Selasa, 17 September 2013

Fall The Dawn ( 4 ) - Deja Vu part two

DEJA VU

( part two )

Rasanya malam nyaris tak bergerak , tubuhnya juga tak bergerak : mematung dan tersembunyi dlm gelap, matanya membesut sebuah sasaran

~ 200 meter dari sebuah kafe kecil disudut jalan yang tampak lengang,

Binokular kecil yang dilengkapi dengan night view itu sangat menguntungkannya sehingga dia tak pernah kehilangan akan situasi disekelilingnya .

~ didalam kafe kecil itu tampak seorang perempuan sedang sibuk menata meja bar dengan dua orang pengunjungnya .

~ yang seorang, lelaki paruh baya dengan kacamata sedang menikmati bacaannya, sebuah koran pagi dan tentu dibelinya dengan harga murah ditengah malam seperti itu dengan secangkir kopi dan sebuah piring kecil yang tampak kosong .

~ yang seorang lagi, lelaki muda dengan tampang lelah, mungkin kesal karna harus lembur dengan gaji rendah tangannya sesekali memegang tas ransel miliknya diatas meja .

~ sedang perempuan muda dibelakang meja bar itu tampak kusam tanpa senyum, mungkin menggerutu harus menjaga kafe tersebut dan melewati malam hujan tanpa bisa menggumuli lelaki miliknya .

Lelaki itu sedikit lega, posisinya amat menguntungkan sehingga bisa mengamati situasi tanpa harus memancing kekecurigaan bagi siapapun .

Nada getar sedikit membuatnya mentalhkan pandangan kepada gadget dikantung celananya

~ pesan masuk :

~ cafe fleur de page . bartender contact. past key : es que je peux avoir de la viande rouge et de la limonade (minta daging merah dengan lemonade.) confirmed : j ai seulement du lard et de l omelette allez depechez vous (hanya ada daging asap dan telur dadar.) get the packet . opr/c-12 ~

Lelaki menarik napas tanpa bereaksi. Matanya kembali menyapu situasi dan ada dengusan kecil ketika melihat beberapa gerakan jauh didepannya.

Para taktis sudah bergerak dengan layaknya para pejalan kaki, tetapi itu tak bisa menipunya. Pakaian mereka terlalu rapi untuk dikenakan saat hujan dan ditengah malam seperti itu, apalagi memarkir mobil agak jauh dari kafe tersebut.

Binokular kecilnya terus mengikuti pergerakan para taktis itu dan mulai menghitung.

Dua orang tampak berada dibelakang kemudi Audi A4 hitam yang diparkir berseberangan, satu tampak mengamati kedua sudut jalan yang tampak mulai ditinggalkan orang-orang yang enggan menerobos hujan.

Sedangkan empat taktis lainnya melangkah masuk ke kafe, berpencar dan tampak sekedar memesan kopi sembari membaca situasi

~ para taktis dari unit merah ?

Kening lelaki itu sedikit berkerut, berarti perusahaan sangat fokus dengan masalah ini.

Ada apa dan seberapa jauh keterlibatan perusahaan dalam masalah ini ?

Siapa yang memberi perintah lapangan ? Tak mungkin seorang operative bisa mengeluarkan perintah lapangan yang melibatkan unit ini.

Hanya ada satu orang yang bisa mengeluarkan perintah ini, yaitu sang jendral yang selalu tampil kusam itu...ataukah perintah itu dipalsukan ?

Benaknya terus berpacu sementara matanya terus mengintip dibalik binokular kecilnya

~ dimana yang seorang lagi ? gumamnya lirih tertelan bunyi hujan,
unit ini selalu kompak dengan delapan taktis, angka yang berbau mistis tetapi mereka tak peduli .

~ binokularnya terus mencari dan mengamati situasi didalam kafe: kesitulah dia harus pergi dan hitungan waktunya harus tepat agar para taktis itu bergerak mengikuti pelacak yang telah dirubah vektornya itu .

Diamatinya pula pergerakan satelit yang mengikuti sinyal pelacak tersebut,

~ tiga menit lagi satelit itu akan melewati vektor dan itulah kesempatannya untuk bergerak .

Lelaki itu sedikit tersentak ketika sebuah bunyi gelas plastik menyelinap ditengah bunyi hujan, mungkin ada kaki yang menyenggolnya .

Seketika lelaki itu meregang , stiletto telah terhunus ditangan kanannya.

Matanya menangkap taktis kedelapan sedang berjalan kearahnya, hanya terpisah enam meter !

Dengan cepat badannya memutari dua buah pot besar yang berisi pohon rimbun yang menghiasi pedestrian didepannya.

Gadgetnya tergeletak diposisi pengintaiannya agar pembacaan satelit tidak berubah.

Posisi itu telah diperhitungkannya dengan jeli supaya tidak terlihat oleh para taktis yang lain, terutama taktis yang sedang mengamati situasi dari balik kemudi mobil.

Tak mungkin baginya menghindari taktis kedelapan, dalam hitungan menit para analis perusahaan akan menemukan celah vektor pelacak itu, keputusan harus diambilnya untuk menekan posisi lawan, apapun tindakannya.

Tubuhnya menerjang taktis kedelapan itu dengan sempurna dan terlambat untuk diantisipasi taktis yang terlatih itu.

Hanya ada satu erangan lirih sebelum nyawanya berpindah dengan sebuah tusukan dipunggungnya menembus jantung dan lehernya patah disentak oleh tangan kuat lelaki itu.

Bahkan tubuhnya tak sempat jatuh ke tanah, si lelaki itu dengan sigap menangkap dan membawanya kesudut gelap sebelum memasukkannya kedalam lubang gorong-gorong saluran air.

Mayat taktis itu akan ditemukan dalam hitungan jam, takkan pernah jadi headline berita. Tak ada identitas apapun dari taktis itu, kecuali sebuah Jericho 941 , pistol otomatis 12 peluru satu putaran 9mm buatan israel untuk dunia ketiga dengan empat klip magazin dan sebuah headset nirkabel.

Segera ditinggalkannya lokasi itu sambil membawa gadget pelacak tersebut , langkahnya cepat namun begitu waspada sembari mengintip binokularnya.

Sebuah senyum sinis tersungging dibibirnya ketika menangkap gerakan para taktis yang lain segera beranjak dari posisinya masing-masing menuju ke mobil mereka.

Ada sedikit kebingungan ketika mereka menyadari taktis kedelapan tidak muncul namun itu tidak menghalangi mereka bergerak dengan kedua Audi A4 mengejar vektor pelacak yang bergerak menjauh.

Lelaki itu terus melangkah menuju cafe disudut jalan itu, kedua pengunjungnya masih betah disana.

~ pintu kafe terdorong , lelaki itu masuk kedalam dan langsung menuju meja bar dimana perempuan berkulit kuning langsat itu sedang menggosok cangkir yang masih basah, tak peduli pakaiannya yang terbelah rendah itu tak mampu menampung buah dadanya yang lumayan besar, mengundang dan menarik minat pengunjung yang datang.

~ lelaki itu langsung duduk dan matanya tajam mengintip dari balik topi baseball yang menutupi kepalanya .

~ lelaki itu berusaha mempertahankan ritme kewaspadaannya : menghitung segala kemungkinan dan tindakan antisipasi.

~ lelaki paruh baya berkaca mata itu ada dibelakang sebelah kirinya, berjarak 3-4 meter, sedangkan lelaki muda itu berada dibelakang sebelah kanan dengan jarak hanya 2,5 meter saja .

~ sekilas tampak biasa dan wajar namun lelaki itu tetap waspada, tangan kirinya menyentuh Glock-10-nya dan melepas pengaman trigger .

Perempuan dibelakang meja bar itu tak bicara atau menawarkan sesuatu, hanya memandang acuh kepada lelaki itu .

~ es que je peux avoir de la viande rouge et de la limonade ~

Ucap lelaki itu lirih dalam bahasa perancis yang agak kaku seperti aksen kebanyakan penduduk yang tinggal di san sebastian, spanyol utara:

Kali ini dia mendapatkan perhatian dari perempuan dibelakang meja bar itu sekalipun masih tampak acuh,

~ j ai seulement du lard et de l omelette allez depechez vous ~

Jawabnya pelan sembari menyodorkan secangkir kopi ke hadapan lelaki itu, sedangkan tangan kirinya masih dibawah meja .

Lelaki itu tampak tak peduli namun sikapnya makin waspada, matanya tetap tak melepaskan pandangan dari kedua lelaki itu , cermin besar yang ada dibelakang meja bar tersebut sangat menguntungkannya .

Perempuan penjaga kafe itu kini lebih bersemangat, tangan kirinya masih dibawah meja ketika menyerahkan sebuah amplop ukuran sedang ke hadapan lelaki bertopi baseball itu, wajah yang ikut tersamar oleh kerah jaket hitam yang melingkar sempurna dilehernya dengan cuaca berhujan itu .

~ amplop itu tergeletak dekat cangkir kopinya

~ detik itu seperti berhenti bergerak

~ dengan cepat lelaki itu menyentak kedua tangannya ke belakang tanpa mengalihkan pandangannya ke arah cermin

~ lelaki paruh baya itu hanya sempat terhenjak ketika sebuah peluru 9mm menembus keningnya :

~ lelaki muda itupun tertegun menatap stiletto yang menembus dadanya hingga tersisa gagangnya saja yang berbentuk salib itu, sebelum kepalanya lunglai dan jatuh dimeja

~ kedua lelaki itu hanya sempat menarik keluar senjata mereka, smith&wesson 9mm tanpa bisa menarik triggernya, bahkan pengamannya saja masih terpasang rapi

~ itu hari sial mereka, tengah malam buta dan hujan deras: nyawa tak mampu dipertahankan

Lelaki itu mengayunkan tangan yang memegang senjata itu nyaris dalam detik yang sama dan mengarahkan Glock-10 nya tepat didepan muka perempuan penjaga kafe yang juga mengarahkan sebuah Baretta 22 kaliber 9mm kepadanya .

Perempuan itu sedikit terkejut melihat betapa cepatnya gerakan lelaki bertopi baseball itu, dia sendiri ragu apakah bisa menarik trigger barettanya sebelum lelaki itu .

~ perempuan itu mundur selangkah dengan hati-hati dan kedua tangannya terangkat, Baretta 22-nya mengacung ke atas: isyarat bahwa dia tak mau ambil resiko, perlahan meletakkan Barettanya kembali di bawah meja bar .

~ lelaki itu melakukan hal yang sama namun moncong senjatanya masih terarah kepada perempuan itu sekalipun tergeletak diatas meja bar

~ C-12 yang memberi tugas , operative seksi 6 ~

Jelasnya tanpa diminta, lelaki hanya mengangguk kecil. Perempuan itu beranjak mengunci pintu dan menutup horizontal blind supaya terkesan tempat itu tidak memerima pengunjung lagi.

~ tim pembersih akan datang dalam waktu 30 menit

~ keluarlah dari pintu belakang, disana ada kamar bila ingin tinggal sejenak

Lelaki itu hanya diam. Matanya melumat habis selembar kertas dan foto2 yang terlampir.

~ C-12 : seorang operative yang dapat dipercaya, setelah nyawanya terselamatkan olehnya dalam sebuah operasi di san sebastian

Perempuan itu menatap lelaki didepannya itu, agak ngeri dengan auranya yang dingin.

Lelaki itu kemudian beranjak dan mengambil stilettonya yang terbenam didada lelaki muda tersebut.

Tak ada yang istimewa dari keduanya selain sebuah tatto yang mengingatkannya pada sebuah klan mafia .

Tak ada keterkejutan dimatanya seakan nyawa2 itu bagaikan nyamuk belaka, matanya sedingin kutub yang beku ketika kembali duduk didepan meja bar. Kopi itu tak juga disentuhnya dan ketika memasukkan amplop itu kedalam jaketnya.

~ kenapa klan marchisio juga menginginkan dirimu ?

Perempuan tersebut memberanikan diri bertanya, lelaki itu menatapnya dalam-dalam

~ seberapa jauh kenal dengan operative ?

Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan pula

~ beberapa kali bertugas dibawah operative C-12, Biarritz dan Bordeaux serta Amsterdam .

~ apa yang kau ketahui tenang klan marchisio ?

~ tidak banyak, kecuali rumor bahwa beberapa jam yang lalu sang putri telah kembali kedalam keluarga besar marchisio

~ apalagi ? apakah engkau tahu kedua orang ini utusan klan ?

~ hanya itu saja, aku hanya curiga dengan keduanya tapi tidak tahu mereka utusan klan, statusku hanyalah penghubung operative

Diam. Waktu terus berdetak. Sunyi menggigit dalam terkaman dingin yang menyelinap dari celah-celah pintu.

Lelaki itu tak bicara lagi. Langkahnya menuju arah belakang kafe tersebut.

Perempuan seronok itu tak bicara juga, kecuali sinar matanya memendam banyak tanya dan rasa ingin tahu yang meluap.

Perempuan itu, Aurellia Pinatih, berselimutkan seorang chef untuk mengalihkan statusnya sebagai penghubung seorang operative, mungkin lebih dari seorang penghubung , Baretta itu cerminannya.

Perempuan kelahiran Nusa Penida, daerah Bali yang amat terkenal didunia. Entah apa komentar suaminya , si french kiss Glorieux itu seandainya tahu profesi ganda istrinya tersebut.

~ ah, itu bukan urusanku, tepisnya segera dan benaknya kembali berkutat dengan isi amplop itu disebuah kamar dibelakang kafe, dekat pintu keluar ke arah jalan raya.

Lelaki itu kemudian menghancurkan pelacak satelit dengan sekali tumbukan pada gagang senjatanya.

Barang itu sudah tak berguna lagi, para analis perusahaan sedang sibuk menemukan celah pada alat mereka dan harus kehilangan seorang taktis pula.

Matanya kembali tertumbuk pada lembar kertas yang diberikan padanya, tak banyak tulisan disitu. Hanya ada coretan-coretan yang kurang dimengertinya, mungkin itu sebuah rumus, pikirnya letih.

Yang menarik hanyalah keempat foto yang terlampir, wajah-wajah perempuan kebanyakan dan tampak umum.

Dia mengenal dua diantaranya, Tya atau Sekar Suket yang telah jadi sasarannya siang tadi dan satu lagi, Fanny Wijaya yang telah membuatnya dalam pelarian sepanjang malam yang belum berakhir itu.

Sedangkan yang dua lagi, nama-nama itu tak juga mengingatkannya pada sesuatu

~ Kirana Qi: wajah yang nampak seperti indo, cantik tapi matanya tampak sedikit judes

~ Fe : wajah yang dihiasi sepasang mata yang agak sipit, tipikal keturunan

Tak ada data apapun tentang mereka: namun pasti ada yang terkait dengan mereka bila seorang operative setingkat C-12 mengirimkan ini kepadanya.

Lelaki itu segera memotret keempat foto itu dan coretan dikertas lalu segera memusnahkan paket itu dengan membakarnya.

Lelaki itu kembali memusatkan kewaspadaannya, dia tidak boleh terlalu lama disitu, terlalu besar bahayanya.

Baru saja berpikir begitu, tiga tembakan berperedam menghantam pintu dan menembus kasur yang sedang didudukinya.

Sebutir peluru menyerempet pinggang kanannya, sebelum tangannya menjangkau Glock-10 dan membalas dengan dua tembakan.

Tubuhnya meregang , kewaspadaannya terbukti menyelamatkannya
sekalipun ada nyeri yang membakar pinggang kanannya.

Terdengar suara benda berat jatuh dibalik pintu itu.Langkahnya amat taktis membuka pintu tersebut sambil mengarahkan senjatanya ke sasaran.

- Aurellia Pinatih, perempuan seronok berkulit kuning langsat itu tergeletak meregang nyawa dengan dua peluru bersarang didadanya yang kini merah oleh semburan darah.

~ selamatkan..anakku Ziway...mereka menandainya sebagai target..~

Lelaki itu hanya diam, senjatanya tetap terarah pada sasaran, diam pula ketika nyawa perempuan itu lenyap dari badannya.

Lelaki itu bergegas, meninggalkan tempat itu tanpa meninggalkan jejak. Selongsong peluru dan proyektilnya takkan bisa terlacak, itu hasil karyanya sendiri.

Malam terus berjalan dan hujan tak juga reda, gigil dinginnya malam tak pernah mengusiknya.

Kecurigaannya benar, operative C-12 dari unit black ops tidak pernah punya operasi di Amsterdam .

Perempuan itu bukan seorang penghubung melainkan seorang asset tidur dan diaktifkan oleh seseorang yang memahami operasi inteligen dan sangat terlatih, disamping itu punya ijin akses kalangan terbatas.

~ Damn it !!

Serapahnya dan menghilang kembali dalam kegelapan, menyatu dengan hujan yang tak mau berdamai...

  ( see ya in the next note )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar