Selasa, 17 September 2013

Fall the Dawn ( 8 ) - Fall The Dawn part two

FALL THE DAWN

( part two )

Jam 01:13:45.

Kirana Qi dan Fe telah berada didepan rumah seperti yang ditunjukkan dalam data di map tersebut.

Sebuah rumah berukuran kecil dan sederhana seperti kebanyakan sehingga berkesan sangat umum.

Keduanya menuju pintu samping dan sebuah kunci berbentuk pipih untuk card key tampak menyambut mereka.

Fe segera mengeluarkan card key yang terhubung dengan sebuah modul perancah kode. Dalam hitungan detik, pintu itu terbuka dan Kirana Qi dengan tenang menyemprotkan sprayer .

Tampak garis-garis merah cahaya infra red sensor membentuk silang berbenturan untuk menghidupkan alarm pengaman.

Dengan hati-hati dan ketepatan serta kecepatan, Fe meletakkan cermin-cermin kecil yang berkaki dan menempelkannya pada beberapa titik sensor itu sehingga menimbulkan rongga yang cukup dimasuki tubuh manusia tanpa menimbulkan kesan penerobosan sistim keamanan.

Kirana Qi terus sesekali menyemprotkan sprayer itu mendahului langkahnya sambil menghindari beberapa kamera pengintai.

Nyaris keduanya tertangkap kamera dalam remang ruangan itu kalau saja tidak sigap masuk dalam sebuah ceruk antara ruang tamu dan dapur.

Kirana Qi segera menghitung dan pada hitungan ke lima belas , keduanya melangkah dengan hati-hati menuju sebuah undakan tangga rendah yang menurun.

Fe kembali mengeluarkan modul perancah kode itu dan secara bersamaan melalui pandangan mata, keduanya segera memasukkan card key bermodul itu dan memasukkan kode-kode yang diberikan Art Hammerfist tersebut secara simultan.

Pintu bergeser tanpa suara. Kirana Qi menyemprotkan sprayernya tetapi tidak menemukan infra red sensor.

Kirana Qi melihat sebuah kisi-kisi segi empat berukuran kecil diatas dinding tembok didepan mereka. Dengan tangannya dia menggamit Fe dan segera melompat keatas sedangkan Fe menopang kedua telapak sepatunya dengan tangan terentang.

Kirana Qi lalu mengambil sebuah kapsul kecil yang dibawanya, memutarnya dan dengan hati-hati menggulirkannya kedalam dan sprayer tadi kembali mendesis kecil untuk mendorong kapsul tersebut.

Kirana Qi kembali turun dan segera menutup masker kecil yang menjepit antara kedua rongga hidungnya.

Fe melakukan hal yang sama pula, semuanya dilakukan dengan perhitungan matang tanpa menimbulkan suara berarti.

Selang tiga detik kemudian, dua buah kotak kecil pada dinding didepan mereka terbuka.

Kirana Qi segera menempelkan mata kanannya dan Fe dengan mata kirinya yang telah memakai contact lens untuk mengelabui sensor retina mata tersebut.

Pintu segera terbuka begitu menerima akses kode tersebut.

Sebenarnya itu bukanlah untuk membaca retina mata pengakses melainkan untuk membaca sederetan password yang tersimpan berbentuk barcode pada contact lens itu.

Sebuah pengalihan kode akses yang telah mengalami perubahan drastis agar siapapun akan menyangka itu adalah sensor pembaca retina mata.

Pada detik berikutnya Kirana Qi menempelkan card key kedua yang diberikan Art Hammerfist pada slotnya, diikuti Fe secara bersamaan.

Pintu terakhir terbuka dan keduanya segera masuk .

Fe sudah memegang Baretta 22 dan Kirana Qi dengan Browning 9mm lengkap dengan peredam suara diujungnya.

Ketika menuruni undakan anak tangga yang hanya tiga buah itulah keduanya melihat seorang lelaki tampak limbung dan sempoyongan akibat kapsul bius tadi. Lelaki itu rubuh dalam usaha terakhirnya yang sia-sia untuk menjangkau sebuah senjata diatas meja rendah didekatnya.

Kirana Qi dan Fe segera berlari mendekati lelaki itu sambil mengarahkan senjata mereka tertuju pada target, namun tak ada suara tembakan karna sasaran mereka telah pingsan.

Keduanya saling bertatapan dengan waspada untuk menjaga segala kemungkinan. Setelah merasa aman, mereka lalu menyimpan senjata masing-masing.

~ target down ~ pesan pendek itu dikirimkan Fe melalui gadgetnya.

Mereka punya waktu 38 menit sebelum tim pembersih datang.

Kirana Qi dan Fe melepas masker kecil yg menyumbat kedua hidung mereka setelah merasa cukup aman dari pengaruh asap bius itu.

Ternyata ada gunanya juga membawa kapsul bius, pikir Kirana Qi tersenyum dalam hati sementara sibuk mengikat lelaki itu pada sebuah kursi.

Sedangkan Fe coba mengutak-atik komputer dan hanya menggelengkan kepala karna tak bisa mendapatkan apa-apa dengan cpu terbakar seperti itu.

Matanya nyalang menelusuri ruangan itu namun agak kecewa dengan hasilnya.

Begitu juga dengan Kirana Qi, penggeledahannya tak membawa hasil pula, seolah laki-laki itu tak pernah dilahirkan untuk memiliki sesuatu.

Namun mereka luput memperhatikan bahwa dinding-dinding itu kian dingin dan tertegun ketika menangkap sebuah kedipan penanda waktu diujung tempat tidur diruangan tanpa sekat itu, kecuali kamar mandinya saja yang terpisah.

~ apa itu ? ~ Kirana Qi yang pertama kali menyadarinya.

Fe berpaling dan melihat ke arah pandangan Qi. Fe masih bisa melihat lempengan baja tebal turun dan rapat dengan lantai.

~ damn it ! Kita terjebak disini...! ~ sumpahnya sambil melihat jam tangannya, sudah lewat 01:23.

Keduanya sedikit panik karna sesuatu diluar dugaan telah terjadi dan mereka terjebak didalam ruangan itu.

Fe mendekati ujung pembaringan dan melihat deretan angka mengalami hitung mundur.

~ 11:48..11:47...11:46...dan terus menurun..~

Sedangkan Kirana Qi segera menekan beberapa kode pada gadgetnya namun wajah cantik itu tampak kecewa, baja-baja tebal itu pasti dilapisi timah sehingga tidak bisa menangkap signal apapun.

Dengan ringan kakinya melangkah mendekati lelaki yang terikat pada sebuah kursi itu.

Tangannya mematahkan sebuah kapsul kecil dibawah hidung lelaki itu dan aroma menyengat menyadarkannya segera.

Lelaki itu menatap Kirana Qi dengan lekat sedangkan sudut matanya menangkap gerakan Fe yang sedang memeriksa kemungkinan adanya pintu rahasia.

Ketika tatapan lelaki itu menghunjam kepadanya, Kirana Qi merasakan desiran hebat yang mengusik hatinya.

~ siapa engkau ini ? apakah kita pernah bertemu sebelumnya ? mengapa aku merasa seperti pernah mengenalmu ? ~ pertanyaan-pertanyaan itu sempat menderanya.

Wajah lelaki itu tampan namun berkarakter dingin dan keras. Tatapan matanya sangatlah tajam dan menusuk , tak ada sedikitpun kerut senyum dibibirnya. Tak ditemukannya sedikitpun rasa gentar sekalipun dengan tubuh terikat dikursi kayu maple itu.

Tubuhnyapun tampak kekar dan berisi namun atletis , sejenak Kirana Qi tampak kehilangan konsentrasi namun bunyi langkah Fe segera menyadarkannya .

~ katakan dimana pintu keluarnya...~ bentak Fe sambil melayangkan tinjunya menghantam rahang lelaki itu, amarahnya menggeletar.

Kepala lelaki itu tersentak ke samping dan tampak acuh sekalipun ada darah keluar dari sudut bibirnya.

Kirana Qi ikut terpana dengan tindakan Fe namun tak sempat mencegah lagi dan hanya merasa ada perasaan aneh menyergapnya.

Lelaki itu kembali menatap kedua perempuan yang tampak agak beringas tersebut dan diam.

Tidak mendapat jawaban, Fe kembali melayangkan tinjunya namun kali ini Kirana Qi dengan sigap menahan tangan Fe.

Fe menatap rekannya itu dengan pandangan nyalang, tak mengerti apa maksudnya.

~ tenang dulu...kita,masih membutuhkannya untuk keluar dari tempat ini...~ jelas Kirana Qi cepat.

Kirana Qi tak memperdulikan pandangan nyalang Fe terhadapnya.
Ada dua alasan untuk menahan serangan Fe yang tampak begitu beringas.

Satu, mereka butuh lelaki itu untuk bisa keluar karna pasti dia punya akses rahasia.

Dalam hati dia mengumpat Art Hamnerfist yang tidak mengantisipasi masalah ini.

Kedua, ada yang mengganjal perasaan Kirana Qi terhadap lelaki itu, entah apa tetapi dia akan menemukan jawabannya nanti.

Kemudian Kirana Qi memusatkan perhatiannya kepada lelaki yang terikat dikursi itu, nyaris tak bisa bergerak namun tak ditemukannya rasa gentar disana.

~ katakan...bagaimana bisa keluar dari ruangan ini ? ~ tanyanya dingin.

Lelaki itu tidak menjawab, matanya tak melepaskan kedua perempuan itu dari pandangannya. Pikirannya berpacu dengan keras untuk mencari cara melepaskan diri dan menghadapi mereka.

Dengan satu tarikan napas, dia mencoba mengumpulkan tenaga pada kedua tangannya yang terikat dibelakang kursi, matanya terpejam beberapa detik.

Beberapa saat kemudian, mata yang terpejam itu terbuka dan kembali menatap lekat pada Kirana Qi yang tepat berada didepannya.

Sementara Fe tampak resah tak bisa diam dengan jalan kesana kemari.

~ siapa yang mengirim kalian ? ~ tanya lelaki itu datar, suaranya nyaris mendesis.

~ itu bukan urusanmu, katakan bagaimana caranya keluar dari sini...~ jawab Kirana Qi setengah membentak sambil menahan gejolak yang terus menerjang perasaannya.

~ kalian bisa menembus sistim keamanan disini, tentunya ada seorang lagi yang ikut berperan bukan ? ~

~ rasanya tak jauh dari orang yang bernama Art Hammerfist, mana dia ? ~

~ hmm....dia sama sekali tak tertarik dengan resiko yang kalian hadapi, bukan ? ~

~ tentu saja itu urusan kalian dan bukan urusannya, yang penting baginya hanyalah menjadi dirinya sendiri, uang dan posisi yang menguntungkan....~

~ ternyata masih orang yang sama dan terlalu percaya diri, kalian masuk jebakan dari orang yang mengirim kalian yang memburuku tanpa mengetahui secara jelas apa yang akan kalian hadapi...~

~ intel yang kalian dapat memang cukup bagus tetapi tidak cukup untuk bisa keluar dari ruangan ini, bukan ? ~

Lelaki itu mencecar keduanya dengan psy~warnya dan tampak ada sedikit keraguan yang terpancar dari mata mereka.

Dia tahu dengan pasti, hanya dengan begitu dia bisa mengulur waktu untuk strateginya nanti.

Fe tampak makin gelisah dan kembali mendekat.

~ diam kau..! , tak perlu banyak bicara, katakan saja bagaimana caranya keluar dari sini, mungkin kami masih hisa berbaik hati sedikit...~ bentaknya tetapi tak begitu yakin berhasil menyakinkan lelaki itu.

~ kalian tak tahu terlibat dalam urusan apa...siapa yang mengirim kalian kesini ? kalian tidak pernah tahu kan ? ~ jawabnya sembari terus menekan mereka, dia tahu siapa yang mengirimkan mereka dan itu berarti akan ada tim pembersih yang sedang menuju kesini.

Kirana Qi nyaris kehilangan kendali dirinya sehingga secara tak sadar dia berputar dengan sebuah lengkingan keras.

Kaki kanannya melesat mengikuti putaran badannya dan langsung menghantam dengan keras ke dada lelaki itu.

Tentu saja lelaki itu terjengkang keras ke belakang bersama kursi yang terikat dengan badannya.

Ternyata hal itulah yang sedang ditunggu-tunggu olehnya, tendangan keras itu memang terasa sakit ketika menyengat dadanya. Namun daya lontar akibat tendangan itu dimanfaatkannya untuk memberi dorongan pula sehingga kursi kayu maple itu hancur mengenai tiang penyangga ruangan.

Pada saat bersamaan pula dia berhasil menghentakkan tangannya yang terikat dengan tenaga yang dikumpulkannya tadi.

Kirana Qi dan Fe terkejut. Sadar ketika lelaki itu telah berdiri didepan mereka sekalipun potongan anak kayu kursi itu masih terikat pada kakinya.

Menyadari kelengahan mereka dengan taktik lawan, keduanya menerjang dengan ganas.

Lelaki itu tampak tenang. Dengan sebuah elakan dia menghindar dari pukulan tangan Kirana dan tangannya menepis tendangan chudan-chuki dari Fe.

Lelaki itu tak tampak kewalahan menghadapi keduanya dan pada suatu kesempatan, lelaki itu berhasil mengambil Browning 9mm milik Kirana Qi dan Baretta 22 milik Fe.

Hal itu semakin membuat keduanya menjadi tambah beringas. Fe dengan cekatan menarik kedua buah pisau gurkha dari punggungnya. Melemparkan salah satunya kepada Kirana Qi.

Lelaki itu menyelipkan kedua senjata tersebut pada belakang pinggangnya dan luka itu kembali terbuka serta darah mulai membasahi baju.

Namun hal itu tak diperdulikannya, dia kembali bersiap menghadapi Fe dan Kirana Qi yang kini bersenjatakan pisau gurkha.

Pisau ini berasal dari Nepal dan digunakan oleh special forces dari negara Nepal, India dan Inggris serta Swiss Army yang mengawal kota suci Vatikan.

Fe menyerang terlebih dahulu dan sebuah sabetan nyaris mengenai leher lelaki itu dan menyisakan derap dingin logam mematikan itu.

Kirana Qi tak mau kalah, dengan sebuah tikaman menjurus ke arah punggung lelaki itu.

Namun sebuah sapuan kaki ke belakang berhasil membuat Kirana Qi terpelanting dengan badan menghantam sofa.

Pisau gurkha yang terpental dari tangannya disambut lelaki itu dengan gerakan memutar sambil menangkis hantaman dari Fe.

Sementara Kirana Qi meringis kesakitan dan tangan kirinya memar kena meja kecil itu.

Fe kadung terperangkap dalam kemarahan dan itu disesalinya sebagai kelemahan yang akhirnya dalam satu jenak berikutnya lelaki itu berhasil menguasainya.

Pisau gurkha yang tajam itu menempel dilehernya dan sebuah tangannya telah ditelikung kebelakang sedangkan pisau gurkhanya sendiri terlepas oleh hantaman punggung pisau gurkha ditangan lelaki itu.

Fe nyaris menjerit, rasa ngilu dan sakit membahana dari tangan kanannya.

Pertarungan itu selesai. Mereka takluk dan keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat.

Fe coba mencari akal namun deraan sakit sakit itu mengalahkannya dan kepalanya mendongak kebelakang.

Fe bisa merasakan desahan napas penyanderanya ketika pipinya menempel pada pipi lelaki itu. Ada yang mengusiknya, ada rasa rindu yang tiba-tiba menampar hatinya.

Namun tanpa terduga, Kirana Qi mencabut belati dari balik sepatu boot dan melemparkannya kearah lelaki yang menyandera Fe.

Fe terbeliak, jaraknya cuma tiga meter lebih sedikit dan pisau itu meluncur deras kearah lehernya yang mendongak.

Lelaki itu dengan cepat mendorong Fe hingga terjerembab kesamping, tangan yang memegang pisau gurkha itu memutar mengikuti putaran yang mendorong Fe dan menghantam sisi samping belati Kirana Qi.

Lelaki itu secepat kilat melompat ke arah Kirana Qi dan menghantam dadanya dengan hunjaman pisau gurkha tersebut.

~ TIDAAAAAKKKKK.....~ jeritan Fe serasa bergema dalam ruangan itu.

   ( see ya in the note thriller )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar