Selasa, 17 September 2013

Fall The Dawn ( 6 ) - Night Crawler part two

NIGHT CRAWLER

( part two )

International Trust & Banking Development. Sebuah gedung tinggi dan megah disebuah kawasan elite ditengah kota.

~ lantai 4 underground ~

Rasa tak senang tampak terbersit dari wajah kakunya. Matanya tak lepas dari sebuah layar komputer diatas meja kerjanya yang terbuat dari kayu oak tua.

Sebuah ruangan yang tampak biasa tanpa banyak pernak pernik.

Didepannya duduk seorang perempuan cantik dan tampak agak rikuh dengan rok pendeknya.

~ ada alasan mengapa kita kehilangan beberapa asset malam ni ? ~

Suaranya datar dan menghunjam tanpa mengalihkan pandangannya.

~ sepertinya kita telah meremehkan operative ini ; penanda kita telah bocor dan kontrak tidak dipenuhi.

~ ada yang telah mengakali pelacak dan merubah vector operative dan asset2 teralihkan didepan

~ analis sedang mencari kesalahan vector tersebut, dalam setengah jam kita akan mengetahui siapa yang terlibat

Ruangan itu hening sejenak. Tak ada suara terdengar, bahkan napas merekapun seakan terhenti sesaat.

Lelaki berwajah kaku itu menatap perempuan cantik itu, sinar matanya setajam elang, penuh selidik. Yang ditatap bergeming tanpa peduli, tangannya sibuk dengan tablet untuk menerima data terkini dari main frame.

~ kita telah kehilangan banyak waktu, klien takkan senang menerimanya.

~ bagaimana dengan kemungkinan keterlibatan orang-orang kita sendiri ?

Suara datar tanpa nada itu kembali merajuk dan tampak tak puas.
Perempuan cantik itu, fanny wijaya balas menatap pandangan kejam lelaki tua didepannya.

~ analis kita sedang mencari dan menelusuri setiap jejak rekam operative ini: dengan siapa informasi kontrak dilakukan.

~ sementara tidak ditemukan keanehan dan operative C-12 seksi 6 diketahui tidak berhubungan dengan kontraknya dalam setahun terakhir.

~ juga sedang ditelusuri bagaimana aktivitas operative ini dalam pemyamaran dua tahun belakangan.

~ saya sudah menghidupkan asset-asset tidur untuk menemukannya.

Lelaki itu hanya diam mendengarkan. Penjelasan fanny masih mengena pada ratio yang diinginkannya dan sangat penting bagi semua operasi mereka.

Lelaki itu usianya hampir enam puluh tahun tetapi masih tampak bugar sekalipun waktu kerjanya tak pernah beraturan seperti ketika masih menyandang predikat jendral bintang tiga dalam kemiliteran.

Lepas dari intitusi militer tak membuatnya kehilangan nalar untuk tetap bekerja tanpa kenal waktu.

Mantan jendral itu bernama Martin Leonidas Hen, seorang yang terdidik dan terlatih dari sebuah pasukan khusus dan elit.

Karir militernya begitu cepat melesat dengan kepintarannya merangkul pihak-pihak yang merasa berhutang budi padanya.

Namun sayang, sebuah kasus sepele telah memaksanya untuk memilih pensiun lebih cepat pula.

Kesembronoan para anak buahnya dalam menyikapi sebuah ormas telah memaksanya ikut bertanggung jawab dengan mundur dari karir militer.

Masih segar dalam ingatannya, pemimpin ormas yang secara terang-terangan menghinanya dalam sebuah forum, telah meninggalkan cacat yang permanen.

Tiga hari sesudahnya, pemimpin ormas itu ditemukan sudah menjadi mayat disebuah gudang tua setelah mengalami penyiksaan hebat.

Tentu sudah bisa diduga bahwa peristiwa itu akan menyeret namanya. Empat anggota kesatuannya telah ditetapkan sebagai terdakwa dan konsekuensinya dia harus mengundurkan diri demi menggagalkan hukuman mati terhadap mereka.

Namun hukuman itu tak pernah dijalankan karna keempatnya ditemukan tewas dalam sel sekalipun tanpa ada luka ditubuh mereka.

Kematian tahanan itu menyisakan misteri dan dengan pengaruhnya yg kuat, tidak dilakukan autopsi.

Hal itu lama kelamaan menghilang dengan sendirinya dan sang jendral sibuk dengan pekerjaan barunya sebagai direktur pelaksana International Trust&Banking Development.

Sebuah pekerjaan yang tidak ada sangkutannya dgn urusan perbankan melainkan sebuah lembaga tak resmi dari pemerintah, yaitu kontra intelligen yang tidak ada pengakuan resmi atas segala tindak tanduk mereka.

Keempat anak buahnya ternyata tidaklah tewas bunuh diri. Mereka hanya diberikan serum untuk mencirikan sebuah kematian dan empat puluh delapan kemudian mereka kembali dihidupkan melalui serangkaian medical treatment dan memulai babakaru sebagai asset dan operative perusahaan.

~ pergilah ~ Martin Leonidas Hen, mantan jendral berbintang tiga itu mengibaskan tangan.

Fanny wijaya segera beranjak pergi, entah apa yang ada dalam benak sang jendral ketika membiarkannya dalam diam itu.

Dengan kening sedikit menukik, sang jendral menatap monitor didepannya.

~ Fanny Wijaya a.k.a Florence de marchisio, kelahiran Tuscany, dibesarkan di Sisilia dan Roma. Umur 16 tahun pindah ke Leiden, Belanda . Ibu Kiki Nauly, berpisah dengan Massimio de marchisio a.k.a The Father klan marchisio, klan mafia tertua di Sisilia saat florence berumur 7 tahun . Menikah lagi dengan seorang profesor filsafat Universitas Leiden dan punya anak perempuan Tya van the Hoffman a.k.a Sekar Suket, seorang aktivis kampus dan anggota lab fisika . Umur 18 Florence pindah ke Bali, umur 24 tahun bergabung dengan perusahaan setelah menjalani pelatihan selama 2 tahun.

Hubungan dengan klan marchisio hanya dengan William de machisio, seorang penjagal yang menjadi kepercayaan the father sebagai pengawal setia klan .

Pertemuan terakhir, hotel the jasmine Tuscany 2 tahun setelah bergabung dengan perusahaan.

Pernah dekat dengan operative C-1 a.k.a the jackal.~

Sang jendral masih lurus mencerna segala informasi konsultantnya itu. Ada sedikit keraguan dengan kesetiaannya namun kecemerlangan pada setiap operasi yang dilakukan selama ini tak bisa disepelekan.

Dering telepon selular sedikit mengejutkannya dan sang jendral agak terusik.

~ penundaan ini agak mengecewakan kami, jendral....~

Sebuah suara tanpa basa basi menyapa telinganya.

~ hanya penundaan kecil, takkan mengganggu terlalu banyak, kami sedang mengejar defisit waktu...~ jawabnya sedikit tak senang.

~ setiap penundaan adalah kecewa kami jendral dan atasan kami tak suka..~

Geram suara itu lagi dan kali ini membuat sang jendral mendelik sendiri.

~ pembicaraan ini sudah selesai...~

Telepon itu langsung dimatikan dengan sedikit amarah mengusiknya dengan nakal.

~ panggil C-3 keruanganku...~ sedikit membentak tangannya menekan sebuah tombol interkom .

~

Sementara itu Florence de marchisio atau Fanny Wijaya telah kembali keruangannya sendiri. Pintu dikuncinya dan langsung menuju kamar kecil yang tidak dipasangi kamera pengintai.

Segera blazer itu dibukanya. Kemeja hitam yang dikenakannya tampak lengket dibagian pundak kirinya.

Kemeja itu juga dibukanya dan memperlihatkan lekuk dadanya yang indah.

Fanny tak peduli, luka dipundaknya itu yang terpenting. Meski luka itu telah dijahit namun masih mengeluarkan darah, dengan cepat dia mengganti perban dan menyemprotkan luka itu dengan pemati rasa, menutup luka itu untuk sementara waktu.

Kemeja hitam itu dimasukkannya kedalam toilet dan disiramnya dengan cairan alkali yang sudah dimodifikasi sehingga pakaian itu hancur tanpa meninggalkan jejak.

Dengan wajah tak berubah, sehelai kemeja baru dikenakannya, juga blazer tadi.

~ apa yang membuatmu meleset dengan peluru es itu ? luka ini tak berarti apa-apa dibandingkan dengan luka lain yang engkau beri....~ , bisiknya lirih.

Sepuluh menit waktu yang dihabiskannya didalam kamar kecil itu, Fanny melirik jam dipergelangan tangannya.

Dengan terampil tangannya log-in pada main frame perusahaan dan dengan program miliknya,dia dengan leluasa dapat melihat kegiatan siapapun tanpa diketahui para analis yang mirip kumpulan heyna lapar itu.

Fanny tak bereaksi banyak ketika melihat jendela yang dibuka sang jendral. Dia tahu cepat atau lambat semua data dirinya pasti ada yang akan melihat, kemudian dia beralih pada telepon selularnya yang terenskripsi dan disisipkan program pengacak pula.

~ ready to download and get the contract ~

Hanya itu perintahnya dan segera meng-upload data enskripsi melalui selular tersebut.

Mata dan tangannya kembali menuturi komputer diatas meja.
Data-data dari seksi analis mengalir masuk dan tak satupun lepas dari intaiannya.

Ada yang menarik perhatiannya, vector pelacak itu kini tak lagi memancarkan signal.

Dia menghitung waktu saat terakhir memancarkan signal dengan data yang masuk.

Sembilan menit tiga puluh enam detik, tangan langsung merotasi ulang pembacaan satelit dan menghitung kurva serta lentingan signal.

Dia tersenyum kecil. Para analis pasti melewatkan ini atau terlalu terburu sehingga tidak melihat selisih kurva dengan lentingan signal, 0,0034 detik memang takkan bisa dicerna tanpa ampun sekalipun seorang analis data, ruh di perusahaan itu.

Data itupun segera di-uploadnya kepada penerima yang telah dipilihnya.

Dengan sangat hati-hati dibersihkannya segala celah yang sempat dibuatnya itu.

Kemudian segala data dari para analis itu diberinya pengesahan sebelum mampir ke unit sang jendral.

Sebuah getaran kecil pada selular itu mengalihkan pandangannya.

~ download complete. Contract accepted and valuable, 10-4 ~

Sepuluh detik kemudian pesan terenskripsi itu musnah tanpa meninggalkan cookies yang bisa membahayakannya suatu hari.

Florence de marchisio a.k.a Fanny Wijaya, menghembuskan napas lega, walau ada rasa was-was bahwa operasi kecil itu akan menimbulkan riak besar nantinya.

~

Sang jendral menatap tajam pada sosok lugu didepannya itu. Namun tak pernah sangsi dengan kemampuan asset sekaligus operative yang paling dipercayainya.

Dia adalah salah satu komandan kompi yang terlibat pembunuhan ketua ormas itu dan telah diselamatkannya dari hukuman mati.

Dari tampangnya yang lugu itu tersimpan hati sebeku es kutub utara. Letnan Zenno atau biasa disebut The Cobra dikesatuannya dulu.

~ pergilah ke Tuscany, hotel the jasmine dan tontonlah opera disana siapa tahu ada yang pantas engkau bawa sebagai oleh-oleh kepadaku...berangkat sekarang juga.~

~ segera jendral...~

~ ambil data di seksi 6 operative C-12, tanpa klarifikasi konsultan. Hanya aku yang tahu operasi ini dan kau bertanggung jawab langsung kepadaku, seperti biasanya...~

Satu anggukan kecil, sang letnan Zenno a.k.a The Cobra segera pergi dari ruangan sang jendral.

Ruangan itu kembali senyap, sang jendral menyibukkan dirinya dengan mempelajari data-data analis terhadap pembengkokan vector pelacak satelit mereka.

Sinar matanya menyiratkan sejuta kelicikan, suatu hal biasa dalam perjalanan hidupnya.

~
Dua operasi terselubung dengan kendali berbeda, malam merangkak lambat dengan malasnya.

Hujan masih centang perentang, nyawa-nyawa sedang dipertaruhkan untuk sebuah tujuan yang tersembunyi dalam klasifikasi :

~ highly confidential : fye [ for your eyes only ]

   ( see ya in the next note )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar