MENDUNG
DIATAS CAKRAWALA
( sang
pria langit kembali menyapa pengantin bergaun biru dibebukitan sana )
Raungan serigala-serigala menangisi sang
rembulan yang tak kunjung tiba
Geletar rindu merobek sebuah ketenangan
yang telah terabaikan berkalang waktu
Masihkah engkau menatap cakrawala dari
balik jendela kusam kamarmu ?
Ataukah sudah engkau ganti dengan yang baru
dan berhiaskan lukisan biru kesukaanmu ?
Ah, rindu ini mendera tak pernah usai
Rindu yang tak lagi terungkap lewat untaian
kata-kata milikmu
Kemanakah engkau melarikan pertempuran kita
yang pernah mengoyak jiwa itu ?
Duhai pengantin bergaun biru, binar matamu
masih bergemuruh seperti hempasan ombak laut selatan
Terlalu lama rumah cinta kita diatas awan
terabaikan,
penuh dengan cabikan-cabikan rindu kita
yang tak terpuaskan
Terlalu lama ,
Namun tak pernah terlupakan
Suatu hari kita akan membangunnya kembali
rumah cinta itu
Dan menambahnya dengan kunang-kunang
bersinar biru
agar tak lekang menembus kegelapan
cakrawala
Duuuhh….
Bibir mungil milikmu memerah tanpa geletar
gairah
untuk menghangatkan jiwa yang terbelenggu
Kemarilah dan kita hangatkan kembali
besi-besi membisu diperon stasiun tugu ini
kukecup keningmu diantara lambaian rambut
panjang milikmu
Yang meronakan harumnya rindu yang terlalu
lama terkekang
Kita akan terbang melintasi waktu
Dan menembus cakrawala menuju rumah cinta
kita diatas awan
~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar