Jumat, 21 Februari 2014

SEOUL , I’M IN LOVE..........





The series of ERICA ERICA

“ Good evening ladies and gentlemen , this your flight captain’s speaking and in the next minutes we will departure at Incheon International Airport . Now 19.35 at Seoul. The temperature is 9 degrees and it’s snowy. Please fasten your seatbelt and stay at your sit after the plane is really stop. Don’t forget your carriages and thank you for using Qantas Airlines. See you in the next flight and have a nice trip to Seoul. Thank you..”

Terdengar suara kapten penerbang dari Qantas Airlines yang bernomor QB-889 ketika pesawat itu memulai prosedur landing di international airport Incheon yang terletak dipulau Incheon atau Inchon, 48 km sebelah barat ibu kota Seoul. Untuk menuju ke kota Seoul dapat menggunakan The Incheon International Airport Railroad yang tersambung dengan Incheon International Airport ke Seoul Station dipusat kota Seoul. Menggunakan Express Trains hanya 43 menit dan untuk regular trains yang berhenti ditiap stasiun perlu 53 menit ke Seoul Station.

“ Wah , ini sih alamat nyasar deh..” keluh Jonah sambil celingak-celinguk di airport besar nan megah di Incheon itu. Sesekali dia melirik jam tangannya dan mencoba membuka komunikasi dengan orang yang seharusnya datang menjemput.

Udara didalam airport itu dingin menusuk tulang, bagaimana dengan yang diluar ? Gerutunya dalam hati sambil merapatkan jaketnya.

Sekali lagi dia memeriksa prosedur yang harus dilakukannya kalau sudah tiba di airport tersebut. Dalam hati dia ingin menendang pantat temannya itu biar nyungsep di salju. Tapi sayang , temannya itu seorang gadis jadi dia harus memendam rasa tersebut. Gak sopan, kata orang tua.

“ Bagasi semua sudah ada. Sudah siap semua. Beli kartu telepon lokal sudah tapi gak ngerti bahasanya, petunjuk inggris hanya sedikit. Ini sih gawat. Peta kota Seoul sudah ada. Lumayan ngambil gratisan. Kalau sampai jam 20.15 belum ada yang menjemput maka harus naik Express Trains menuju ke Seoul Station. Lha, piye toh...dimana tempatnya tuh kereta ekspres ? “ gumam Jonah tanpa sadar agak keras sambil kembali celingak-celinguk. Uh, dasar turis kampungan dan norak banget lu, gerutu hatinya sambil terbahak.

Tanpa diketahuinya seorang gadis memperhatikan kebingungan Jonah. Ketika mendengar suara gumaman Jonah yang agak keras itu, sang gadis tak bisa lagi menahan ketawanya dan terkikik geli. Jonah kaget seketika. Merah padam wajahnya. Malu euy..! Ternyata didepannya telah berdiri seorang gadis berambut panjang dengan jaket parasut tebal warna biru sedang menatapnya. Dengan sepatu boot setinggi lutut gadis itu tampak sangat menarik apalagi wajahnya itu....hadeeuuhh, Kim Hee Sun juga kalah. Jonah jadi tertawa pula. Geli dengan kekonyolannya sendiri.

“ Kenapa bingung, mas ? Maaf, tadi aku mendengar semuanya..” sambil menahan tawanya gadis itu menatap Jonah, “ Baru pertama kali ke korea ?” tanyanya kemudian dan tak bisa menyembunyikan ekspresi gelinya.

“ Iya nih..Bingung juga, abis yang jemput pakai acara kirim email instruksi begini..” dengan jujur Jonah menjawab toh gadis didepannya itu adalah orang yang berwajah mirip Indonesia juga jadi siapa tahu bisa membantu. Ahay..gadis cantik kan. Tapi kalau orang korea koq bisa ngomong Indonesia begini lancar ? Kalau ternyata penipu bagaimana ? Dia koq tidak bawa koper ? Benaknya mulai mencium konspirasi. Dasar kuper lu , bentak hatinya.

“ Oh, begitu. Terus mau menunggu jemputan ? Sekarang sudah jam 20.14 dan semakin malam akan semakin dingin udaranya. Oh, iya..namaku Hye Yun. Kim Hye Yun. Aku orang korea tapi lama belajar bahasa Indonesia karna aku punya teman baik orang Indonesia juga yang tinggal bersamaku...” jelas gadis cantik bernama Kim Hye Yun itu sambil mengulurkan tangannya kepada Jonah.

Tentu saja demi kesopanan Jonah mengulurkan tangannya menyambut. Halus banget tangannya, bisik hatinya menggoda. Semerbak parfum Kenzo menyengat dengan aroma harum yang sangat lembut.

“ Namaku Jonah. Jonah Lee. Baru pertama kali ke korea dan bingung..” jawabnya dengan nada sedikit limbung.

“ Terima kasih dan selamat datang di korea, Jonah Lee yang baru pertama kali ke korea dan bingung..” angguk Kim Hye Yun kembali tergelak saking gelinya.

Jonah Lee ikutan tertawa. Semoga aku tidak dianggap kelewat norak, gerutunya dalam hati. Sejenak keduanya tertawa. Jonah Lee lupa kalau dia masih punya kesulitan untuk menemukan lokasi kereta api ekspress yang akan membawanya ke pusat kota Seoul.

“ Terima kasih juga Kim Hye Yun..” angguk Jonah Lee sedikit membungkuk sesuai adat korea yang dipelajarinya dari wikipedia dan disambut dengan hal yang sama pula oleh gadis itu.

Sebuah dering telepon menghentikan tawa geli mereka. Kim Hye Yun mengambil telepon seluler dari dalam tas ransel miliknya. Jonah lee menatapnya.

“ Yoboseyo..” jawabnya ceria, mimik wajahnya tampak mengular cantik,” Iya, aku sudah menemukannya. Namanya Jonah lee yang baru pertama kali ke korea dan bingung hihihihihii...” jelasnya kemudian sambil cekikikan dan matanya yang indah indah itu menatap Jonah yang tampak bengong.

Kim Hye Yun masih cekikikan kemudian menekan tombol speaker on pada samsung galaxy note 3 miliknya. 

“ Hey..Jonah. Aje gile, koq kamu pakai acara bingung lagi..” sebuah suara yang dikenalnya terdengar berteriak geli.

“ Hahh ? Kutu kupret deh, Erica..ngerjain aku aja nih..” balas Jonah Lee tampak senang mendengar suara sahabatnya itu. Erica terbahak diseberang sana dan Kim Hye Yun pun tak kuasa menahan tawanya.

“ Hahahahaa....aku gak sempat jemput. Kerjaanku belum beres. Jadi kuminta Hye Yun, sahabat baikku itu untuk menjemputmu. Awas, kalau kamu naksir..” jawab Erica masih terbahak.

“ Wah, terpaksa permintaanmu kutolak...” goda Jonah kesenangan.

“ Hahaha...sudah, kamu ikut Hye Yun naik kereta ekspress saja dan kujemput di Seoul Station nanti. OK Hye Yun..tolong bantu aku ya supaya dia ini tidak bingung lagi. Sampai ketemu di Seoul Station.Kamsahamnida , bye..” jawab Erica kemudian.

“ Ok..see you there Erica..” Kim Hye Yun kemudian mematikan telepon selulernya lalu berpandangan kepada Jonah Lee.

“ Kita berangkat sekarang ? Express Trains ada disebelah sana..” ucap Hye Yun sembari menunjuk kesebuah arah.

“ OK...Terima kasih sebelumnya, Hye Yun..” angguk Jonah Lee sambil menarik kopernya mengikuti gadis itu melangkah . Andai pekerjaan ini tidak memakan habis waktuku di korea, tentu amat menyenangkan hangout bersama Kim Hye Yun yang cantik dan ramah ini, aromanya harum lagi.., benaknya mulai nakal mengusik dan Jonah Lee cepat melangkah agar tidak tampak bloon lagi.

“ Nanti rencana mau tinggal dimana, Jonah ?” tanya Hye Yun meliriknya.

“ Belum tahu. Nanti aku mau bicara dulu dengan pihak perusahaan setelah aku mengerti menggunakan kartu telepon lokal ini..” jawab Jonah sambil mesem dan menggoyang-goyangkan sebuah sim-card telepon lokal korea.

“ Sudah ada teleponnya ? Atau mau pakai milikmu ?” tanya Hye Yun tersenyum.

“ Pakai punyaku saja. Aku ada satu yang siap untuk pakai nomor lokal disini..” jawab Jonah tersenyum.

“ OK. Kalau nanti ketemu Erica, baru kita bicarakan lagi tempat tinggalmu disini. Rencana berapa lama ?” lanjut Hye Yun sambil terus melangkah.

“ Enam bulan. Tapi tergantung bagaimana nanti pekerjaannya..” jelas Jonah Lee mulai santai, “ Kamu kerja atau kuliah Hye Yun ?” Jonah nalik bertanya.

“ Aku kuliah dan kerja. Tinggal menulis skripsi lalu selesai..” jawab Hye Yun dengan senyum yang memporak-porandakan hati Jonah Lee.

“ Baguslah. Lalu kerjamu ?” kejar Jonah Lee bernapsu mengetahui lebih banyak lagi tentang Kim Hye Yun yang menarik hatinya itu.

“ Aku kerja part time sebagai pelayan restaurant. Lumayanlah, bisa buat nabung untuk nanti traveling keliling dunia..” papar Kim Hye Yun tertawa kecil.

“ Wah, tentunya menyenangkan bisa traveling ya..” angguk Jonah sedikit iri dengan dirinya keluar negeri hanya dalam rangka pekerjaannya.

“ Aku senang traveling. Mungkin suatu hari aku akan ke Bali. Erica banyak cerita tentang Bali dan keindahannya..” mata Kim Hye Yun berbinar-binar.

“ Waduh..aku sendiri belum pernah ke Bali..” keluh Jonah Lee menahan malu dan tertawa, “ Kalau kamu pergi ke Bali nanti, jangan lupa hubungi aku karna aku mau ikut juga kesana...” lanjut Jonah geli.

Kim Hye Yun tertawa lagi. Sementara mereka mulai menuruni escalator menuju basement dimana Express Trains berada. Jonah Lee memandang takjub dengan segala kecanggihan yang ada di bandara ini. Kadang malu untuk membandingkan hal ini dengan keadaan di negeri sendiri. Dengan telaten dan sabar Kim Hye Yun menjelaskan segala seluk beluk bandara dengan express trainsnya itu dan segala kecanggihannya. Jonah Lee senang dan keduanya seperti sudah lama bersahabat karna kecanggungan diantara mereka telah hilang.

Ketika memasuki gerbong kereta ekspres itu, Jonah Lee tambah merasa malu dengan fasilitasnya yang bagus dan bersih. Tingkat kesopanan manusianya juga berbeda jauh dengan yang ada dinegerinya sendiri. Kim Hye Yun terus memberikan gambaran dan kini Jonah Lee merasa nyaman dengan guide pribadinya itu. Jonah Lee tak pernah merasa puas dengan wajah nan cantik itu, apalagi dengan segala keramahan dan kepintarannya berbahasa Indonesia. Diam-diam dia merasa beruntung dengan permintaan perusahaan dimana Erica, sahabatnya itu bekerja. Itu berarti dia akan melakukan kerja ditempat yang ada orang Indonesianya. Bukan berarti dia Indonesia minded, tidak. Tetapi dia lebih suka ada yang dikenalnya, terutama bisa mengenal Kim Hye Yun. Ahai.., benaknya mulai berpikir sedikit melenceng dari tujuannya datang ke korea itu.

“ Hei...apa yang kamu pikirkan, Jonah ?” tanya Kim Hye Yun ketika melihat pemuda yang duduk didepannya itu mendadak diam dan pandangannya entah kemana.

“ Hehh ? Ah, gak koq. Aku hanya kagum saja melihat semua fasilitas di kereta ini. Semuanya serba mengagumkan..” jawab Jonah Lee sejujurnya.

“ Terima kasih atas pujiannya. Memang harus begini kalau yang disebut kereta ekspres tapi yang lain juga tidak kalah bagusnya. Pemerintah disini sangat memperhatikan kepentingan penumpangnya supaya mereka mau beralih menggunakan transportasi umum daripada mobil. Seoul sendiri mulai dilanda kemacetan beberapa tahun belakangan ini..” angguk Kim Hye Yun menjelaskan dengan gayanya yang menarik.

Jonah Lee sangat terpesona dengan penampilan Kim Hye Yun dan hanya manggut saja dengan segala penjelasan itu. Benaknya penuh dengan khayalan indah .

“ Bagaimana dengan ditempat kamu, Jonah ?” tanya Kim Hye Yun kemudian.

“ Wah, sangat jauh berbeda. Perhatian pemerintah yang kurang cukup terhadap transportasi umum membuat orang beralih ke mobil pribadi. Kemacetan menjadi hal yang sangat menyebalkan...” jawab Jonah terasa enggan mengusik ketidak- pedulian pemerintah dengan hal yang sangat penting dalam menjalankan roda perkotaan yaitu transportasi umum yang mumpuni.

“ Oh, iya...kamu kuliah dijurusan apa, Hye Yun ?” tanya Jonah segera untuk mengalihkan pembicaraannya. Kim Hye Yun tertawa lagi. Senyumnya manis.

“ Aku kuliah di manajemen perhotelan. Aku suka dengan hotel dan suka dengan tamu-tamu dari luar negeri untuk tinggal dihotel yang suatu hari akan aku kelola..” jelasnya lagi. Matanya selalu berbinar kala bicara.

“ Ooh..seperti seri televisi Hotelier ?” kejar Jonah teringat akan sebuah serial televisi korea yang dulu pernah ditontonnya.

Kim Hye Yun tergelak. Rasanya senang kalau pembicaraan jadi saling mengait.

“ Iya , seperti itulah. Kalau itu nama hotel sebenarnya adalah Seoul Hotel. Nanti kalau ada waktu akan kuajak kamu kesana. Tempatnya indah dan menarik. Aku suka film seri itu..” Kim Hye yun tampak antusias .

“ Oh..harus ya. Kamu harus ajak aku kesana, Hye Yun. Aku suka dengan hotel itu dan ingin merasakan sensasi seperti dalam film seri itu..” Jonah Lee tersenyum geli menyaksikan betapa sedikit konyolnya dia dalam pertemuan itu.

“ Jangan khawatir, Jonah. Pasti akan kuajak kamu ke Seoul Hotel. Tentu saja setelah segala sesuatunya beres dengan urusan kerjamu. Akan kuajak juga kamu mengenal semua budaya disini termasuk cuisine yang mulai dikenal di luar negeri. Kamu pernah makan kimchi ?” jawab Hye Yun menatap Jonah.

“ Kimchi ? Sejenis lobak yang diasinkan itu ?” tanya Jonah lagi.

“ Betul. Kimchi korea adalah yang paling terkenal. Kamu pasti akan suka. Akan kuajak kamu makan kimchi yang paling istimewa di korea..” angguk Kim Hye Yun senang dengan perhatian Jonah Lee. Dia tahu Jonah Lee senang menatapnya.

Keduanya kembali tertawa. Rasanya obrolan-obrol kecil itu tak ingin mereka akhiri namun malam mulai merambat tua dan udara makin dingin.

Kereta ekspres itu melaju dengan kencang tanpa henti dan waktu berlalu dengan cepatnya ketika mereka telah sampai ke tujuannya, Seoul Station. Jonah Lee merasa sangat senang karna sebentar lagi dia akan bertemu kembali dengan sahabatnya Erica yang sudah enam tahun tinggal di Seoul.

Kali ini benar juga janjinya. Erica tampak cenar cengir di hall Seoul Station itu sembari memegang tiga hot chocolate dalam sebuah kantong. Senyumnya melebar ketika melihat Kim Hye Yun melambaikan tangannya dan Jonah Lee yang tampak rikuh dengan bawaannya.

“ Hahahaha...akhirnya kamu tiba juga di Seoul, Jonah..” sapa Erica sambil memberi pelukan hangat kepada sahabatnya itu.

“ Thanks Erica..kamu masih juga berkelakuan jelek ya..” sambut Jonah sambil tertawa geli dan Kim Hye Yun menyaksikan keduanya dalam tawa pula.

“ Siapa suruh kamu pakai penerbangan siang, jadinya sampai sini ya malam..” gerutu Erica geli sendiri dengan ulahnya,” Kukira kamu tidak jadi datang hari ini, soalnya kamu baru kasih berita siang tadi..” gerutunya pula.

“ Ini tiketnya aja dadakan karna ada perubahan jadwal. Mana aku masih harus kekantor tadi pagi dengar ceramah boss..” jelas Jonah meringis.

“ Astaga , gila bener tuh boss kamu..Apa gak jelas ya dengan email yang aku kirim seminggu yang lalu ?” Erica menggelengkan kepalanya,” Eh. Hye Yun.. Kamu gak dirayu sama dia kan ?” goda Erica kepada temannya itu.

Kim Hye Yun tertawa lepas dan menceritakan awal pertemuannya dengan Jonah yang sedang kebingungan sendiri. Erica tergelak mendengarnya dan mendapat sebuah cubitan pada pipinya.

“ Aku sendiri jadi geli mendengar Jonah ini bicara ditengah keramaian bandara..” kata Kim Hye Yun sambil tertawa dengan santainya.

“ Kamu sih, udah tahu aku belum pernah kesini. Mendaratnya di Incheon pula dan bukan di Gimpo. Terang saja aku bingung dan gak tahu mesti tanya sama siapa. Satpam disini belum tentu bisa bahasa Inggris kayaknya..” jelas Jonah tanpa sungkan. Jonah Lee memang tergolong langka. Tidak merasa malu kalau dirinya tidak mengenal sesuatu atau tidak tahu.

“ Maaf , deh. Tadi kerjaan banyak banget dan boss udah nungguin. Tapi kan asyik aku kirim cewek cantik untuk jemput..” goda Erica sambil melangkah menuju keluar bersama kedua temannya itu.

“ Sssstt...diam aja. Aku jadi gak ingat kamu tadi...” gelak jonah tertawa.

“ Dasar deh tukang rayu..” gerutu Erica sambil mencubit tangan Jonah dengan gemas, “ Bagaimana Hye Yun ? Apa tampang Jonah ini ada harapan ?” tanya Erica kepada Kim Hye Yun yang tak pernah lepas tersenyum .
“ Wah...kalau aku jawab, nanti kamu bunuh diri lagi..” jawab Kim Hye Yun menambah hangat suasana dimana udara dingin yang menyengat. Diluar Seoul Station itu tampak salju memutih memenuhi semua tempat walaupun belum begitu tebal.

Erica tergelak. Jonah Terbahak. Kim Hye Yun tertawa geli. Sementara orang- orang melihat mereka dan tersenyum pula.

“ Tenang saja, Hye Yun..cuma jangan terlalu dimakan ya rayuan si Jonah, soalnya banyak gombalnya..” timpal Erica kemudian.

“ Gombal ? Apa itu Erica ?” tanya Kim Hye Yun menahan tawanya. Kemudian tergelak ketika Erica menjelaskannya dalam bahasa Hanjul ( bahasa korea ).

“ Husshh. Jangan patahkan hatiku dan jangan biarkan rinduku berserakan..” ujar Jonah Lee sedikit berpuisi.

Ketiganya tertawa sembari melangkah menuju mobil Erica yang diparkir tak jauh dari gerbang stasiun kereta itu. Kim Hye Yun sendiri tampak biasa saja dan memang hatinya sedikit tertarik dengan Jonah Lee. Dia sendiri heran karna begitu mudahnya akrab dengan seorang pemuda asing yang baru dikenalnya. Mungkin karna itu adalah sahabat Erica yang telah dikenalnya bertahun-tahun. Kim Hye Yun sangat akrab dengan Erica yang banyak mengajarinya berbahasa Indonesia sehingga dia tidak perlu kursus lagi.

“ Oh, iya Jonah...Aku hampir lupa untuk bilang kalau tadi aku sempat bicara mengenai tempat tinggalmu disini. Boss minta aku mencarikanmu tempat tinggal dan pihak perusahaan akan menanggung semuanya. Jadi aku harus minta ijin dulu sama Hye Yun, apakah kamu bisa menginap malam ini dirumahnya atau harus ke hotel dulu ?” ujar Erica sambil menyetir ditengah keramaian kota Seoul yang marak dengan segala kemeriahannya.

“ Ndak apa kalau harus ke hotel, Erica. Tapi jangan yang mahal ya..” jawab Jonah merasa tak pantas merepotkan Hye Yun.

“ Tidak masalah, Erica..kan dirumah masih ada kamar kosong ?” sela Kim Hye Yun tersenyum.

“ Jangan, Hye Yun..nanti merepotkan saja..” elak Jonah merasa tidak enak.

“ Tidak apa-apa, Jonah. Papa dan mama senang koq menerima temannya Erica. Toh, dirumah kami selalu terbuka. Sebelum Erica tinggal disana, rumah kami sepi tapi pas Erica disitu, kini jadi ramai dan menyenangkan..” jelas Kim Hye Yun sambil tertawa.

“ Walah..jadi kamu ini sejenis tukang ribut ya, Erica..” ledek Jonah geli.

“ Hahahaha...aku mana bisa diam ? Setiap hari aku mengusik papa dan mama Hye Yun. Mereka baik banget. Aku betah disana. Thanks ya Hye Yun , you are my best friend..” jawab Erica tertawa pula dan Kim Hye Yun senang.

“ Iya, papa dan mama malah lebih sayang Erica daripada aku..” sambung hye Yun tergelak.

“ Terima kasih. Lihat nanti saja..” angguk Jonah serba salah, “ Sekarang tujuan kita kemana ini ?” tanya Jonah ketika mobil yang mereka kendarai itu mulai meninggalkan jalanan utama yang ramai.

“ Kita kerumah dulu , Jonah. Kalau nanti mau jalan lagi cari makanan, gak masalah. Makin malam disini makin banyak yang jual makanan...” jawab Kim Hye Yun, “ Mungkin kamu mau istirahat sebentar biar tidak bingung-bingung lagi..” sambungnya meledek sambil berderai . Erica ikut tergelak.

“ Rasain kamu, Jonah..makanya jangan suka pilih penerbangan yang sampainya malam, mana musim dingin lagi..” lanjut Erica senang.

“ Aseemm..ketemu kamu saja sudah kacau dunia ini , Erica. Eh, ditambah satu lagi sama Hye Yun...” jawab Jonah berpura-pura menggerutu.

Ketiganya tertawa riuh. Malam makin tua. Untunglah penghangat di mobil agak mengurangi rasa dingin yang ada. Diam-diam Jonah merasa beruntung. Baru kali ini dia bisa melihat salju. Rasanya ingin turun dan berguling-gulingan di salju. Ah, nggaklah..nanti malah dikatakan norak sama mereka, gumamnya dalam hati. Jonah agak terhibur dengan kehadiran Erica dan Kim Hye yun sehingga rasa asing dinegeri orang segera memudar. Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah rumah yang besar dengan pagar bata merah yang apik dan terletak di daerah Pyeongchang-dong Art District yang juga merupakan area perumahan terbaik di Seoul. Rumah itu berada pada sebuah jalanan menurun dan terletak di lereng gunung yang megah dan indah, Mt. Bukhan . Pyeongchang-dong, daerah perumahan khusus yang juga disebut Beverly Hills Korea dan juga perumahan warga asing di Seoul. Beverly Hills Amerika versi Korea ini ditinggali oleh orang-orang sukses temasuk politisi, pengusaha, seniman, dan lainnya. Diantara mereka terdapat juga warga asing termasuk diplomat dan eksekutif bisnis. Pencuri pun menghindari daerah ini karena tingkat keamanannya tinggi.

Area Pyeongchang-dong adalah tempat ideal untuk komuter kota karena lokasinya hanya 15 menit dari Seoul City Hall dengan mengendarai mobil. Selain itu, lebih dari 100 pelukis juga tinggal diarea ini termasuk Kim Chang-ryol dan lebih dari 400 penulis serta seniman yang tinggal didaerah elit ini termasuk penulis Seo Young-eun, Lee Jae-ha, Park Beom-sin, Yoon Hoo-myong dan Han Soo-san. Seniman yang tinggal didaerah ini membentuk Forum Pyeongchang untuk menggelar pertemuan reguler dan bertukar pendapat mengenai budaya. Sutradara film, Im Kwon Taek adalah salah satu dari 100 anggota forum ini.

Manfaat yang diperoleh para penghuni perumahan disini salah satunya adalah udara yang relatif jauh lebih bersih ketika sebagian orang di Seoul menderita efek samping dari polusi udara yang pernah memburuk. Suasana di daerah ini menawarkan kondisi hidup yang ideal dan optimal bagi warganya. Parkir pun hampir tidak jadi masalah karena daerahnya luas. Udara yang bersih dan sejuk khas pegunungan menjaga daerah ini menjadi kurang dari 2-3 derajat lebih dingin dari pusat kota Seoul. Penduduk di perumahan ini mengatakan bahwa mereka bahkan tidak memerluhkan AC ditengah musim panas. Sejumlah galeri seni dan museum termasuk galeri Gana Art dan Lee Jong Young serta cafe kelas atas dan restoran khusus menambah citarasa spesial untuk daerah ini. Selain itu, area ini juga populer sebaga tempat syuting film salah satunya, cafe di drama ‘The Greatest Love’ itu berlokasi didaerah ini.

Mobil yang dikendarai Erica berhenti didekat gerbang rumah tersebut dan ketiganya segera turun yang disambut oleh seorang pelayan yang membukakan pintu kecil disamping gerbangnya. Dan ternyata dibelakang pelayan itu muncul pula kedua orang tua Kim Hye Yun , yakni Kim Seung Hoo, ayahnya dan Park Jing Seo, ibunya. Mereka segera bersalaman dan tampak kedua orang tua Kim Hye Yun amatlah ramah menerima kehadiran Jonah Lee dirumah mereka.

“ Paman Hoo...bibi Seo..kenalkan ini Jonah Lee, teman Erica yang dikontrak perusahaan untuk stimulasi design kota itu..” kata Erica sambil menunjuk kepada Jonah Lee yang memberi hormat dengan sebuah bungkukan.

“ Selamat datang dirumah kami, Jonah..” sambut paman Hoo dengan ramah.

“ Selamat datang ya disini, anggaplah rumah sendiri..” sambung bibi Seo tersenyum dengan ramahnya .

“ Terima kasih paman dan bibi..” angguk Jonah sambil sedikit melongo karna keduanya fasih berbicara bahasa Indonesia.

“ Jonah..jangan bingung lagi. Papa dan mama juga ikut belajar bahasa Indonesia sama Erica. Biar kalau jalan-jalan ke Bali tidak bingung..” celutuk Kim Hye Yun sembari terkekeh geli menyaksikan tingkah Jonah.

“ Iya nih. Wah, pasti kena jetleg deh, jadi bingung begini..” ledek Erica menyulut tawa mereka dan Jonah Lee hanya bisa ikut tertawa pula.

“ Masuklah kedalam. Hye Yun, tunjukkan kamar untuk Jonah..” kata paman Hoo dengan senangnya.

“ Hayo Jonah, kutunjukkan kamarmu..” gamit Hye Yun tanpa merasa risih dengan pemuda yang baru dikenalnya itu.

“ Terima kasih, paman..bibi..” angguk Jonah sedikit kikuk dan mengikuti langkah Hye Yun sementara pelayan tadi telah membawa masuk kopernya entah kemana.

“ Erica..nanti kita makan malam bersama ya. Bibi sudah memesan diresto yang biasa. Kamu bersih-bersih dulu..” kata bibi Seo sambil menggandeng Erica dengan rasa sayang yang tulus.

“ Nanti kita berangkat sama-sama..” sambung paman Hoo pula.

“ Baiklah bibi Seo..paman Hoo..” angguk Erica senang,“ Aku kekamar dulu “ pamitnya kemudian sambil melangkah pergi.

Erica segera melangkah menuju ke kamarnya sendiri yang berada di lantai dua berdekatan dengan kamar Kim Hye Yun. Rumah besar yang berada dilingkungan elit itu memiliki taman yang asri dengan lampu-lampu taman yang indah. Jonah Lee merasa seperti diawang-awang dan jujur saja, dia lebih suka berada di hotel supaya aktivitasnya tidak mengganggu mereka. Kebiasaannya hidup tanpa aturan kadangkal menyulitkannya beradaptasi dengan lingkungan yang teratur.

“ Okay..ini kamarmu, Jonah..” senyum Kim Hye Yun merebak ketika membuka pintu sebuah kamar dan memperlihatkannya kepada Jonah, “ Yang sana kamar Erica dan didepannya kamarku..” lanjutnya sambil menunjuk kebelakang Jonah.

“ Wah..ini terlalu mewah untukku, Hye Yun..” Jonah menggaruk kepalanya yang tidak gatal, wajahnya meringis . Kim Hye Yun tertawa geli.

“ Tidak apa-apa, anggaplah rumah sendiri..” jawab Hye Yun santai.

“ Baiklah dan terima kasih ya sudah mau menerima aku malam ini..” angguk Jonah mengalah, “ Orang tuamu sangat ramah dan baik, terima kasih juga..” lanjutnya kemudian dan Jonah sudah memutuskan dalam hatinya bahwa besok dia harus mencari tempat tinggal sendiri. Dia terbiasa hidup sendiri dalam sebuah ruang rumah kost dan pikirannya lebih berkembang dalam kesendirian. Egonya menggoda.

“ Jonah..berani mandi dalam cuaca begini ?” tiba-tiba Erica muncul .

“ Siapa takut ? “ jawab Jonah tertawa.

“ Iyo wislah. Sebentar lagi kita akan diajak makan malam di resto sama bibi Seo..” angguk Erica tertawa.

“ Ok Jonah. Welcome ya disini..” ucap Hye Yun tersenyum lalu menuju kamarnya sendiri .

“ Ok, Thanks Hye Yun..” angguk Jonah manggut-manggut, lalu masuk ke kamar yang sudah disiapkan untuknya itu. Sang koper sudah menanti disana.

Kim Hye Yun masuk kekamarnya dan begitu pula dengan Erica. Malam akan semakin panjang dengan rencana makan malam mereka diluar. Udara masih dingin menusuk kulit dengan 6-9 derajat celcius. Bahkan turun hujan salju seperti tirai putih yang menari-nari diantara bias lampu dalam kekelaman malam. Jonah menikmati dentaman dingin itu dengan membuka jendela kamar dan membiarkan raganya dibalut dalam serangan dingin tersebut.

Tak terasa sudah dua bulan Jonah berada dinegeri ginseng itu. Jonah akhirnya menempati sebuah rumah sewaan yang tak jauh dari rumah Kim Hye Yun. Hanya berjarak kurang lebih sekilometer. Sebuah rumah kecil dengan dua kamar dan sebuah beranda besar di lantai atas sehingga Jonah leluasa menikmati suasana malam hari. Jonah berusaha untuk hidup mandiri dengan masak dan mencuci tanpa harus menyusahkan orang lain atau tanpa harus membawanya ke laundry. Sedang untuk makan sendiri, Jonah tak terlalu repot. Kadang Erica dan Hye Yun menemaninya untuk belanja keperluan dapur seminggu sekali. Kadang juga Erica dan Hye Yun bergantian membawa makanan jadi sehingga tidak merepotkan.

Seringkali kedua gadis itu menghabiskan waktu mereka ketika sore selepas pulang kerja ditempat Jonah. Ada saja kesibukan mereka sehingga keakraban makin terjalin diantara mereka. Jonah sendiri sebenarnya tidak begitu banyak memiliki waktu karna tekanan pekerjaannya yang enam bulan itu harus tepat waktu . Untuk itu Jonah banyak menghabiskan waktu istirahatnya ketika malam untuk menyelesaikan berbagai tugas dari perusahaan.

Diam-diam Erica menyimpan perasaannya jauh didalam ruang hatinya yang tertutup. Sebenarnya kehadiran Jonah sangat diharapkannya. Jonah Lee selalu membuat hatinya gembira dan kadang sikap Jonah yang selalu melindungi amat disukainya. Namun Erica juga melihat hal yang sama pada kim Hye Yun. Kiranya gadis itu juga sedang kasmaran kepada Jonah Lee. Semua itu terungkap karna selama enam tahun tinggal dirumah kim Hye Yun, tak sekalipun Erica melihat gadis itu dekat dengan seorang cowok. Namun kehadiran Jonah rupanya telah menguak kebisuan hati Kim Hye Yun . Erica menyadari itu semua. Namun tetap tidak bisa menyembunyikan perasaannya kepada Jonah. Sebuah alasan yang sama mengapa dia menangis ketika harus meninggalkan tanah air dan berkutat di negeri orang. Dia menangis karna harus meninggalkan Jonah Lee. Begitu banyak surel yang dikirimkannya dan dibalas sebanyak itu pula oleh Jonah Lee. Tak pernah terlewatkan satupun. Dan tak satupun surelnya bicara tentang rindunya kepada pemuda itu. Demikian juga Jonah tak pernah memperlihatkan bagaimana isi hatinya terhadap Erica. Mungkin ini karna mereka tumbuh bersama sedari kecil dan sikap Jonah yang selalu melindunginya sebagai layaknya seorang kakak, telah membentuk karakter tersebut dihatinya.

Namun untuk tidak menimbulkan riak dalam sebuah persahabatan, Erica terus menyimpan semua rasa itu terkungkung dalam relung hatinya. Kim Hye Yun selalu mengajak Erica dan Jonah Lee dalam setiap kegembiraannya. Kim Hye Yun memang seorang gadis yang amat sempurna karna tidak pernah memperlihatkan rasa egonya untuk urusan hati. Erica amat mengenal gadis itu. Kalaupun akhirnya Jonah memilih Kim Hye Yun sebagai tambatan hatinya, maka Erica tidak akan pernah menyesalinya. Dia harus merasa bahagia walau itu menyakitkan, begitu tekadnya dan Erica memang seorang gadis yang keras hati.

Erica memang mencintai Jonah Lee sejak setahun sebelum keberangkatannya ke negeri ginseng ini. Dia tahu kalau Jonah tak mudah untuk jatuh cinta dan dia juga mengerti kalau Jonah Harus bekerja keras untuk dirinya. Jonah harus hidup sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Hanya dialah satu- satunya yang tersisa. Persahabatannya dengan Jonah Lee berawal dari sebuah acara perusahaan dimana Erica bekerja yang kala itu mengadakan Natal untuk pegawai dan keluarganya. Jonah Lee sendiri hadir menemani sahabatnya dan anak-anaknya. Saat itulah Erica sempat diperkenalkan dengan Jonah Lee yang kebetulan memiliki basic pekerjaan yang hampir sama dengannya. Dari selintas perkenalan itulah kemudian Erica terus berhubungan dengan Jonah melalui Line atau Whatsapp. Pa yang mereka bicarakan hanyalah tentang keseharian mereka dan tak pernah sekalipun bicara tentang perasaan. Hanya saja Erica merasa damai kalau berbicara dengan Jonah Lee sehingga merekapun suka bertemu dalam acara ngobrol atau sekedar makan malam di sebuah warung pecel ayam.

Kesederhanaan Jonah Lee dan kejujurannya dalam bersahabat meninggalkan bekas dalam hati Erica. Itulah sebabnya ketika akan memulai tugasnya di korea, Erica mengusulkan Jonah Lee untuk bekerja diperusahaan dimana dia bekerja. Jonah Lee selalu bersikap melindunginya tanpa harus memperlihatkan rasa tertarik kepadanya. Erica seringkali menjadikan Jonah sebagai tempat untuk melepas segala keresahannya . Jonah selalu membuat kemurungannya pergi dan memberinya kegembiraan . Erica merasa aman. Erica selalu ada waktu untuk Jonah seperti yang dilakukan Jonah kepadanya. Sampai keberangkatannya Erica tak pernah mengungkapkan perasaan hatinya. Demikian pula ketika waktu lima tahun terlewati, dia tetap menyimpan perasaan itu diam-diam. Segala rindunya hanya tercurah lewat hubungan antar telepon. Dan ketika pihak perusahaannya di korea itu membutuhkan seseorang dengan basic yang dimiliki Jonah, dia segera mengajukan nama itu dan ternyata harapannya terkabul. Perusahaan tersebut segera mengirimkan permintaannya kepada Jonah Lee untuk bergabung walaupun hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Erica sangatlah bahagia karna akan bersama lagi dengan Jonah Lee.

Namun cinta itu memang aneh dan kadang menyesatkan. Kini Erica terus menyimpan perasaannya kembali. Tidak tega rasanya melihat sahabat baiknya Kim Hye Yun yang telah memberinya tempat tinggal itu merasa kecewa. Kim Hye Yun walaupun tampak sebagai sosok yang tegar ternyata memiliki kelemahan yang sangat rentan. Erica tidak pernah tahu karna paman Hoo dan bibi Seo sangat tertutup mengenai hal ini. Demikian juga dengan Kim Hye Yun. Hanya beberapa kali dalam setahun , Erica menemukan kenyataan bahwa Kim Hye Yun harus tinggal di rumah sakit untuk opname dan itu dilakukan dilain kota, yaitu di pulau Bushan dan kadang mereka pergi ke Tokyo. Tentu saja Erica tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Namun Erica tidak ingin menyakiti keluarga Kim Hye Yun yang telah begitu baik kepadanya bahkan takkan ditemuinya sekalipun dalam keluarganya sendiri . Paman Hoo sendiri memiliki usaha beberapa super market besar di kota Seoul maupun di beberapa kota lainnya disamping beberapa restoran ternama . Sedangkan bibi Seo juga memiliki usaha pabrik mainan anak-anak. Namun mereka selalu menyempatkan diri untuk memberikan perhatian penuh kepada Kim Hye Yun dan dirinya. Kim Hye Yun sendiri sudah memasuki semester akhir dari kuliah dan setahun belakangan dia menyempatkan diri untuk bekerja sambilan di salah satu restoran milik ayahnya sebagai pelayan. Kim Hye yun tidak mau menggunakan fasilitas ayahnya dan hanya mau berusaha dari bawah. Tidak pernah dia mengecewakan ayahnya ketika bekerja sebagai pelayan dan berusaha menempatkan dirinya sebagai orang lain. Kim Hye Yun memang seorang anak orang kaya yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Namun hal ini sangat didukung oleh paman Hoo dan bibi Seo yang tak ingin Kim Hye Yun bermanja dengan keberadaan orang tuanya.

Sore itu Erica menyempatkan diri untuk menemui Jonah di ruangannya seperti biasa. Kim Hye Yun sendiri sedang sibuk diperpustakaan kota untuk mencari buku-buku referensi untuk makalah akhirnya. Erica berjanji akan menjemputnya bersama Jonah . Erica melihat Jonah sedang membereskan laptopnya kedalam tas gendong miliknya.

“ Hai..” sapanya ketika melongok dari balik pintu.

“ Hai..masuklah. Bagaimana kerjaan hari ini ?”Jonah melambai sambil bertanya.

“ Seperti biasalah, butek otakku lama-lama..” jawab Erica tertawa.

“ Sini , duduklah dulu..” kata Jonah sambil menarik Erica dan menyuruhnya duduk disebuah kursi. Jonah lantas memijit kedua pundak Erica dan belakang lehernya. Erica tampak senang.

“ Asyiiik..lumayan juga ya ada kamu yang selalu mijitin aku..” ujarnya tergelak .

“ Hahahaha...sudah diam aja, biar kupijit supaya yang kaku-kaku ini jadi lentur kembali..” jawab Jonah terus memijit Erica yang tampak tersenyum dengan perasaan bahagia. Jonah selalu membuatnya merasa nyaman. Diam-diam pula Erica menangis didalam hatinya. Mungkinkah selamanya dia akan menyimpan perasaan itu dari Jonah ? Eria merasakan betapa rasa pijitan itu begitu tulus dan memanjakan kerinduannya selama ini.

“ Belakangan ini kulihat sepertinya ada yang mengusik pikiranmu, Erica. Mau cerita soal apa ?” tiba-tiba Jonah bertanya sambil memegang kedua pipi Erica dan mendongakkannya kebelakang. Keduanya saling bertatapan. Erica menatap Jonah dengan perasaan campur aduk.

“ Tak ada apa-apa, Jonah. Mungkin hanya cape dan jenuh. Sudah 5 tahun aku disini dan sepertinya aku sudah jadi orang korea..” jawab Erica pelan.

“ Ngawur...” sentil Jonah pada hidung gadis itu.

“ Aaww..sakit Jonah..” jerit Erica sambil balas mencubit tangan itu.

Jonah tertawa , lalu melanjutkan pijitannya kembali. Jonah tahu tak ada guna memaksa gadis itu untuk bercerita kalau niatnya tidak ada. Jonah mengenal betul sikap keras gadis itu sedari dulu.

“ Bagaimana dengan kamu sendiri Jonah ? Sudah mulai betah disini ? Sepertinya kontrakmu akan ditambah waktunya..”

“ Yaa..kamu tahulah bagaimana. Aku ini orang kampung dan kadang suka bingung tiba-tiba saja aku sudah tinggal diluar negeri walau cuma untuk sementara. Untungnya tidak ada yang mesti kukabarkan menenai diriku ke Jakarta. I am alone in this world, remember ?”

“ Kamu gak sendirian, Jonah. Ada aku dan sekarang ada Kim Hye Yun. Toh hidup dimana saja sama bukan ? Kita mesti tetap kerja keras. Disini tak ada yang mengenal kita dan berkomentar yang tidak-tidak..” ucap Erica sambil sedikit menarik napas. Dia bisa merasakan kepedihan dalam ucapan Jonah.

“ Thanks, Erica. Aku sungguh beruntung punya kamu yang selalu mendukungku apa adanya.Juga Hye Yun yang mau menerima kehadiranku disini seperti keluarga. Kadang aku lupa bagaimana rasanya hidup dalam lingkungan keluarga..”

“ Mestinya aku yang berterima kasih, Jonah..” jawab Erica sambil menyentuh tangan Jonah yang sedang memijit pundaknya,” Kedatanganmu disini telah membuat hidupku semakin menyenangkan. Jujur saja, tadinya aku mulai jenuh dan punya harapan ketika perusahaan memerlukan tenaga dari Jakarta. Aku ingat kamu dan nekat mengajukan namamu. Ternyata berhasil..”

“ Terima kasih..” Jonah mengecup lembut kepala Erica seperti yang sering dilakukannya sewaktu di Jakarta, “ Jadi apa alasannya kamu tidak naksir pria korea yang antik dankemayu-kemayu ini ? “ canda Jonah tertawa.

“ Hahahaha...mereka bukan type untukku, Jonah..” geleng Erica tertawa pula.

“ Mungkin engkau suka jual mahal ? Gak ada discount sama sekali ?” ledek Jonah terbahak sambil membenahi rambut Erica diujung pijitannya.

“ Gila..! Emangnya belanja di supermarket apa ?” gerutu Erica geli lalu bangkit dari duduknya,” Hayoo..kita jemput Hye Yun sebelum tuh anak telpon . Kasihan Hye yun mana gak bawa payung hujan-hujan gini..” ajaknya kemudian.

“ Oke..” angguk Jonah sembari menggendong ranselnya dan menggamit Erica untuk keluar dari ruangan itu. Kantor itu nyaris sepi karna karyawan yang lain sudah pulang duluan. Maklumlah weekend dan cuaca tak menentu .

Erica bisa merasakan kebahagiaan menyelinap dalam hatinya. Erica selalu senang bila Jonah menggandengnya. Namun ketika bayangan Kim Hye Yun muncul dalam benaknya maka seperti ada hunjaman belati menusuk jantungnya. Keduanya bergegas melangkah dan segera memasuki lift dari lantai 17 kantor mereka.

“ Oh, iya..nanti kamu mau makan apa Jonah ?” tanya Erica mengalihkan perasaan hatinya kepada hal lain.

“ Bagaimana kalau kita makan seafood hari ini ?’ jawab Jonah sekenanya.

“ Boleh. Aku dan Hye Yun suka sekali makan seafood disini dan kami punya tempat dimana kami biasanya makan. Pulangnya malah kena omelan bibi Seo karna gak makan lagi dirumah..” Erica tertawa kecil kalau mengingat mereka diperlakukan seperti anak kecil oleh bibi Seo yang baik itu.

“ Bibi Seo dan paman Hoo sangat baik ya..” angguk Jonah senang,” Aku saja diperlakukan seperti keluarga. Hanya saja kebiasaan hidupku selama ini tidak cocok bila harus tinggal ditempat mereka..”

“ Mereka itu sangat baik, Jonah. Kalau lagi makan malam bersama, bibi Seo suka tanya bagaimana kamu makan ? Siapa yang menyiapkannya ? Paman Hoo juga sering bilang, suruh Jonah Lee tinggal disini saja..” ungkap Erica.

“ Aku bilang kalau Jonah Lee itu senangnya mandiri dan soal makan tidak akan menjadi persoalan. Setan lewat saja pasti ditangkap dan dimakan...” gelak Erica membalas ledekan Jonah kepadanya tadi.

“ Gemblung kowe...” gerutu Jonah tertawa pula sambil menjewer kuping Erica.

“ Hahahahaa...bibi Seo memang perhatian banget. Malah kemarin katanya dia sudah minta pelayan untuk menyiapkan rantangan makan malam dan akan diantar ketempatmu besok..”

“ Waduh..bibi Seo koq malah repot gini..” geleng Jonah kemudian.

“ Bibi Seo tak mau kalau kamu cuma keseringan makan ramen dan nasipun jarang. Rencananya bibi Seo mau kamu itu makannya yang teratur. Musim semi sebentar lagi dan perutmu akan kaget kalau musim semi datang karna dirumah bibi Seo selalu kebanjiran makanan enak-enak..” jelas Erica tersenyum.

“ Hehehehe..abis yang paling gampang itu ya ramen. Tapi didekat rumah yang diujung jalan itu kan ada yang jualan makanan. Lumayan kalau malam-malam lagi lapar, aku kesana untuk makan. Penjualnya sangat baik dan suka kasih lebih kalau aku pesan daging merahnya..” jelas Jonah lagi.

“ Dasar , ternyata diam-diam kamu suka kelayapan kesitu ya kalau malam “ gerutu Erica geli dengan kebiasaan Jonah yang kelaparan malam-malam.

Keduanya tertawa geli. Di Seoul , Jonah selalu menggunakan kendaraan umum baik bus ataupun kereta kalau tidak diantar oleh Erica. Seringkali Erica terpaksa menjemputnya karna dia tidak tahu jalan pulang. Karna kalau pulang kerja , Jonah lebih malam dari Erica dan dia tidak mau ditunggu oleh gadis itu. Jonah Lee banyak mengetahui kendaraan umum itu dari Kim Hye Yun yang memang suka menggunakan kereta api kemana-mana. Erica selalu setia menjemput mereka karna merasa bahwa keduanya kadang suka lupa waktu kalau keluyuran sehingga membuat bibi Seo khawatir.

Dengan lincah Erica mengendarai mobilnya menuju ke perpustakaan di pusat kota Seoul yang tak begitu jauh dari kantor mereka. Hujan mulai turun dengan deras dan jalanan mulai basah. Seoul Metropolitan Library adalah pusat perpustakaan kota Seoul di Korea Selatan. Lokasinya ada di Taepyeongno, Jung-gu, pusat kota Seoul. Letaknya persis didepan Seoul City Hall dan disebelah City Hall Station yaitu Seoul Subway Line 1. Juga berdekatan dengan Seoul Plaza (Korean: 서울광장).

Sedangkan diperpustakaan itu Kim Hye Yun sudah lama selesai dengan urusannya. Matanya sibuk dengan laptop yang dibawanya kemana-mana. Kim Hye Yun duduk dianak tangga perpustakaan dimana tak terlalu banyak orang berlalu-lalang. Sesekali pandangannya menerpa pada hujan yang turun dan menatap orang-orang yang lewat menggunakan payung ataupun hanya berlarian menghindarkan hujan.

Sesekali pula dia meringis sambil menekan pinggang kanannya. Ada rasa sakit yang kian sering dirasakannya menusuk. Namun Hye Yun tidak mau menyerah dan tak mau dikendalikan oleh rasa sakit itu. Kim Hye Yun bertekad untuk menjalani hidupnya dengan gembira. Kehadiran Jonah Lee sangatlah membantunya untuk melupakan sejenak tentang sakitnya itu. Pemuda itu menghadirkan kenyamanan baginya dan selalu membuatnya tertawa. Kim Hye Yun senang bisa mengenalnya.

Sebuah mobil berhenti tepat didepan perpustakaan itu dan tampaklah Jonah Lee turun sambil membawa payung untuk menjemputnya. Bergegas Kim Hye Yun menutup laptopnya dan bersiap untuk pergi.

“ Sorry Hye Yun. Sudah lama menunggu ?” sapa Jonah tersenyum.

“ Tidak apa, Jonah. Aku kan bisa menikmati pemandangan kalau hujan. Aku suka dengan hujan..” jawabnya tetawa renyah.

“ Cuma sayang kalau aku ajak kamu hujan-hujanan, bisa habis aku diomelin ibumu..” canda Jonah tergelak. Kim Hye yun ikut tertawa.

Keduanya lantas berpayung menuju ke mobil dimana Erica sedang menunggu. Tanpa sadar Jonah mendekap gadis itu supaya tidak terkena hujan. Erica melihat pemandangan itu dengan hati yang terenyuh. Diam-diam menangis hatinya. Namun Erica adalah gadis yang sifatnya keras dan tidak akan begitu mudah untuk memperlihatkan kegalauan hatinya kepada mereka. Diam-diam pula dia berdoa agar keduanya terikat. Jonah adalah seorang pemuda yang jujur dan pekerja keras serta memiliki sifat yang amat baik . Kim Hye Yun adalah seorang gadis yang hebat walaupun tidak menumpang pada kekayaan orang tuanya. Keduanya sama-sama hebat dimata Erica.

Kemudian merekapun segera meluncur membelah jalanan basah kota Seoul menuju sebuah rumah makan yang menjual seafood langganan mereka. Rasanya tak ada yang bisa mengalahkan kegembiraan yang menemani mereka bertiga. Begitu pula ketika Seoul mulai memasuki musim semi. Segala kegembiraan tampak mewarnai seluruh penjuru negeri sekalipun sisa musim dingin masih tetap menyergap.

Namun dibalik kegembiraan perayaan awal musim semi, Kim Hye Yun harus terpuruk dirumah sakit. Kali ini kesehatannya memburuk dan terpaksa harus dirawat di Myongji-St Mary's Hospital - 709-1, Daerim 2(i)-dong, Yeongdeungpo-gu, Seoul, Korea.

“ Oh my God...what’s happen with Hye Yun ?” Erica nyaris berteriak ketika mendengar kabar itu dari bibi Seo lewat telepon. Air mata segera membasahi wajah cantiknya. Bibirnya bergetar dan jantungnya berdebar kencang.

“ Maafkan bibi Seo, Erica..Selama ini bibi dan paman menyembunyikan keadaan Hye Yun...” jawab bibi Seo terisak,” Hye Yun mengalami gagal ginjal pada sebelah kanannya. Sebenarnya hal ini sudah berlangsung setahun belakangan ini. Maafkan bibi Seo ya..tradisi kami tidak bicara mengenai keadaan Hye yun namun kini dia membutuhkan semua dukungan untuk bertahan. Bibi dan paman sudah berusaha untuk mendapatkan donor ginjal namun sampai saat ini tidak berhasil. Hye Yun tadi siang masuk rumah sakit dan harus dirawat karna keadaannya tidak begitu baik..” jelas bibi Seo dengan suara pelan dan berusaha untuk menahan tangisnya . Erica diseberang sana menangis sejadi-jadinya.

“ Aku segera kesana, bibi Seo..” kata Erica cepat, “ Jonah sedang berada di Pusan dan aku akan menelponnya..” lanjutnya kemudian.

“ Tidak apa-apa, Erica dan kalau bisa jangan buat Jonah meninggalkan pekerjaan disana..” jawab bibi Seo lagi .

“ Tidak masalah bibi Seo. Jonah memang akan kembali sore ini..” tegas Erica.

“ Baiklah, Erica. Hati-hati ya bawa mobilnya..” pesan bibi Seo menyerah. Erica da Jonah takkan bisa ditahan kalau itu menyangkut soal Kim Hye Yun karna ketiganya sangat akrab.

Erica segera mengabarkan kepada Jonah perihal Kim Hye Yun dan memintanya untuk segera kembali ke Seoul. Tentu saja berita itu mengejutkan Jonah. Tak pernah disangkanya kalau gadis itu menderita gagal ginjal. Kini dia harus segera kembali ke Seoul dan merubah jadwal penerbangan dari Pusan yang seharusnya sore hari baru berangkat dari sana.

“ Kita nanti ketemu di Myongji-St Mary's Hospital - 709-1, Daerim 2(i)-dong, Yeongdeungpo-gu, Seoul. Kamu bisa naik taksi dari bandara Jonah..” ujar Erica sambil bergegas melangkah menuju ke mobilnya.

Tak sampai setengah jam kemudian Erica sudah berada di rumah sakit dan menemui paman Hoo daan bibi Seo di ruangan ICU rumah sakit itu.

“ Bibi Seo..paman Hoo..” Erica segera memeluk kedua orang tua itu dengan perasaan yang campur aduk. Keduanya bagaikan orang tua kandungnya sendiri.

“ Terima kasih, Erica..” angguk paman Hoo sambil mengelus kepala Erica yang terus menangis, “ Kamu anak kami yang lain. Kamu sangat baik..” angguknya dengan pandangan mata yang terantuk sedih.

“ Betul, Erica. Kamu sudah kami anggap sebagai kakak bagi Hye Yun. Bibi senang punya kamu..” bibi Seo tersenyum pilu, “ Sekarang kita hanya bisa menunggu disini , karna Hye Yun sedang didalam dan kita belum bisa bertemu..” lanjut bibi Seo sambil menuntun Erica untuk duduk .

Sejenak ketiganya terdiam dalam kesedihan masing-masing. Ruang tunggu itu jadi sehening cakrawala nan luas tanpa penyekat . Tampak Erica sangat terpukul dengan keadaan itu. Hal yang sudah dicurigainya dan ternyata benar ada sesuatu yang diderita oleh Hye Yun.

“ Bibi Seo..” gamit Erica menyadarkan bibi Seo dari lamunannya, bibi Seoa menatap gadis disebelahnya itu.

“ Kenapa Erica ? “ tanya bibi Seo tampak tak mengerti.

“ Hye Yun hanya butuh satu ginjal saja , kan ?” tanya Erica kemudian.

Paman Hoo dan bibi Seo menatapnya lekat-lekat. Ada yang mengusik pikiran mereka dengan perkataan Erica itu.

“ Iya sayang..Hye Yun mengalami gagal pada ginjal sebelah kanannya. Bibi dan paman sedang menunggu kabar dari rumah sakit lain mengenai ketersediaan donor untuk Hye Yun. Harus dari golongan darah AB minus dan itu sangat jarang..” jelas bibi Seo kemudian.

Erica terdiam. Erica membiarkan penjelasan itu meresap dalam benaknya. Ada yang ingin dilakukannya namun tidak ingin mengumbar hal tersebut. Erica paham dengan kesedihan paman Hoo dan bibi Seo yang selama 6 tahun ini telah menjadi pemgganti orang tuanya. Mereka sangat sayang kepadanya. Memperlakukannya sebagai bagian dari keluarga mereka. Rasanya takkan tega melihat kesedihan mereka akan keadaan Hye Yun, satu-satunya putri mereka itu.

“ Jangan terlalu sedih, Erica..” tepukan lembut paman Hoo menyadarkan Erica sejenak,” Kita serahkan kepada Tuhan, apa yang ingin dikehendakiNya dari keadaan ini. Paman percaya kalau Hye Yun mampu bertahan. Dia sangat tangguh sebagai seorang gadis..” lanjutnya kemudian.

“ Iya paman Hoo. Aku sangat sedih dan terus berdoa untuk Hye Yun. Paman dan bibi jangan putus asa ya ?” angguknya kembali menangis.

“ Oh, ya..bagaimana denan Jonah ?” tanya paman Hoo mengalihkan pembicaraan.

“ Dia akan segera tiba disini, paman. Katanya dia sudah meminta perubahan jadwal penerbangan dari sore hari jadi siang ini..” jawab Erica pelan.

“ Kalian sangatlah baik dan sudah menjadi bagian dari keluarga paman dan bibi. Apapun yang akan terjadi nanti, paman harap kalian tidak berubah ya..”

“ Tidak akan berubah, paman..” geleng Erica keras, “ Selamanya kami akan menghormati paman dan bibi yang sudah menjadi pengganti orang tua kami..” jawab Erica tegas walaupun suaranya bergetar hebat.

Paman dan bibi Seo mengangguk-angguk dengan rasa haru. Keduanya sangat suka dan senang dengan sikap Erica. Jonah Lee juga selalu baik dan menjadi bagian dari keluarga mereka.

“ Paman Hoo..bibi Seo..aku permisi dulu ya..aku ingin kekamar kecil..” pamit Erica kemudian melangkahkan kaki meninggalkan kedua orang tua itu diruang tunggu. Tampak pula kedatangan anggota keluarga besar dari paman Hoo dan bibi Seo ditempat itu. Semuanya tampak sedih dan menangis.

Erica tidak berjalan menuju ke kamar kecil, melainkan menyandarkan tubuhnya pada sebuah pilar diujung ruangan yang menuju ke kantor rumah sakit. Bau aroma obat membuatnya sedikit pusing. Erica menguatkan hatinya dan kemudian melangkah memasuki ruangan kantor itu. Ada senyum kecil yang mengiris hati tampak tersungging dari wajah cantiknya yang agak pucat itu.

Sementara itu dibandara, Jonah telah tiba dari penerbangannya kembali dari kerjaannya di Pusan. Walaupun harus berkutat dan bererang mulut dibandara Pusan namun akhirnya Jonah berhasil memajukan penerbangannya menjadi siang itu juga. Langkah kakinya bergegas mencari taksi dan meneruskan perjalanannya menuju Myongji-St Mary's Hospital. Perasaannya sedih dan benaknya penuh dengan Hye Yun. Kekhawatirannya melumat pikirannya dan menusuk hatinya. Tak pernah disangkanya gadis cantik yang energik dan baik hati itu kini harus mengalami hal yang paling menderita.

Jonah lee tiba dirumah sakit dengan perasaan yang bercampur aduk. Erica menyambutnya dan keduanya berpelukan sambil menangis.

“ Duuh..Jonah. Kenapa Hye Yun harus mengalami hal seperti ini ?” keluh Erica sesunggukan dalam pelukan Jonah, “ Apa yang harus kita lakukan kini ?”

“ Entahlah, Erica. Aku tak tahu harus berbuat apa. Apakah ginjalku bisa untuk menjadi donor ?” tanya Jonah lee spontan.

“ Apa golongan darahmu Jonah ?” tanya Erica kemudian menatap Jonah, terkesan dengan pikiran sontan itu.

“ Aku golongan darah ‘O’. Mungkinkah bisa kalau mengenai organ tubuh ?” jawab Jonah sambil menerawang dalam pertanyaannya.

“ Tidak mungkin, Jonah. Itu sangat beresiko kata dokter. Tadi aku sempat bertanya-tanya kepada dokter yang menangani Hye Yun. Kalau hanya transfusi darah gak ada masalah..” jelas Erica tercekat.

Jonah Lee terdiam. Kecewa. Hatinya menjerit penuh rasa ngilu. Kesedihannya memenuhi jiwanya yang seakan-akan dihantam godam yang berat.

“ Mari kita temui paman dan bibi..” ajak Erica kemudian.

“ Mungkin aku bisa diperiksa sama dokter, siapa tahu cocok dengan kebutuhan donor ginjal buat Hye Yun..” angguk Jonah sambil ikut melangkah kedalam.

Keduanya tampak membisu dan terus melangkahkan kaki menuju ruang tunggu ICU yang terletak dilantai 3 rumah sakit tersebut. Jonah Lee memeluk paman Hoo dan bibi Seo untuk memberikan dukungannya kepada mereka.

“ Maafkan bibi, Jonah..harus membuatmu tergesa dari Pusan..” kata bibi Seo.

“ Terima kasih, Jonah. Paman sangat menghargai kehadiranmu disini. Hye Yun membutuhkan dukungan kit..” angguk paman Hoo tersenyum dan menepuk pundak Jonah lee dengan penuh rasa sayang. Pemuda itu sangat membanggakannya.

“ Apa yang bisa kulakukan untuk Hye Yun , paman dan bibi ?” tanya Jonah lee kemudian, “ Mungkinkah aku mendonorkan ginjalku untuknya ?”

“ Terima kasih, Jonah. Kami sudah berkonsultasi dengan team dokter. Selain ginjal dari golongan darah AB Minus, maka tak ada lagi yang bisa” jelas paman Hoo pelan dan tampak menghormati keinginan Jonah tersebut.

Selagi mereka berbincang tampaklah seorang dari team dokter yang menangani Kim Hye Yun, mendatangi mereka. Kemudian paman Hoo dan bibi Seo berbicara secara pribadi dengan dokter tersebut. Erica dan Jonah berharap cemas memandangi mereka dan sebersit harapan menyelinap ketika kedua melihat mereka tampak mengangguk dan tersenyum. Erica sedikit memalingkan wajahnya dan diam-diam menyeka air mata yang melompat dari matanya.

“ Kabar baik Erica..Jonah..” seru bibi Seo tersenyum dengan mata berkaca-kaca menatap keduanya.” Team dokter berhasil mendapatkan donor yang tepat dan 3 hari lagi mereka akan mengadakan operasi transplantasi ginjal kepada Hye Yun..” jelasnya senang.

“ Betul. Ah, ternyata harapan kita terkabul. Ada yang bersedia menyumbangkan ginjalnya untuk Hye Yun. Hanya sayang informasi mengenai pendonor sangat dirahasiakan oleh team dokter..” angguk paman Hoo gembira, “ Team dokter telah menguji sampel darah pendonor dan hasilnya luar biasa. Pendonor itu bagaikan saudara kembar Hye Yun...”

“ Syukurlah, paman Hoo..bibi Seo..” timpal Jonah tampak ikut gembira.

“ Hye Yun sangat baik, tentu Tuhan sendiri sangat sayang kepadanya..” ujar Erica tersenyum dan memeluk kedua orang tua itu, “ Aku ikut senang mendengar kabar ini paman..bibi..”

Sejenaknya mereka menikmati rasa gembira akan adanya harapan itu.

“ Kapan kita bisa jenguk Hye Yun, bibi Seo ?” tanya Erica kemudian.

“ Sore nanti, Erica. Sekarang team dokter sedang menangani Hye Yun agar tetap stabil untuk persiapan operasi 3 hari lagi..” jawabnya lebih tenang sekarang dengan adanya berita menggembirakan itu.

“ Paman dan bibi baiknya jaga kesehatan ya. Karna Hye Yun membutuhkan perhatian lebih dari paman dan bibi..” ucap Jonah Lee sedikit lebih lega.

“ Iya, kalian juga harus jaga kesehatan..” angguk paman Hoo senang.

“ Erica dan Jonah sudah makan ? Kalau belum , makanlah kalian di kafetaria bawah. Nanti kalian malah sakit..” kata bibi Seo menatap keduanya.

“ Tidak apa-apa, bibi Seo..tadi pagi aku sudah makan..” ucap Erica tertawa kecil, Jonah ikut mengangguk.

“ Gampang bibi Seo..kalau lapar nanti kita makan koq..” sambung Jonah pula.

Mereka terus berbincang-bincang sekalipun mereka memiliki harapan akan kesembuhan Hye Yun namun hal itu masih harus menunggu 3 hari lagi. Hal yang paling membahayakan adalah operasi transplantasi itu sendiri. Belum lagi waktu untuk menunggu hasil operasi dan penolakan oleh tubuh penerima donor terhadap ginjal baru itu. Akhirnya mereka tenggelam dalam pikiran masing- masing yang dipenuhi dengan segala harapan dan kecemasan.

“ Hai..Hye Yun...” sapa Erica ketika mendapat giliran menjenguk gadis itu diruang ICU yang sangat ketat.

“ Hai Erica..maaf, aku membuat kehebohan ini ya..” senyum bibir pucat itu tampak berusaha menynggingkan senyuman.

“ Jangan ngawur, sudah seharusnya kami tahu..” geleng Erica sambil memeluk Hye Yun dengan penuh rasa sayang, “ Kamu harus kuat dan memenangkan perang ini , adikku sayang...” bisik Erica memberi sebuah kecupan.

“ Terima kasih, kakakku yang baik..” angguk Kim Hye Yun menitikkan air mata melihat Erica begitu menyayanginya.

“ Harapan akan selalu ada untuk sebuah hati yang baik, adikku..” Erica tersenyum dan menggenggam erat jemari gadis itu.” Jonah ada diluar dan setelah ini gilirannya menjengukmu..” kata Erica lagi.

Kim Hye Yun tersenyum. Senang hatinya dengan perhatian Erica dan kasih sayangnya. Kim Hye Yun juga rindu dengan Jonah Lee .

“ 감사 합니다 kamsahamnida , kakakku yang cantik..” Hye Yun tampak senang.

“ Berjanjilah satu hal kepadaku, adikku sayang..” Erica tersenyum walau hatinya menjerit, “ Engkau harus sehat kembali. Rasanya takkan sama bila matahari terbit tanpa adanya senyum milikmu..” bisik Erica kemudian.

“ Aku berjanji , kak..” jawab Hye Yun mengangguk, “ Kakak juga harus berjanji akan selalu menemani dan menjagaku..” pintanya lirih sambil menahan rasa sakit yang menyerang .

“ Aku akan selalu menjadi bagian dari hidupmu selamanya..” angguk Erica tersenyum dengan tulus.

Erica memeluk Kim Hye Yun dengan perasaan sayang. Kim Hye Yun balas memeluk Erica yang sdah dianggapnya sebagai seorang kakak itu. Kemudian Ericapun keluar dan Jonah Lee masuk untuk menjenguk Kim Hye Yun.

“ Hai Hye Yun..maaf, aku baru tahu tadi siang dan segera kembali kesini..” sapa Jonah Lee lirih.

“ Maafkankan aku, Jonah. Aku bisa-bisa membuatmu dipecat nanti..” guraunya pelan sambil sedikit meringis.

“ Ah, kamu selalu begitu..” gerutu Jonah tertawa kecil,” Kamu harus segera sembuh, Hye Yun..Kita belum sempat jalan-jalan ke Soul Hotel bukan ?”

“ Aku akan sembuh Jonah. Aku juga ingin kesana..” angguk Hye Yun sambil menggenggam jemari Jonah Lee dengan kuat.

Keduanya tersenyum dan membiarkan hati mereka yang berbicara. Keduanya tampak senang, sekalipun rasa was-was masih juga menghantui pikiran Jonah.

“ Aku senang kamu punya semangat seperti itu, Hye Yun. Aku percaya kalau kamu akan kuat menghadapi semua ini. Ingatlah, kami semua berdoa dan berharap akan kesembuhanmu..” bisik Jonah Lee sambil mengecup lembut kening Hye Yun.

“ 내성질 건드리지 마.(nae seongjil geondeurijima)” jawab Kim Hye Yun dalam bahasa Korea yang artinya kira-kira ‘ jangan buat aku grogi, dong..” wajah yang pucat itu sedikit bersemu merah.

“ 걱정 마. 내가 있잖아.(geogjongma, itjanna)..” bisik Jonah Lee tak peduli, artinya kira-kira ‘ aku akan selalu disampingmu..’ .

Keduanya tertawa kecil. Ada binar bahagia memercik dalam tatapan Kim Hye Yun yang tampak masih dikuasai oleh rasa sakit pada ginjalnya itu.

Tiga hari kemudian , tibalah saat yang paling mendebarkan bagi mereka. Hari itu Kim Hye Yun akan menerima transplantasi ginjal. Namun sayang kemarin Erica harus pergi dan tidak bisa mendampingi Kim Hye Yun operasi. Ada tugas lain yang harus ditanganinya dan katanya harus berangkat ke Jepang selama beberapa hari. Jonah tampak sedikit sedih karna Erica harus pergi namun dia juga tak bisa menahan Erica. Kim Hye Yun sendiri mengerti dengan keadaan itu.

Dengan harap-harap cemas mereka semua menunggu operasi transplantasi yang menghabiskan waktu selama 18 jam itu. Semua dilanda kecemasan dan harap dalam doa yang terus terbisik dari hati mereka. Selama itu pula tidak ada kabar dari Erica walau telah belasan kali Jonah coba untuk mengirimkan beberapa sms maupun menelponnya. Entah dimana gadis itu posisinya sekarang dan Jonah mendapati kalau telepon seluler Erica dalam keadaan off.

Akhirnya setelah melewati 18 jam yang menegangkan, team dokter yang menangani operasi transplantasi ginjal Hye Yun keluar dari ruangan operasi. Mereka tampak puas dan menyampaikan berita keberhasilan mereka dalam operasi tersebut. Tentu saja berita itu disambut gembira dan rasa haru dari paman hoo dan bibi Seo serta Jonah dan yang lainnya. Keletihan mereka dan rasa sedih itu kini terbayar. Sekarang hanya menunggu saat-saat kritis itu lewat karna Kim Hye Yun masih harus bertarung dengan ginjal pendonor itu sendiri dan mereka berharap tidak ada penolakan dari tubuh gadis tersebut.

Seminggu kemudian Kim Hye Yun telah melewati masa kritisnya. Tubuhnya dapat menerima ginjal pendonor itu dengan sangat baiknya. Operasi transplantasi itu berhasil dan Kim Hye Yun kini mulai memulihkan kesehatannya dengan sebuah ginjal baru bagi kehidupannya. Selama itu pula Jonah selalu mendampingi Kim Hye Yun setelah pulang kerja . Selama itu pula tidak ada berita apapun dari Erica. Jonah Lee berusaha mencari tahu dari kantornya mengenai tugas kerja itu. Namun tak satupun informasi yang didapatnya. Maklumlah dikantor itu Erica termasuk jajaran eksekutif penting sehingga tidak sembarangan orang termasuk dirinya bisa memperoleh informasi tentang dirinya.

Seminggu lagi telah lewat . Kim Hye Yun telah keluar dari ruangan ICU dan kini mulai menjalani kehidupan barunya. Kemauannya yang kuat telah membuat dirinya mampu untuk lebih dari sekedar bertahan . Kini keadaannya makin membaik namun ada rasa kehilangan karna Erica tak kunjung juga ada beritanya.

Entah kemana Erica dan tidak seperti biasanya tanpa kabar seperti itu. Paman Hoo juga merasa kehilangan dan berusaha menggunakan koleganya untuk mencari tahu keberadaan Erica yang katanya melakukan tugas dari perusahaan.

Paman Hoo menatap istrinya dan Jonah Lee ditaman rumah sakit itu. Tampak wajah tua itu diselimuti oleh kesedihan yang lain. Ditangannya tampak sebuah amplop coklat yag sudah terbuka.

“ Ada apa paman Hoo ? Kenapa paman tampak bersedih ?” tanya Jonah dengan perasaan tidak enak, matanya menatap penuh selidik. Begitu juga bibi Seo.

“ Ini tentang Erica, Jonah..” katanya lirih, “ Menurut kolega paman dari perusahaan kalau Erica bukan pergi untuk penugasan melainkan telah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Erica minta kabar itu diberikan kepada kita pada hari ini..” jelas paman Hoo menitikkan air matanya.

“ Kenapa dengan Erica , pa ?” tanya bibi Seo setengah menjerit. Matanya mulai berkaca-kaca dan tangannya mencengkram keras lengan suaminya.

Jonah Lee tampak terpukul. Tak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya merasa pasti ada alasan kuat dibalik semua ini. Erica memang bersifat keras.

“ Erica tak mau kalau kita tahu kalau dialah yang menjadi pendonor ginjal bagi Hye Yun..” jawab paman Hoo tergetar, “ Karna dia tahu kita pasti akan mencegahnya melakukan hal itu. Jadi dia melakukannya diam-diam dan pergi meninggalkan kita semua. Entah kemana karna dia memiliki rencana yang hanya diketahuinya sendiri..” lanjut paman Hoo sambil menyerahkan sebuah amplop lain kepada Jonah Lee.

Jonah menerima amplop itu dan segera merobek ujungnya. Jonah Lee mulai membaca selembar surat dari Erica itu.

“ Dear Jonah...

Jangan pernah punya niat mencariku. Engkau tahu itu tak mungkin karna aku telah mempelajari cara menyembunyikan diri dari ahlinya, yaitu kamu sendiri.

Aku harus melakukan ini karna aku sangat menyayangi Hye Yun dan juga kamu. Tak ada keindahan hidup kalau aku atau kamu harus kehilangan Hye Yun. Terlebih lagi dengan paman Hoo dan bibi Seo. Tidak. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku harus melakukan ini, Jonah. Engkau tahu bagaimana aku menyayangi Hye Yun. Aku juga sayang kepadamu. Namun aku harus melakukan sesuatu yang lain. Aku harus menyelamatkan Hye Yun. Aku juga berdarah AB Minus. Aku telah berbicara dengan team dokter dan mereka melakukan observasi kepadaku. Ternyata aku sangat layak menjadi pendonor bagi Hye Yun.

Dear Jonah..

Aku tahu hal ini akan sangat menyakitkan kamu, juga aku sendiri. Kamu tahu betapa aku sangat menyayangimu. Aku tahu juga tak mungkin aku berdiri ditengah kebahagiaan Hye Yun yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Hye Yun sangat mencintaimu, Jonah. Aku tahu itu walau dia tak pernah bicara tentang perasaan hatinya. Aku juga tahu kamu merasa nyaman dengannya. Aku senang kalau kamu berdua bisa bahagia karna itu merupakan hal yang paling membahagiakan bagiku. Jangan membantah, Jonah. Aku tahu kamu akan protes kalau aku bilang seperti itu. Aku tidak munafik dan kamu sangat mengenalku.

Dear Jonah...

Saat ini aku sudah pergi jauh dari kota Seoul dan tidak akan kembali lagi kesana. Aku ingin melakukan sesuatu yang baru, menjalani hidupku sendiri dengan sebuah ginjal untuk kebahagiaan adikku Hye Yun dan kamu. Jangan khawatir , aku akan melewati ini semua dan akan survive seperti dulu. Aku kuat karna aku punya kamu yang selalu mengingatkan aku untuk menjadi kuat dan berani dalam menghadapi hidup ini. Oh, iya..kamu masih bisa menceritakan bagaimana perkembangan Hye Yun dan kamu sendiri melalui alamat emailku tapi jangan berharap aku akan membalasnya. Biarlah aku hanya menikmati ceritamu saja karna itu akan memberikan kekuatan kepadaku.

Dear Jonah...

Sampaikan salam maafku kepada Hye Yun. Aku sangat menyayanginya sebagai adikku dan tak takkan pernah memaafkannya bila dia tidak melanjutkan hidupnya. Aku hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan yang mungkin akan kalian jalani nanti. Aku juga minta maaf kepadamu, Jonah karna telah meninggalkan kamu seperti ini dan tidak berpamitan . Bilang paman Hoo dan bibi Seo yang sudah kuanggap sebagai orang tuaku itu , untuk tetap ingat aku dan menyayangiku seperti dulu. Aku sangat menyayangi mereka dan tak akan pernah melupakan mereka selama hidupku.

Dear Jonah..

Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepadamu. Aku hanya akan berkata semoga kita nanti bertemu kembali. Mungkin saja karna tidak ada yang tahu akan rahasia kehidupan yang sebenarnya. Kamu harus kuat ya dan tersenyumlah untukku. Aku sangat menyayangimu dan Hye Yun.

Erica Mascalova ,
Yang selalu punya cinta dan harapan “

Seoul masih terasa dingin dimusim semi itu. Jonah Lee dan Kim Hye Yun duduk disebuah bangku ditaman Hotel Seoul yang digunakan dalam salah satu film serial televisi, yaitu Hotelier yang sangat haru biru itu.

Kim Hye Yun memeluk erat lengan Jonah Lee sambil menikmati hembusan angin dingin sisa musim sebelumnya. Jonah Lee mengecup kening Kim Hye Yun dengan mesra dan berjanji akan selalu berada disampingnya.

“ 걱정 마. 내가 있잖아.(geogjongma, itjanna)..” Aku akan selalu berada disampingmu...

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar