Kamis, 19 September 2013

MENDUNG DIATAS CAKRAWALA

MENDUNG DIATAS CAKRAWALA
( sang pria langit kembali menyapa pengantin bergaun biru dibebukitan sana )

Raungan serigala-serigala menangisi sang rembulan yang tak kunjung tiba
Geletar rindu merobek sebuah ketenangan yang telah terabaikan berkalang waktu
Masihkah engkau menatap cakrawala dari balik jendela kusam kamarmu ?
Ataukah sudah engkau ganti dengan yang baru
dan berhiaskan lukisan biru kesukaanmu ?
Ah, rindu ini mendera tak pernah usai
Rindu yang tak lagi terungkap lewat untaian kata-kata milikmu
Kemanakah engkau melarikan pertempuran kita yang pernah mengoyak jiwa itu ?
Duhai pengantin bergaun biru, binar matamu masih bergemuruh seperti hempasan ombak laut selatan
Terlalu lama rumah cinta kita diatas awan terabaikan,
penuh dengan cabikan-cabikan rindu kita yang tak terpuaskan
Terlalu lama ,
Namun tak pernah terlupakan
Suatu hari kita akan membangunnya kembali rumah cinta itu
Dan menambahnya dengan kunang-kunang bersinar biru
agar tak lekang menembus kegelapan cakrawala
Duuuhh….
Bibir mungil milikmu memerah tanpa geletar gairah
untuk menghangatkan jiwa yang terbelenggu
Kemarilah dan kita hangatkan kembali besi-besi membisu diperon stasiun tugu ini
kukecup keningmu diantara lambaian rambut panjang milikmu
Yang meronakan harumnya rindu yang terlalu lama terkekang
Kita akan terbang melintasi waktu
Dan menembus cakrawala menuju rumah cinta kita diatas awan
~~~~~~~~
Jakarta , 20 Febuari 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar