica tahu mungkin dia telah menyakiti hati Samuel. Ataukah ada sesuatu yang telah terjadi ? Samuel seperti di kenalnya sangatlah pelit untuk mengungkap segala kegalauannya kepada Erica.

Erica menjalani tahun demi tahun dengan penuh rasa gundah. Setahun terakhir sebelum kepulangannya, Erica tidak lagi menerima sms dari Samuel dan tidak ada yang bisa memberikan dia berita apapun tentang Samuel. Erica makin gelisah karna nyaris setahun pula nomor telepon milik Samuel tidak pernah lagi terdengar nada sambungnya ketika dia menelpon . Keempat nomor yang dimiliki Samuel semuanya tidak bisa lagi dihubungi.

Erica panik sepanik-paniknya. Besok adalah kepulangannya kembali ketanah air dan Samuel pernah berjanji untuk menjemputnya di bandara. Malam itu Erica menghabiskan airmatanya untuk menangis. Mungkinkah Samuel telah melupakan dirinya ? Mungkinkah Samuel merasa terpinggirkan karna tulisannya tempo hari disaat pikirannya sedang ruwet ? Namun tidak juga kesedihannya mendaat jawab kenapa dia telah kehilangan kontak dengan Samuel ? Erica tetap tak bisa menahan kesedihannya ketika dibandara Samuel juga tak menemuinya pada hal Samuel tak pernah melupakan janjinya .

Erica bertekad untuk mencari Samuel apapun yang terjadi. Erica terpaksa mengingap di rumah sahabatnya bekerja dulu sebelum kembali ke kampungnya. Dan malam itu ketika hendak tidur Erica membuka surel miliknya. Suatu hal yang sangat jarang dilakukannya. Entah mengapa kali ini dia ingat dengan kata sandi itu padahal tiap kali mau buka surel dia pasti tanya Samuel apa kata sandinya karna Samuellah yang membuat itu untuknya.

Erica tercekat . Matanya menangkap sederetan surel yang dikirimkan Samuel kepadanya setahun terakhir itu. Ada 5 surel yang berkedip untuknya dari Samuel ! Dengan perasaan kacau Erica mulai membuka surel yang terbawah yaitu ditulis pada bulan Agustus akhir.


“ Dear Erica sayang..
Hidup ini penuh perjuangan, sayang. Maafkan aku telah membuat dirimu kehilangan masa gembira dengan tidak menahan kepergianmu dulu. Tak apa, kamu bisa menyalahkan aku kapan saja. Aku hanya ingin engkau bahagia dan kuat menghadapi kesulitan hidup. Jangan perdulikan pendapat orang dan biarkan mereka berkomentar tentang kami, aku atau kita dan masa depan nanti. 

Aku menulis ini karna aku tak ingin menambah ruwet rasa sunyi yang engkau alami disana. Aku tahu kamu jarang membuka surel dan aku yakin engkau akan membukanya ada saat yang tepat. Aku tahu kamu akan membuka surel untuk mencari kemana aku berada belakangan ini. Setahun terakhir masa tugasmu ini, aku memutuskan untuk mengubur segala impianku tentang masa depan. Karna masa depan bukan lagi untukku melainkan hanya untukmu saja, sayangku.

Jangan pernah meragukan kasih sayangku kepadamu. Sekalipun atau sedikitpun jangan, sayangku . Seluruh hidupku hanya untuk mencintai dan mengasihimu tak pernah kuberikan kepada orang lain. 

Dear Erica sayang...
Belakangan memang kesehatanku jauh menurun. Mungkin karna beratnya pekerjaan dan beratnya pikiran yang mengusikku. Tak apa, ini mungkin harus kujalani saat jauh darimu. Aku juga tak ingin mengabarkannya lewat sms supaya kamu tidak gelisah dan mengabaikan pekerjaanmu. Mungkin dulu aku punya cita-cita untuk memberimu kebahagiaan. Mungkin terlalu muluk ya. Jangan mulai menangis sayangku karna menangis hanya untuk orang yang kalah. Aku sudah berhenti menangis dan karna memang aku gagal mengalahkan hidup ini. Jadi berhentilah menangis dan tersenyumlah karna aku percaya bahwa hari esok masih untukmu. 

Setahun setelah kepergianmu itu, aku berusaha dab bekerja melebih kapasitas yang kumiliki. Aku hanya punya harapan untuk memberikan sesuatu setelah kepulanganmu kembali. Tentunya kamu masih ingatkan , kalau harapanmu setelah pulang nanti bisa membeli rumah dan berusaha sendiri ? Itu juga menjadi motivasiku untuk memacu hidupku selama dua tahun belakangan ini.

Tak lama lagi sayang, tak lama lagi sebagian cinta-citamu akan kesampaian sekalipun aku harus mengubur impianku sendiri. Jangan sedih ya , karna kebahagiaanmu adalah milikku juga.

Dear Erica sayang...
Cinta memang aneh. Cinta bisa memabukkan dan juga bisa membunuh tubuh manusia. Aku telah letih. Aku lelah sayang...bukan karna mencintaimu tetapi karna aku telah mengabaikan tubuh milikku sendiri. Nanti akan aku ceritakan supaya engkau mengerti. Sekarang aku akhiri dulu ya..


Yang selalu merindukanmu dan mencintaimu untuk selamanya,

Samuel “


Erica tak kuasa menahan butiran-butiran airmata itu mengaburkan pandangannya dan dapat merasakan serangan hebat menusuk hatinya.

“ Tuhan...tolonglah aku..tolonglah Samuel, jangan apa-apakan dia. Hidupku tak berarti lagi kalau terjadi apa-apa terhadap dirinya..” bisik Erica tenggelam dalam kesunyian malam.

Erica hanya bisa diam-diam menangis karna tak ingin diketahui oleh sahabatnya itu. Diam-diam pula untuk menguatkan hatinya membaca surel itu berulang-ulang dan berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk membuka yang lain. Apakah Samuel sedang sakit ? Sakit apa Samuel ? Parahkah sakitnya itu ? Benak Erica penuh dengan tanda tanya sehingga membuat rasa nyeri itu seperti hendak meremukkan kepalanya. 

Dengan tangan sedikit gemetar Erica menegakkan telpon selulernya dan mulai menekan surel yang kedua, airmatanya tak berhenti mengalir.


“ Dear Erica sayang...
Aku tak pernah berhenti mencintaimu , kalau engkau masih meragukan perasaanku tetapi aku mengerti kalau engkau punya banyak pertanyaan yang tak terjawab. 

Kita sama-sama menghadapi situasi sulit, bukan ? Kita bertarung untuk hidup kita ke masa depan yang membutuhkan banyak pengorbanan.

Selama kepergianmu kesana, pikiranku hanya ada satu tujuan sayangku. Tak pernah ada keinginan untuk bersenang-senang. Aku harus menapak langkah kemanapun pekerjaan membawaku. Aku ingin berongkang-ongkang dengan kaki yang bebas bersamamu , kekasih hatiku. Aku rindu ingin memelukmu sekalipun hanya semenit saja. Tak pernah kulewati hari-hari tanpa ada doa untukmu. Tak pernah kulewati malam tanpa memikirkanmu. Mungkin cinta ini pelan-pelan mulai membunuh tubuhku, sayang...tak apalah asal aku selalu mengasihimu.

Kadang aku ingin berteriak sekerasnya kepada Tuhan atau kepada neraka sekalipun agar mereka tidak usah terlalu mencampuri hidupku. Tapi kalau itu kulakukan maka hanya akan ada kekecewaan belaka. Engkau tahu bagaimana keadaan pekerjaanku yang tidak menentu dan bagaimana sulitnya bertahan ditengah kerumunan persoalan yang ikut merecoki hidupku. Tapi aku tak peduli bahkan aku tak peduli berapa kali aku harus berpuasa dalam seminggu. Aku tak peduli akan rasa lapar. Aku hanya peduli bagaimana kalau impian yang ingin kulewati bersamamu itu tidak kesampaian.

Dear Erica sayang...
Aku harus menulis semuanya. Apa yang kurasakan telah menjadi racun dalam hidupku dan menggerogoti sedikit demi sedikit tubuh dan jiwa ini. Aku tahu tak mungkin lagi menunggumu kembali lalu bicara tentang semua yang ingin kutulis ini. Tak mungkin sayang...sungguh tak mungkin karna aku telah kalah dalam pertempuran melawan hidup ini.

Maafkan aku sayang..
Aku sungguh mohon engkau mau memaafkan aku yang telah melanggar satu-satunya janji yang belum bisa kupenuhi. 

Maafkan aku karna aku tak bisa menjemputmu di taipei sana dan kembali bersama untuk menghirup kembali udara negeri kita sendiri. 


Maafkan juga karna aku tak juga datang menjemput kala engkau tiba dibandara dan menemanimu untuk berbagi cerita selama tiga tahun yang berlalu ini. 

Maafkan aku karna aku sebenarnya ingin sekali melihat apakah engkau mengalami perubahan selama disana ? Akankah kulitmu semakin halus karna empat musim setahun yang engkau lewati ?

Aah..maafkan aku sayang, terlalu banyak pertanyaan dan rasa ingin tahu yang mengendap dalam benak serta hati ini.

Sesungguhnya aku sangat ingin merasakan dan menyesap aroma tubuhmu kala kita berpelukan dan melihat betapa wajahmu semeringah dengan senyum serta tawa yang selalu mendekatkan kita itu.

Dear Erica sayang...
Aku telah melangkah dan mendekati garis penghabisan. Tubuh ini sudah terlalu letih untuk terus dipaksakan dan jiwa ini terlalu lelah untuk terus menerus berdiri tegak. Sudah beberapa bulan ini aku harus mulai menyisihkan waktu untuk sekedar beristirahat yang nyaris kulupakan bagaimana rasanya. Itulah sebabnya aku selalu mengingatkanmu untuk tidak memaksakan diri dalam berpikir karna itu hanya akan menggerogoti kemampuan otak untuk berfungsi normal.

Nyaris tiga tahun ini aku tinggal jauh dari yang namanya keluarga atau saudara sayangku...mungkin dunia butuh mereka tetapi aku tidak. Aku telah mematikan rasa itu dan tak ingin mengungkitnya kembali. Biarlah apa yang sudah kulepas tidak akan pernah kembali lagi. Engkau kenal dengan sikapku ini bukan ? Sudah kukatakan tidak kepada mereka dan tidak selamanya. Sudah kukatakan dalam janjiku bahwa aku hanya akan mencintai dan mengasihimu , maka selamanya akan begitu . Aku ingin menulis semua yang bisa kupikirkan sebelum semuanya jadi gelap dan tak lagi bisa kujangkau dalam kehidupan ini.

Tak ada waktu untuk memejamkan mata atau membiarkan pikiranku tertidur kala malam datang. Aku harus menyelesaikan semuanya sebelum tiba waktunya bagiku untuk tertidur dalam waktu yang tiada berbatas lagi. 

Dear Erica sayang....
Jangan menangis apapun yang nanti akan engkau temui.Sudah cukup banyak air mata yang engkau buang hanya untuk aku seorang . Suatu saat nanti kita akan hidup kembali dan dipertemukan dalam masa yang lebih indah. Aku tak peduli akan rasa sakit yang merajam tubuh ini, asal aku dapat membayangkan wajahmu kekasih hatiku.


Maafkan aku membuatmu kembali menangis dan maafkan aku juga harus berhenti sejenak untuk menulis ini. Akan kuteruskan lain waktu ya..

Yang selalu merindukanmu dan mencintaimu untuk selamanya,

Samuel “

Erica sudah tidak bisa melihat atau membaca dengan tenang. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasaya. Engkau sakit apa sayang ? keluhnya dalam tanya yang berdentam-dentam menghantam benaknya.

Erica teringat dengan sebuah percakapannya via Line dengan Samuel menjelang setahun di berada di negeri orang dan sedang mengalami masa yang sulit. Ketika itu Erica merasa dirinya terbuang dan merasa kehilangan jati dirinya saat jauh dari keluarga maupun Samuel sendiri. Mungkinkah Samuel mulai terhimpit penyakit saat itu ? Dia tahu Samuel amatlah sensitif perasaannya terhadap sesuatu yang mengusik hatinya. Mungkinkah dia mengabaikan kesehatannya demi tujuan yang entah apa itu ? Erica kembali merasakan dentaman pada jantungnya dan hatinya terasa perih. Kini penyesalan Erica pernah mengatakan kalimt- kalimat itu kepada Samuel jadi menghunjam ulu hatinya. Namun semua itu tak bisa dicabutnya kembali , nasi telah menjadi bubur yang layu.

“ Yank..maafkan Rica ya..kalau suatu hari nanti Rica tak bisa kembali dan menemani yank seperti dulu. Pikiran Rica benar-benar lagi kacau. Rica saat ini ingin sendiri. Tak mau memikirkan apapun karna Rica tak kuat, yank.. Jangan sedih ya, yank..Rica tak pernah sekalipun membenci atau ingin melukai perasaan yank, namun saat ini Rica benar-benar membutuhkan waktu untuk sendirian. Kalaupun nantinya Rica harus menerima kenyataan pahit maka Rica rela dan akan menjalaninya..” ingat Erica akan kalimat-kalimat yang mungkin menjadi hunjaman belati ke jantung kekasihnya itu.

Samuel sepertinya tak sanggup menuliskan kalimat-kalimat sekalipun Erica tahu bahwa kekasihnya itu pasti amatlah kecewa. Samuel hanya mengirimkan gambar-gambar emoji yang menangis. Eria menangis sejadi-jadinya tana suara. Erica mungkin telah menghancurkan ketulusan dan kejujuran cinta Samuel kepadanya. Diam-diam Erica mengutuk sms-sms yang datang kepadanya dan ada diantaranya mengusik hubungannya dengan Samuel. Erica lupa akan pesan dan nasehat Samuel untuk tidak membuka hal-hal yang akan menyakiti perasaannya. Samuel memang hebat. Samuel sudah tahu apa yang akan terjadi padanya. Samuel telah mengingatkannya namun dia kini melupakan nasehat itu. Erica lua betapa hubungannya dengan Samuel itu banyak mengusik ketenangan teman-temannya yang merasa iri dengan ketulusan dan kejujuran Samuel. Erica telah melangkah pada jalan yang salah. Erica mengutuk dirinya . Erica menangis diam-diam dan air mata itu bagaikan tak mau berhenti sedikitpun.

Namun Erica tak mau berhenti. Tangis itu telah memupus rasa lelah dan kantuk yang tadi menyerangnya. Erica ingin tahu mengapa Samuel tidak menemuinya padahal itulah impiannya. Impian Samuel. Impiannya juga. Samuel ingin memeluknya . Erica ingin memeluk Samuel dan menenggelamkan dirinya pada dada bidang yang senantiasa menyejukkan hatinya itu. Entah sudah berapa lembar tissue habis untuk menyeka airmata yang mengabrkan pandangannya, Erica tak peduli. Dengan dentaman yang makin dahsyat mendera jantungnya dan pisau-pisau tajam itu mengiris hatinya, Erica mulai menelusuri surel yang ketiga.


“ Dear Erica sayang...
Engkau adalah kegembiraanku setelah badai dahsyat yang mengusik hidupku sebelum pertemuan kita. Betapa tak bisa kubayangkan bila harus menjalani hidu tanpa kehadiranmu disisiku. Namun kusadari ada jurang yang siap menerima kehadiranku. Engkau selalu melihat senyum ketika bersamamu bukan ? Kini senyum itu tak ada lagi, sayang..aku melihatnya ketika bercermin dan kini berganti dengan guratan-guratan luka yang sulit untuk disembuhkan.

Aku berusaha untuk tetap tegar. Aku punya janji yang mesti kutepati. Aku punya impian indah bersamamu, kekasih hatiku. Namun seiring waktu yang berlalu sepertinya aku takkan bisa menepati janji itu atau menari diantara impian kita. Mungkin aku harus menyerah dengan raga ini, sayang...tubuh ini tak lagi mau kuajak untuk bertarung. Sudah terlalu letih agaknya. Hatiku juga selalu berdarah dan menyiksaku . Jangan menangis ya sayang...mungkin takdir menjauhi impian kita. Tak apa, engkau masih bisa meneruskan hidup dalam kebahagiaan yang lain. Rindu dan cintaku yang terbesar adalah melihatmu hidup bahagia dengan apa atau dengan siapapun kelak.

Dear Erica sayang...
Aku telah menyiapkan sebuah hadiah untuk kepulanganmu kembali ke tanah air. Jangan khawatir untuk menerimanya karna itu adalah kasihku yang tak terhingga untukmu. Tak ada yang lebih penting daripada kebahagiaan orang yang kucintai. Tak ada . Sekalipun jiwa ini kembali pulang kepada penciptanya. Dalam setiap napas yang engkau hirup kekasihku, disitulah aku datang dan selalu menjagamu selamanya. Aku harus menyerah, sayang..harus menyerah sampai disini. Maafkan aku sayang..maafkan aku dan akhir yang tidak baik ini. Kelak engkau akan mengisi hari-harimu dengan hal-hal yang menggembirakan. Jangan pernah bersedih atau menangis kalau ingat akan aku. Sampaikan maafku kepada bapak dan ibu. Aku hanya bisa mengantarmu ke stasiun dan tiak bisa mengantarmu sampai kerumah. Rumah cinta kita tak pernah selesai, sayang...tugasmu adalah menyelesaikannya dan merawatnya.

Jangan pernah menyesali apa yang pernah engkau ucapkan kepadaku tentang keinginanmu untuk menyendiri sementara waktu. Jangan menyesalinya sekalipun pada saat itu jiwaku telah mati. Namun kasihku kepadamu telah mengalahkan kematian jiwaku. Aku harus tetap melangkah dan menyelesaikan apa yang menjadi satu-satunya tujuanku hidup selama kepergianmu itu. Engkau hanya perlu jujur kepadaku, Erica sayang..hanya jujur. Itulah yang kukatakan dulu dan akan begitu selamanya. Kuharap engkau tidak menyesalinya. Janganya sayang..atau itu akan membunuh jiwamu perlahan-lahan.....seperti yang terjadi kepadaku.

Aah..aku jadi tak bisa mendengar semua ceritamu tentang keadaan sewaktu engkau disana. Tidak bisa lagi memandangi wajahmu yang cantik. Memelukmu dan mengecup keningmu lagi. Itulah kekecewaanku yang terbesar , sayangku..karna aku tak lagi bisa menahan semua ini. 

Dear Erica sayang....
Engkau tentu tahu akan sakit kepala yang selalu menguasaiku, bukan ? Setiap kesedihan yang engkau alami, kepalaku sakitnya luar biasa. Tetapi aku masih bisa tersenyum dan terus menguatkan dirimu dari jauh dengan berdoa. Kadang pula aku merasa jiwaku melayang dan melihatmu lelap dalam bungkusan selimut tebal ketika musim dingin datang. Aku suka memandangimu tertidur sekalipun ketika jiwaku kembali memasuki raga ini, aku nyaris kehilangan kesadaran dengan sakit yang amat sangat menghantam kepalaku. Tak apa, sayang..aku tak peduli selama aku bisa melihatmu dari dunia aneh dan terus merindukan serta mencintaimu dengan jujur dari hatiku.

Tak pernah ada waktu yang terlewat tanpa membisikkan doa untukmu, sekalipun kadang nyaris aku ditabrak kendaraan lain. Aku tak peduli dan hanya peduli pada dirimu saja. Engkau tahu betapa besar dan dalam cintaku kepadamu, Erica sayang...karna aku tak ingin ada orang lain yang mengisi hatiku. Engkau telah memenuhi semua ruang yang ada dihatiku dan tak tersisa sedikitpun untuk orang lain. Hal inilah yang selalu menguatkan aku untuk terus bertarung mengalahkan dunia ini. Tetapi aku lupa, apalah artinya sebuah hati yang mencintai tanpa ditemani oleh yang dicintai ? Aku sekalipun tak pernah menyesali dalam mencintaimu sedemikian jauh. Tidak ada, kekasihku..tak pernah. Aku hanya kadangkala menyesali mengapa aku menyetujui niatmu untuk pergi padahal aku sangat membutuhkan kehadiranmu. Aku hanya mengatakan apa yang kulihat tentang masa depan kalau engkau tidak pergi kesana, namun aku lupa bahwa kitalah yang menentukan masa depan kita sendiri. Aku menangis kalau ingat akan hal itu. Menangis ketika hari-hariku berlalu tanpa bisa melihatmu, menyentuh pipimu atau tertawa ketika ada hal yang lucu. Aku menangis sendiri malam-malam ketika aku tak lagi bisa memelukmu, kekasihku...aku menangis. Aku sangat membutuhkan kehadiranmu dan sesekali menyemangatiku untuk terus berusaha. Aku rindu, sayang..aku rindu dalam kebodohanku sendiri..

Dear Erica sayang...
Namun bukan itu yang ingin kukatakan padamu dalam surat ini. Aku hanya ingin mengatakan, selamat datang kembali di tanah air. Engkau harus kuat dan tegar karna aku tak lagi bisa mendampingmu setiap saat. Terlalu banyak badai dalam hubungan kita setahun setelah kepergianmu. Aku tak menyalahkan engkau yang ingin muhasabah dan jujur saja aku tak tahu apa artinya itu. Pertanyaanku kenaa tiba-tiba engkau menghilang dan tidak mau memberi kabar ? Itulah yang membuatku mengalami hal yang paling mengerikan dalam hidupku. Aku tak tahu harus bagaimana lagi sekalipun doa terus kupanjatkan kepada Tuhan agar engkau selalu dilindungi dan dijaga dalam perjalanan hidupmu. Namun pertanyaanku itu tak lagi perlu jawaban , aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Aku sudah tidak mempersoalkannya lagi. Waktu sudah berlalu dan kesedihan tak juga mau pergi. Jangan engkau pernah menyesalinya.

Dear Erica sayang...
Engkau adalah seorang teman, sahabat dan kekasih yang amat kucintai. Bahkan tubuh ini rela untuk kubirkan karna terlalu mencintaimu. Sungguh naif bukan ? Itulah yang terjadi dan aku sama sekali tidak menyesalinya. Itu bagaikan sebuah tanggung jawab ketika kita mencintai seseorang. Dan itu kulakukan walaupun akan dikatakan orang bahwa aku adalah lelaki bodoh. Tetapi aku lebih memilih untuk menjaga kesucian cintaku kepadamu tanpa harus merasa jengah kepada siapapun. Ini adalah hidupku dan terserah ingin kuapakan.

Ingatkah ketika engkau mulai terbebas dari pengaruh kekuatan hitam itu ? Aku dapat mengerti bahwa engkau membutuhkan waktu untuk mencintaiku dan itu sudah berlangsung beberapa tahun. Aku juga tahu kalau engkau begitu sulit untuk jatuh cinta , apalagi untuk mencintai seseorang dengan sepenuh hati. Ketika engkau mencintainya maka engkau takkan bisa begitu saja memindahkannya kepada orang lain. Hanya saja banyak hal yang tak kumengerti dan sampai akhir-akhir ini selalu menderaku. Aku telah lengah menjagamu. Aku mungkin sudah letih, sayang. Begitu banyak yang harus kupikirkan dan kulakukan sehingga telah mengabaikanmu berjuang sendirian dinegeri orang. Aku mohon maafmu untuk hal ini. Aku telah gagal menjadi lelaki utuh untukmu, kekasih yang sangat kucintai melebihi diriku sendiri. Aku telah lengah menghadapi kekuatan kasak kusuk yang lebih mengerikan hasilnya. Aku tak pernah mengerti mengapa aku harus engkau abaikan begitu saja ? Sekali lagi, semua pertanyaan yang menderaku itu tak lagi memiliki arti dan tak kuperlukan lagi jawabannya.

Maafkanlah aku, sayang...maafkan aku harus meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Maafkan aku tak lagi bisa mendampingi setiap langkahmu...

”Yang selalu merindukanmu dan mencintaimu untuk selamanya,

Samuel “


Erica tak kuasa untuk menahan derasnya airmata yang membasahi wajahnya. Rasa sesak dihatinya terlalu sakit. 

“ Maafkan Rica , sayang...maafkan Rica..” gumamnya bercampur isak ditengah malam yang seharusnya dijadikan waktu untuk terlelap. “ Rica telah melakukan kesalahan yang amat besar. Jangan pergi sayang..jangan tinggalkan Rica... Rica ingin memelukmu untuk selamanya...”

Erica tenggelam salam isak tangisnya yang hebat. Erica amat terpukul dan bayangan wajah Samuel menari-nari dalam lintasan pelupuk matanya.

“ Ya Tuhan...apa yang telah kulakukan ini ? Mengapa aku harus menghadapi semua ini ? Jangan ambil Samuelku...tolong jangan ambil Samuelku, Tuhan..tolong kembalikan Samuelku...tolonglah Tuhan...aku tak lagi ingin menghadapi hidup ini tanpa Samuelku...tolonglah aku, Tuhan...” Erica bersujud diatas kasur yang terhampar diatas lantai keramik itu.

Lama Erica terus bersujud dalam isak dan tangisnya. Doa dan harapan terus membias dari kedua bibirnya yang bergetar keras itu. Sampai akhirnya sadar dengan sebuah bunyi notifikasi yang menandakan telepon selulernya mulai kehabisan daya . Erica sedikit panik dan berusaha menari kabel chargernya ditengah kegelapan kamar tersebut. Setelah bersusah payah sejenak akhirnya kabel itu ditemukannya didalam koper bajunya. Dengan tergesa dia keluar dari kamar itu dan mencari tempat untuk mengisi daya.

Erica duduk dilantai sambil mengisi daya telepon selulernya. Wajahnya masih bersimbah airmata yang tak mau mengering. Wajahnya pucat dan nyaris tak tampak gairah kehidupan disana. Erica telah terpuruk dalam duka dan penyesalannya yang mungkin takkan bisa termaafkan oleh dirinya sendiri. Apalagi kalau teringat bahwa dirinya telah membiarkan Samuel tenggelam dalam kedukaannya ketika akhir tahun itu. Seharusnya Erica menemani Samuel sekalipun hanya dalam bentuk kalimat-kalimat yang sering mereka tulis selama setahun pertama kepergiannya itu. Erica kini sangat menyesalinya.

Dengan tangan bergetar Erica kembali mencari surel ke-empat dan jantungnya bergetar hebat ketika mulai membaca kalimat demi kalimat .


“ Dear Erica kekasihku...
Sebenarnya aku tak ingin membuatmu sedih. Namun kuputuskan engkau untuk mengetahui segalanya tentang dua tahun yang sepi setelah engkau memutuskan tidak mau memberi kabar tentang dirimu. Aku sangat menyesali diriku yang telah membuatmu melakukan hal itu. 

Sakit kepalaku semakin menjadi, sayang. Dan akhirnya 3 bulan yang lalu muncul keberanian untuk memeriksakan diri dirumah sakit. Aku tahu itu akan mengubah seluruh jalan hidupku namun aku tak lagi bisa menahan rasa sakit yang kerap menyiksaku ini. Sudah terlalu jauh dan aku harus melakukannya. Maafkan aku untuk ini , sayang...

Aku menjalani pemeriksaan awal dan sederetan pemeriksaan yang lainnya. Hasilnya memang sudah kuduga, sayang namun tak pernah kubayangkan akan separah ini. Rupanya telah bertahun-tahun yang lalu ada tumor yang menggerogoti otakku. Semakin lama kubiarkan tanpa pengobatan tumor itu tumbuh dan berkembang semakin ganas. Akhirnya ultimatum itu keluar juga, kekasihku.

Aku hanya memiliki sisa umur yang tidak lama lagi. Hanya 3 atau 4 bulan saja. Pengobatan hanya bisa dilakukan untuk menunda tanpa bisa menyembuhkan dan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Aku menolaknya dan bilang kepada dokter tersebut bahwa aku akan menghadapinya seperti biasa.

Takkan kulakukan pengobatan apapun kalau tumor itu telah memasuki fase stadium 4 , sayang. Itu hanya akan menghabiskan uang tanpa ada hasil yang bagus. Aku telah memilih jalan ini dan janganlah engkau bersedih sayangku. Akupun tak pernah menangis ketika hukuman itu dijatuhkan oleh dokter karna aku punya impian yang sedikit lagi terwujud. Impian itu adalah mendirikan sebuah rumah cinta untuk kita, sayang . Engkau bisa menempatinya bersama keluargamu dan impianmu untuk punya rumah telah tercapai. Jadi segala hasil kerjamu dinegeri orang bisa engkau gunakan untuk memenuhi impianmu yang lain, yaitu memiliki sebuah butik untuk meneruskan hidupmu. Jangan pernah menyerah, itu yang selalu kukatakan kepadamu untuk memberi semangat. Kali ini juga demikian. Jangan pernah menyerah sekalipun kini tak lagi bisa bersamaku. Engkau harus melanjutkan hidupmu. Aku yakin dan percaya bahwa engkau akan bisa meraih kebahagiaan yang engkau impikan itu.

Dear Erica kekasih hatiku seorang...
Ketika hukuman itu dibacakan untukku , aku menghadapi hidup ini lebih kuat dan ringan atas segala beban yang kuhadapi. Aku harus mengatur sisa hidupku agar tidak pernah menyusahkan siapapun, termasuk keluargaku sendiri yang telah kucampakkan itu. Aku tak ingin meninggalkan bekas ketika harus pergi sehingga tiak akan membuat engkau harus menghadapi sebongkah batu yang nanti bertuliskan namaku. Aku akan menjadi angin, sayangku..dan akan selalu hadir dalam hembusannya agar engkau merasa sejuk. Itulah impianku yang terbesar.

Empat bulan terakhir ini kujalani hidup dengan segala upaya untuk melupakan semua penyakit yang menghantuiku. Aku harus menjalaninya dalam kesunyian dan aku bersyukur karna tidak harus melihat engkau menangis didepanku. Jadi kuharap engkau tidak menangis, ya karna itu hanya akan membuat matamu bengkak dan susah untuk melihat dunia ini. Aku ingin jujur selamanya kepadamu dan tak akan pernah menutupi derita agar engkau tahu aku ini lelaki seperti apa.

Rumah cinta kita itu akan segera selesai dibangun dan segala isinya walau sederhana akan kuusahakan selengkap mungkin supaya engkau tidak lagi punya beban mengisinya. Itulah semua hasil jerih payah selama tiga tahun engkau pergi, sayang. Aku tak pernah menyesal menghabiskannya untuk rumah cinta kita itu. Sekalipun akhirnya aku takkan pernah menempatinya bersamamu. Tak apa karna aku rela dan ikhlas.

Dear Erica kekasih hatiku seorang...
Banyak orang bertanya kepadaku, siapakah gadis yang beruntung akan menemani aku tinggal dirumah itu ? Aku hanya tertawa menjawabnya. Biarlah dunia ini tertawa ketika akhirnya aku tidak pernah menikmati segala jerih payah itu.

Tak pernah sekalipun aku menyesali ini, sayang. Tak pernah sekalipun dua tahun ini kulalui dengan rasa yang mengerikan.

Begitu pula ketika serangan demi serangan sakit ini nyaris melumpuhkan semua sendi tubuhku. Aku tetap tersenyum karna bayangan kekasihku selalu bersamaku ketika dalam keadaan apapun. Aku hanya punya satu cinta, kekasihku. Tak ada yang lain selain engkau seorang. Aku tak butuh penggantimu ketika engkau memutuskan untuk tidak mau lagi memberi kabar kepadaku. Tak apa, aku tahu engkau sangat membutuhkan ketenangan dalam memilah semua buah pikiran itu.

Oh, ya..hampir aku lupa kalau rumah cinta kita itu aku daftarkan atas namamu karna aku masih memiliki foto data-data passport maupun ktp milikmu itu. Jadi engkau tak perlu repot lagi mengenai urusan rumah tersebut. Itu adalah hadiah yang bisa kuberikan disaat-saat akhir hidupku ini. Semua data-data tentang rumah itu aku kumpulkan jadi satu dalam email terakhir nanti. Engkau hanya perlu memperlihatkan email tersebut pada bank yang telah kusewa safe deposit boxnya untuk menyimpan semua dokumen yang engkau butuhkan. Email itu juga kukirimkan pada bank yang bersangkutan dan tinggal memberikan kode-kode yang telah kupersiapkan agar bisa membuka dokumennya. Jangan khawatir mereka juga punya bukti dari passport maupun ktpmu sehingga mereka akan mengenalimu.

Hanya itu yang harus engkau lakukan, kekasihku. Hanya itu. Jujur saja untuk menyelesaikan email-email ini aku butuh waktu seminggu karna aku nyaris tak sanggup menahan rasa sakit yang kian menghebat ini. Tapi tak apa, ini adalah perjuangan seperti halnya aku harus melewati masa-masa sunyi itu.

Dear Erica kekasihku sayang...
Berjanjilah kepadaku satu hal. Engkau harus meneruskan hidupmu dan bahagia karna itu adalah impianku sejak pertama kalinya mencintaimu. Mungkin akulah satu-satunya lelaki yang mencintaimu tanpa memikirkan apa balasannya. Aku juga tahu bahwa engkau juga mencintaiku. Kita dipersatukan dalam cinta yang sangat aneh. Begitu banyak juga yang tidak suka melihatnya. Tak apa sayang, biarkan mereka hidup dalam kedengkiannya.

Aku tahu, saat ini engkau sedang bersedih hati. Tak apa bila engkau mau bersedih tapi esok hari ketika matahari terbit , berhentilah menangis. Tegakkan kepalamu dan melangkahlah dengan penuh semangat.Jadilah seperti Erica yang dulu memiliki keteguhan hati dan semangat membara. Jangan lemah karna lemah hanya untuk para pecundang. Sedangkan engkau adalah seorang yang jauh dari pecundang. Engkau adalah matahariku, kekasihku sayang..aku sangat mencintaimu melebihi apapun didunia ini. Engkau adalah hidupku.

Dear Erica kekasihku sayang..
Hidup memang telah mengalahkan aku. Aku takluk kepada hukuman ini. Aku telah melampaui garis yang telah ditetapkan kepadaku. Aku telah melewatinya dan kini aku sangatlah letih . Aku lelah kekasihku...aku lelah sekali. Aku sangat letih apalagi ketika mengetahui bahwa aku takkan bisa lagi menatapmu, memelukmu dengan erat dan menyesap aroma tubuhmu.

Aku menangis, sayang ketika waktuku akan berakhir dengan kenyataan bahwa aku tidak akan pernah lagi mendampingimu. Aku melewati malam-malam terakhirku dengan sebuah doa yang tak hentinya keupanjatkan agar Tuhan selalu melimpahkan berkatnya untukmu. Agar Tuhan berbelas kasih memberikan rasa bahagia ketika engkau melanjutkan hidup tanpa aku disampingmu. Hiduplah dengan cinta dan rindu yang kumiliki ini. 

Yang selalu merindukanmu dan mencintaimu untuk selamanya,

Samuel “


Erica nyaris tak sanggup lagi melihat layar yang mulai kabur karna airmata itu terus berjatuhan. Wajahnya kian pucat dan bibirnya tak lagi bisa berucap kata atau doa. Hantaman itu telah memporak-porandakan hatinya. 

“ Samuelku sayang..ampunilah Rica yang telah mengabaikanmu ini..tolonglah kembali kepada Rica karna Rica takkan bisa melewati semua ini tanpa dirimu sayang..Tuhan, tolong kembalikan Samuelku ini..kembalikan kepadaku..” bisik Erica nyaris tenggelam dalam sesunggukannya.

Lama Erica terus menangis dalam penyesalannya. Saat waktu menuju subuhpun Erica masih terisak dalam tangis yang tertahan. Akhirnya hempasan itu tak tertahankan lagi. Erica terkulai pingsan dalam tangis dan tangan yang memegang telepon seluler itu menghempas lantai. Tak ada satupun yang tahu. Mereka yang lain sedang terlelap dalam tidurnya. Erica terkulai dalam keadaan meringkuk . Erica tak lagi bisa membayangkan kepedihan kekasihnya Samuel hanya karna kegelisahannya sendiri. Samuel telah menderita untuknya. Samuel telah bertarung dengan hidupnya hingga garis akhir hanya untuk dirinya semata. Erica tak sanggup menahan segalanya. Samuel kekasihnya harus menderita seberat itu dan dia hanya mementingkan dirinya sendiri.

Saat subuh memanggil barulah sahabatnya itu menemukan Erica yang sedang terkulai pingsan. Tentu saja hal itu membuat seisi rumah menjadi heboh. Erica kemudian tersadar dengan kondisi lemah. Hatinya terguncang hebat dan matanya seperti hilang dalam kegelapan. Mulutnya hanya menggumankan nama Samuel dan Samuel tanpa mau melepaskan telepon genggam miliknya. Telepon itu adalah pemberian Samuel ketika dia hendak pergi ke negeri orang.

“ Ric...Rica...sadarlah, kamu kenapa ?” tanya sahabatnya yang bernama Sri itu dengan gelisah pula.

“ Samuel...Samuel...jangan tinggalkan Rica, sayang..” gumam Erica nyaris tak terdengar, isaknya masih lekang.

“ Samuel kenapa, Rica ? Ada apa dengan Samuel ?” tanya Sri dengan kaget.

“ Samuel...Samuel telah pergi jauh..” jawab Erica kembali terkulai pingsan.

“ Astaga...” Sri menjerit sambil tergopoh untuk membaringkan Erica dan mengambil minyak angin untuk menyadarkan gadis itu.

Timbul kekhawatiran mendalam sehingga akan terjadi apa-apa terhadap Erica. Namun Sri juga bingung untuk mengabarkan hal ini kepada keluarga Erica dan takut malah akan menyebabkan terjadi hal lainnya. Setelah satu jam kemudian Erica pun kembali sadar . Erica kembali menangis. Sri , sahabatnya itu berusaha untuk merayu Erica agar bisa tidur. Erica harus beristirahat karna ternyata semalaman tidak tidur. Akhirnya Erica menyerah dan membiarkan tubuhnya beristirahat. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya kecuali membaca dua email yang tersisa . Erica kemudian tertidur dalam kesedihannya .

Seharian pula Sri berusaha untuk mencari berita tentang Samuel namun tak satupun teman-temannya mengetahui hal itu. Begitu pula ketika Sri memberani kan dirinya untuk menghubungi keluarga Samuel yang ada dikenalnya. Ternyata mereka juga sudah lama tidak mendengar kabar tentang Samuel.

Menjelang senja, Erica terbangun dari tidurnya. Tangisnyapun berlanjut. Erica kemudian menceritakan isi surel Samuel yang terlambat diketahuinya. Erica bercerita sambil terus menangis dan menyesali kekeliruan yang telah dilakukannya terhadap orang yang telah mencintainya sedemikian rupa. Ingin sekali rasanya Erica memeluk Samuel dan takkan melepaskannya lagi demi alasan apapun. Hanya saya sayang sampai saat ini dia juga tidak mengetahui keberadaan Samuel atau bagaimana keadaannya dengan penyakit seberat itu. 

Rasanya dunia telah berakhir bagi Erica. Tak ada keinginan untuk mewujudkan impiannya tanpa ada Samuel disisinya. Setelah keadaannya sedikit lebih tenang dan dipaksa oleh Sri untuk makan , barulah Erica memiliki keberanian lagi untuk membaca dua surel Samuel yang tersisa. Sementara itu pihak keluarga Samuel juga ada beberapa yang datang kerumah Sri dan menemui Erica. Namun Erica tak bisa menjawab apa yang sebenarnya terjadi dan hanya menceritakan apa yang telah dibacanya dari surel yang dikirimkan Samuel kepadanya. Mereka semua menunggu ketika Erica mulai membaca surel kelima dari Samuel itu.


“ Dear Erica sayang , jiwaku dan hidupku satu-satunya...

Bila engkau mulai membaca surel yang kelima ini, maka aku tak bisa lagi menyapa dirimu atau memeluk dirimu. Raga yang letih ini telah terbaring dan takkan pernah lagi bangun. Jiwaku telah menyatu dengan angin dan hujan, kekasihku.

Disini semua keletihan dan kelelahan jiwaku telah berakhir. Tapi aku sedikit egois karna tidak mau meninggalkan sebuah nisan bisu untuk engkau datangi dan tangisi. Tidak. Aku tidak membutuhkan nisan itu. Tubuh ini hanyalah sebuah raga dan jiwa yang pernah hidup didalamnya akan selalu hidup dalam kenangan kita, rindu kita dan cinta kita selamanya. Hidupku adalah selibat dalam cinta kepadamu, Erica sayang..

Dalam surelku yang ke-enam , engkau akan menemukan surat untuk dicocokkan dengan pihak bank untuk mengambil semua dokumen tentang rumah kita. Lakukan permintaanku itu dan hiduplah didalamnya. Itulah hadiahku yang terakhir kalinya yang bisa kuberikan kepadamu. Maafkan aku karna telah membuat semua ini tidak berlangsung seperti mimpi kita dulu. Maafkan aku karna telah kalah telak dengan kehidupan ini. Aku tak meyesalinya. Aku hidup dalam sebuah cinta yang takkan pernah ada lagi. Aku hidup hanya untuk mencintaimu apa adanya dan akan selalu begitu.

Engkau masih ingat akan pesanku ketika kuberikan cincin peninggalan ibuku itu, bukan ? Jagalah baik-baik seakan engkau adalah kesayangannya. Cincin itu merupakan tanda cintaku yang tersuci dan yang paling jujur. Itulah untuk pertama kalinya aku mengambil keputusan menyerahkan cincin peninggalan ibuku untuk seorang gadis yang kucintai. Begitu juga ketika kubelikan gelang batu giok itu saat berada di Shenzen. Hanya ada dirimu yang memeuhi benakku saat itu dan keinginan untuk membahagiakanmu. Hanya saja sayangnya, akhir dari seuah kehidupan tidak bisa kubelokkan. Aku telah melihat semua yang terjadi pada hari ini sebelumnya. Aku telah melompat kemasa depan saat engkau diam dan tidak memberikan kabar kepadaku. Aku tak mau membelokkan masa depan yang harus kulalui karna itu hanya akan memberikan ketidak-seimbangan pada dunia. Aku tahu hal ini sangat menyakitkan untukku sendiri dan juga engkau Erica. Aku tidak mau egois dan kalau memang begini akhir dari hidupku , akan kuhadapi apa adanya . Aku juga melihat hal-hal yang akan terjadi dalam hidupmu kelak tapi takkan adil kalau kukatakan seperti apa. Engkau harus menjalaninya tanpa mengetahi bagaimana ujung jalan yang engkau lalui. Itulah namanya hidup.

Dear Erica sayang...
Kali ini kuminta dengan sangat, berjanjilah kepadaku untuk tetap semangat dalam menjalankan hidupmu kelak. Jangan terlalu mengingat kesedihanku. Hiduplah dalam kegembiraan yang lain dan janganlah menoleh kebelakang terlalu lama . Hidupmu ada didepan dan bukan berkaca pada masa lalu. Bila engkau rindu kepadaku, tataplah hujan dan rasakan hembusan angin membelai wajahmu. Aku ada disitu mengasihimu.

Sampaikan juga maafku kepada bapak dan ibu. Mohonkan maaf karna telah pergi dan tidak akan menemanimu lagi. Aku berharap mereka hidup dalam kedamaian dan rasa bahagia yang lain.

Erica sayangku..aku telah mengatur semua akhir hidupku agar tidak mengusik siapapun. Ada seorang teman yang kuminta bantuannya ketika tubuhku tak lagi sanggup bertahan . Dia telah mengurusku seperti yang kumintakan kepadanya. Semuanya telah kuatur dan aku tidak meninggalkan apapun untuk engkau urus, kekasihku...

Aku telah meninggalkan pesan kepadanya untuk melakukan kremasi terhadap raga yang terlampau letih ini. Melarung sisa-sisa abu raga ini kepada laut , kepada angin dan kepada hujan. Tak boleh ada yang tersisa untuk ditangisi. Tidak karna aku tidak mau melihat engkau meratapinya.

Semua peninggalanku berada dirumah cinta kita, sayangku..semuanya ada disana ketika saat itu telah tiba dan aku tak lagi bisa menahan jiwa ini untuk terus mencengkram raga rapuh ini. Kalau engkau tak menghendakinya, bakarlah menjadi abu dan biarkan angin dan hujan membersihkannya. Tak perlu mengais masa lalu dan menangisinya terus menerus. Lanjutkan hidupmu, kekasihku. Melangkahlah terus , sayangku. Aku selalu menjagamu dari dunia yang lain. Hiduplah dalam cinta dan rindu yang pernah kuberikan . Berjanjilah kepadaku, Erica sayang bahwa engkau akan bertahan dalam ketegaran yang pernah menjadi milikmu.

Dear Erica kekasih hatiku seorang..
Aku tahu hal ini sangat melukai hatimu dan meninggalkan bekas dalam hidupmu namun janganlah engkau terpaku dalam gambaran ini. Hiduplah terus dan ingat akan kenangan yang indah dan suci yang pernah kita miliki. Jangan menyalahkan siapapun atau membenci pada dunia yang engkau rasakan tidak adil. Jangan. Aku telah melewati garis itu . Jangan pula engkau melakukannya.

Selamat tinggal kekasihku...selamat tinggal sayang...maafkan aku karna semua ini harus terjadi..maafkan aku karna tak lagi bisa menemanimu dalam menjalani hidup yang kita impikan.

Kita telah tiba waktunya bagiku untuk kembali menjadi debu. 

Aku sangat mencintaimu, Erica dan akan terus mencintaimu selamanya. Aku tak kuat lagi untuk meneruskan tulisan ini. Aku tak sanggup lagi menulis kalimat karna aku telah kehabisan kata-kata yang bisa kurangkaikan menjadi kalimat.

Erica sayang , hanya puisi ini yang tersisa....

Kusamarkan dirimu dalam sosok lain , 
kubawa luka ini dalam-dalam dan kan kusesap diantara malam, 
engkau takkan melihat tangisku atau derita yang mesti kukenakan . 
Engkau hanya perlu tahu kalau seluruh rindu dan hidupku ini, 
hanya kuberikan untuk dirimu seorang...
apapun yang ada dipenghujung jalan itu..
aku ada disitu untukmu, selamanya..
Aku mencintaimu dalam sebuah ketulusan
Cintaku hanya untuk rasa bahagiamu
Sekalipun hanya nisan yang engkau temui nanti
Aku akan menjadi angin yang berhembus
Untuk menyejukkan hidupmu
kekasihku...

Yang selalu merindukanmu dan mencintaimu untuk selamanya,

Samuel “



Erica menjerit sejadi-jadinya dan airmata tumpah membasahi wajahnya yang kian pias. Tekanan itu terlalu berlebihan dan Erica kembali jatuh pingsan. Detak jantungnya melemah. Melihat keadaan Erica yang demikian terpukul, akhirnya mereka yang hadir disitu termasuk beberapa anggota keluarga Samuel lalu membawa Erica ke rumah sakit. Erica terus menggenggam teleponnya dengan kukuh dan mereka tidak bisa melepaskannya dari tangan Erica.

Sedu sedan tangis Sri, sahabatnya dan yang lain ketika tergesa membawa Erica kerumah sakit. Erica telah melampaui rasa sedih yang bisa dicerna hati dan pikirannya. Segala impiannya terkubur bersama kepergian Samuel untuk selama- lamanya. Samuel telah pergi dan takkan pernah kembali lagi kepadanya.

Erica menghabiskan seminggu lebih untuk memulihkan kesehatannya namun tetap tidak bisa menghilangkan noda yang telah menggurat hati dan jiwanya. Wajah sang kekasih terus menari-nari dalam benaknya dan hanya ada tangis menetas pada matanya. Erica mengalami depresi karna rasa bersalahnya terhadap sang kekasih, Samuel yang akhirnya pergi dalam kesunyian dan penderitaannya.

Sedangkan surel yang ke-lima itu berisi tentang data dokumen yang harus diberi kannya kepada sebuah bank untuk mendapatkan dokumen asli yang dititipkan Samuel untuk Erica. Disitu juga terdapat sebuah alamat seorang teman yang akhirnya menuntun mereka pada sebuah krematorium dimana tubuh Samuel dibakar.

Pihak keluarga Samuel kemudian melacak tempat itu dan menemukan bahwa kendi penyimpan abu Samuel masih disitu dan belum lagi dilarung seperti permintaan Samuel. Pihak tempat tersebut takut terjadi sesuatu sehingga mereka tetap menaruh kendi berisi abu Samuel itu disitu sampai adanya klaim terhadap mereka.

Erica mendekap kendi berisi abu kekasihnya itu erat-erat. Air matanya tak pernah berhenti membasahi wajahnya sejak kepulangannya dari Taiwan, dimana dia menghabiskan 3 tahun untuk memenuhi kontrak kerjanya. Tak ada yang bisa memaksa Erica untuk segera melarung abu Samuel tersebut. Erica tak mau siapapun menyentuhnya. Erica membawa pulang kendi abu Samuel itu kerumah cinta yang telah dibangun Samuel dipenghujung hidupnya. Erica ingin kekasih nya itu menikmati rumah cinta mereka sekalipun hanya berbentuk abu dalam sebuah kendi keramik.

Setiap saat Erica selalu mengajak kendi keramik itu bicara tentang impian mereka, seperti layaknya Samuel masih hidup. Erica telah berubah jauh dari sejak kepulangannya itu. Tak ada yang bisa menghiburnya dan tak ada yang bisa memisahkannya dari kendi tersebut. Erica telah terperangkap dalam penyesalan yang pernah dilakukannya terhadap kesucian cinta kekasihnya Samuel.

Erica tak lagi memperdulikan siapapun. Erica hanya peduli akan impiannya yang kandas karna kepergian Samuel untuk selama-lamanya.

Sampai pada suatu malam dipenghujung bulan desember, hujan turun begitu deras membasahi bumi. Erica sedang duduk di taman atas rumahnya yang memang telah dipersiapkan Samuel untuk mereka nantinya menikmati malam-malam indah mereka. Hanya saja sayang niat itu tak mungkin lagi terlaksana. Erica sering kali duduk disana sambil memeluk kenci keramik tersebut dan mengajaknya bicara. Hampir setahun sudah Erica tenggelam dalam kesedihan dan penyesalannya. Tiap hari terus meminta maaf kepada kendi yang berisi abu raga kekasihnya itu.

Hujan deras itu tidak diacuhkan oleh Erica. Samuel telah membuat sebuah ayunan ditengah taman dengan sebuah lembaran kain untuk menaunginya dari hujan atau panas. Erica berayun dan berayun sambil memeluk dan sesekali mengecup kendi itu dengan mesra. Matanya nyaris terpejam ketika melihat bayangan Samuel hadir didepannya. Samuel tersenyum kepadanya dan mengecup keningnya dengan lembut. Erica merasakannya dan nyaris histeris. Erica memeluk Samuel dan merasakan kehangatan sang kekasih dalam dinginnya udara berhujan itu.

“ Duuh..chayank..jangan berhujan seperti ini...” terdengar suara Samuel menegur Erica dengan lembutnya.

“ Maafkan Rica, yank...maafkan Rica telah menyakiti hati, yank..” bisik Erica tak mau melepaskan pelukannya.

“ Ssstt...tak ada yang perlu dimaafkan, chayank..” Samuel mengecup kening Erica dengan desah napasnya yang lembut, “ Sudah saatnya chayank meneruskan langkah untuk keluar dari pintu ini..Hidup dalam cahaya matahari, chayanku..” terdengar suara Samuel mengusik telinga Erica lagi.

“ Rica ingin selamanya bersama yank..gak mau berpisah lagi, yank..jangan tinggalkan Rica sendirian seperti ini..” geleng Erica terus membenamkan wajahnya pada dada Samuel.

“ Duuh..chayank..jangan bodoh..aku selamanya akan hidup bersama chayank dan akan selalu menjaga serta melindungi chayank..” terdengar lagi suara Samuel mengalahkan desauan curah hujan yang semakin deras dan percikan-percikannya membasahi tubuh Erica.

“ Ingatlah bahwa cinta yang kumiliki ini hanyalah untukmu. Aku ingin chayank bahagia karna cinta ini dan bukan malah menderita. Itulah sebabnya ada saat siang dan ada pula saatnya malam. Chayank harus melanjutkan hidup dan percayalah bahwa aku akan selalu menyertai chayank kemanapun langkah membawa chayank pergi. Selamanya..” Samuel berbisik dan suaranya menelusuri setiap jejak yang ada dihati kekasihnya, Erica.

Erica menatap lekat wajah Samuel kekasihnya itu. Mengelus wajah yang sangat dirindukannya itu. Wajah Samuel tersenyum kepadanya. Erica mencium lembut bibir sang kekasih dan menikmati kehangatan yang merasuki jiwanya. Erica dapat mencium aroma wewangian kenzo yang menyebar dari tubuh Samuel. Aroma kesukaan Samuel , pour homme .

“ Rica ingin selalu bersamamu, yank..” rajuk Erica manja, “ Rica selalu membuat yank sedih. Rica selalu melukai perasaan yank. Tapi yank selalu mencintai Rica seperti tak ada habisnya. Jangan tinggalkan Rica ya, yank..Rica ingin yank selalu ada disamping Rica dan bersama melarung dalam hidup ini..”

“ Duuh chayank...aku selalu ada dan akan selalu menemani chayank. Yang penting chayank harus merasakan bagaimana cinta dan rindu kita menjadi cahaya dalam hidup ini. Chayank kan pernah aku minta berjanji, hiduplah dalam cinta kita dan teruslah melangkah. Jangan lagi menengok kebelakang karna hidup ada di langkah kedepan..” sebuah kecupan hangat mendarat pada kening Erica.

Erica mengangguk dan menyesapkan wajahnya pada dada bidang Samuel. Desah napas dan degup jantung kekasihnya itu bagaikan lonceng yang menngingatkan Erica akan sebuah bangunan gereja yang selalu dilewatinya sewaktu di Taiwan.

Erica masih ingat tiap kali lonceng gereja itu berdentang, dia selalu berhenti sejenak dan berdoa untuk Samuel. 

Hujan terus mengguyur dan percikannya membasahi sebagian tubuh Erica namun rasa dingin itu tak lagi dirasakannya. Hanya ada kehangatan dalam pelukan Samuel. Erica tak peduli yang lain. Erica tak ingin kehilangan rasa hangat dalam pelukan kekasihnya itu. Erica hanya ingin Samuel dan ingin rasanya berteriak kepada langit yang menangis itu.

Namun rasa dinginnya hujan semakin menderu dan menyengat tubuhnya. Erica menari-nari ditengah hujan dalam taman diatas rumah cinta Samuel kepadanya. Tangannya seperti memeluk sesuatu dan kepalanya sedikit rebah seperti tertopang sesuatu. Bibirnya tersenyum bahagia. Erica terus menari dan membiarkan dirinya mengikuti langkah Samuel, sang kekasih.

Didekat pintu tangga yang menurun kebawah, tampak sang ibu menangis melihat keadaan Erica tanpa mampu menghiburnya lagi. Sang ibu hanya melihat Erica memeluk kendi berisi abu Samuel sambil berputar dan menari ditengah derasnya hujan. Wajah tua itu semakin tampak tua dan dipenuhi penyesalan juga. Dia merasa gagal membuat Erica bahagia dengan Samuel yang akhirnya telah menyerah pada kehidupan. Namun penyesalan itu takkan ada gunanya saat ini, dimana Erica seperti telah tenggelam dalam dunia antah berantah bersama impiannya dengan sang kekasih , Samuel !

Hujan nyaris tak tertahankan lagi dan derasnya mengaburkan pandangan ketika tiba-tiba sebuah kilatan kecil menyambar Erica dengan sebuah dentuman memecah langit kelam. Erica terpental dan melayang tepat pada ayunan itu sedangkan kendi abu Samuel yang tadi dipeluknya hancur berkeping-keping . Abu Samuel beterbangan sejenak sebelum hilang disapu oleh tirai hujan.

Erica tak sadarkan diri namun tak ada luka sedikitpun pada tubuhnya. Sang ibu menjerit dan menerjang kearah Erica. Gadis itu lunglai dalam pelukan sang ibu yang kemudian dengan susah payah membawanya turun kebawah. Erica tak sadarkan diri sampai malam itu berakhir. Wajah gadis itu pias dan tak tampak gairah yang pernah meletup seperti dulu.

Ketika siang hampir menjelang, barulah Erica terbangun dari ketidak-sadaran yang menimpanya setelah kilatan kecil itu menghantam kendi yang dipeluknya.

Sejenak Erica Seperti kehilangan kendali dan mencari dimana kendi itu berada. Namun perlahan-lahan penjelasan sang ibu menenangkannya. Erica seperti terbangun dari tidur panjangnya dalam penyesalan. Erica melihat dirinya seperti mayat hidup ketika berkaca pada cermin . Hari itu Erica seperti bangkit dari kematiannya.

Seminggu kemudian Erica mengambil sebuah keputusan dalam hidup selanjutnya.

“ Ibu, Rica akan kembali ke Taiwan dan bekerja disana. Ibu jangan lagi melarang atau mencegah. Ini adalah keputusan Rica dan akan Rica jalani hidup disana. Ibu harus merelakan Rica..” ucapnya tegas ketika mendapat kabar dari Taiwan bahwa kedatangannya telah dinantikan segera.

Sang ibu hanya bisa mengangguk dan pasrah dengan segala keputusan Erica karna itu menyangkut hidupnya sendiri. Takkan ada gunanya melarang atau mencegah karna hanya akan membuat hidup Erica tambah hancur.

“ Lakukanlah apa yang ingin engkau lakukan, Rica. Ibu hanya bisa berdoa untukmu..” jawab sang ibu pelan sambil memeluk Erica dengan eratnya.

Erica kemudian mengurusi surat-suratnya dan memesan tiket. Kali ini niatnya sudah membatu bahwa dia akan menghabiskan sisa hidupnya disana. Kali ini dia berangkat sendiri tanpa ditopang oleh perusahaan. Majikannya telah meminta 

Erica untuk datang kesana secara pribadi dan akan segera mengurus segala sesuatunya disana.

Erica tak banyak bicara mengenai rencana keberangkatannya kepada siapapun. Dia tak ingin ada siapapun yang coba mengusik ketenangan yang telah hadir dalam hidupnya. Tidak ada sepatah katapun apalagi kepada lelaki sodoran adiknya untuk menjadi teman hidupnya kelak. Hatinya telah penuh oleh Samuel dan akan selamanya begitu. Adiknya pun tidak tahu sama sekali tentang rencana tersebut karna Erica melarang ibunya untuk bicara.

Erica kini telah menyadari bahwa keegoisan adiknya itulah yang telah membuat dirinya mengambil keputusan konyol untuk mendiamkan Samuel. Namun Erica tak mau menjadi pembenci adiknya itu. Semua kesalahan itu adalah dirinya sendiri.

Lama baru diketahuinya bahwa sang adik rupanya iri dengan hubungannya terhadap Samuel. Dalam beberapa kesempatan sang adik telah memanasinya dengan beberapa bisikan dengki terhadap Samuel . Kali ini Erica telah memastikan hal itu tidak akan lagi pernah didengarnya.

Begitu pula dengan lelaki yang disodorkan adiknya itu. Tak sekalipun Erica mau meladeninya dan Erica selalu menghindari setiap ajakan adiknya untuk pergi bersama. Diam-diam Erica telah mempersiapkan segalanya, termasuk sebuah kartu telepon negara Taiwan yang hanya diketahui majikannya dan dirinya sendiri. Sedangkan nomor yang diketahui keluarganya telah dirusaknya dan tak akan bisa digunakan lagi. Erica telah memutuskan untuk meninggalkan segala yang terjadi di Jakarta takkan pernah terbawah dalam perjalanannya yang kedua ini. Erica ingin melupakan segalanya kecuali cinta Samuel yang terus hidup dalam hatinya.

Erica kemudian berangkat sebulan setelah kejadian waktu hujan itu. Erica berangkat hanya diketahui oleh sang ibu . Erica tak lagi ingin menangis karna Samuel tak mau melihatnya terus begitu. Erica membawa serta cinta dan rindu Samuel yang teramat suci itu dalam perjalanannya kali ini. Ini adalah sebuah perjalanan tanpa tiket kembali. Erica ingin menjauh dari orang-orang yang diam-diam telah merasukinya untuk menghianati cinta Samuel.

Pesawat China Airlines itu mendengung kencang dan menggerung meninggalkan bentangan cakrawala Jakarta menuju hamparan luas dilain benua.

Erica tersenyum. Erica kini merasa jiwanya begitu bebas. Aku akan selalu dan selamanya memiliki cintamu Samuel...bisik Erica menatap awan-awan yang dilewati oleh burung besi itu.


~~~~~ The end ~~~~~~